Share

Papa?

Elmi yang menangis di kamar tersebut benar-benar mencoba mernungkan dirinya kembali, ia juga mencoba untuk menguatkan dirinya, bahwa tidak seharusnya ia membiarkan Gerard mendekati anaknya.

Dia masih berpegang teguh pada prinsip yang dulu ia jalankan tersebut. Dirinya, tidak mau membiarkan Gerard menemui Alina seenaknya karena ia ingin memberikan kehidupan yang layak. Sikap Gerard dulu benar-benar menjadi contoh yang buruk untuk anaknya.

Elmi harus bisa meyakinkan dirinya, kalau dia tidak seharusnya kembali, apa pun alasannya, demi kebahagiaan anaknya, Elmi tidak boleh egois dengan memenuhi keinginannya.

Setelah meringkuk sambil memeluk kakinya tersebut, Elmi kemudian sadar, bahwa pria tersebut tidak pantas ia tangisi. Dirinya bangun dan mencoba untuk meyakinkan dirinya kembali.

“Aku seharusnya bisa lebih kuat, bukan lebih cengeng hanya karena pria itu,” gumamnya yang berbicara seorang diri.

Elmi kembali mencoba merefleksikan dirinya, agar mau kembali seperti dulu, dan mengingat, bahwa apa yang sudah ia lakukan selama ini adalah keputusan finalnya.

***

Sudah beberapa hari semenjak kejadian tersebut, Elmi yang meminta waktu kepada Andrew supaya tidak datang dulu, membuat Elmi merasa sesak. Dia tidak memiliki teman mendengar yang bisa ia ajak bertukar ceritanya yang sedikit menyakitkan tersebut.

Elmi sudah menyelesaikan pekerjaannya pada siang hari, dan sekarang ia lumayan memiliki waktu senggang.

“Mama…,” panggil Alina.

Dirinya langsung menoleh dan melihat ke arah dari anaknya yang tengah berdiri di sebelah kursi yang tengah diduduki oleh Elmi tersebut, “Iya, kenapa sayang?” tanya Elmi sambil tetap tersenyum.

Kedua tangannya terbuka sambil menyodorkannya ke arah Elmi, “Ma, Alina lapar,” ucapnya.

Apa sudah waktunya makan? Elmi menoleh melihat ke arah jam dinding yang terpasang di dalam kamarnya tersebut. Tidak, jam makan siang sudah lewat tadi, dan makan malam masih jauh.

Apa ini sudah jam makan cemilan? Mungkin…, tidak ada salahnya dirinya memberikan, kan? Elmi tidak terlalu sering memberikan anaknya tersebut makan camilan.

“Bagaimana kalau es krim? Mama belum menepati permintaanmu waktu ini, kan?” Elmi sambil tersenyum mengingatkan.

“Benar ma?! Boleh?!” Alina benar-benar senang sampai dia kelihatan sangat sumringah sekali mendengar Elmi yang mengingatkan hal tersebut.

“Tentu saja, bukankah mama yang mengajarkan kalau kita harus menepatu janji yang sudah dibuat?” ucap Elmi sambil menunjukkan jari kelingkingnya tersebut.

Alina benar-benar senang sampai melompat kegirangan mendengarnya. “Alina siap-siap dulu kalau begitu!! Kita ke toko es krim di depan kan!!”

“Iya, mama tunggu di ruang tamu,” ucap Elmi.           

Akhirnya dirinya benar-benar bersiap. Kejadian itu sudah berlalu beberapa hari lalu, jadi seharusnya tidak masalah dengan apa yang sudah selama ini dia pendam tersebut.

Gerard sudah pasti tidak akan mencarinya, Elmi meyakini hal tersebut, dan ia juga merasa sudah bisa bernapas tenang karena selama beberapa hari ini pun tidak ada hal yang tidak diinginkan yang terjadi.

Mereka berdua benar keluar dari gedung apartemen tempat mereka tinggal tersebut, Elmi merasa senang karena secara tidak langsung ia telah menunjukkan bahwa pelajaran dari kesederhanaan dan juga tidak enak hati masuk ke anaknya.

Namun, siapa yang akan sangka, apa yang dari awal tidak ia harapkan terjadi, justru malah muncul di depannya, dengan sosok yang sama sekali tidak dirinya harapkan.

“Hai, Elmi,” Gerard.., datang lagi ke depannya.

Elmi segera menarik sang anak dan mencoba membiarkannya ada di dekat dari dirinya tersebut. Dia benar-benar tidak mau membuat Gerard dan Alina dekat.

Alina melihat ke arah Gerard dan dirinya beberapa kali. Dia tidak tahu siapa Gerard, maka dari itu muncul tanda tanya besar pasti dalam otak anaknya yang sekarang sedang dalam masa terus ingin tahu.

“Siapa ma?” tanya anaknya.

Gerard sedikit berjongkok dan melihat ke arah Alina dengan sepadan, “Nak, ini papa,” Gerard memperkenalkan diri.

Alina mendongak melihat ke arah Elmi, seolah meminta Elmi untuk mengklarifikasi apa yang dikatakan oleh Gerard. Dasar pria tidak tahu diri, dia masih berani muncul di depannya, dan bahkan mengenalkan dirinya sebagai seorang ayah? Apa dia waras?

“Ma….”

 Elmi menutup telinga anaknya dengan rapat, tapi ia berbicara begini dahulu kepada ankanya supaya dia paham, “Jangan didengarkan ya,” ucap Elmi sambil tersenyum.

Dirinya kemudian melihat ke arah Gerard dengan pandangan nanar yang penuh dengan kebencian tentunya. Dia benar-benar tidak senang dengan kedatangan Gerard, apalagi dengan cara bicaranya yang tidak pantas begitu setelah beberapa tahun yang lalu meninggalkan luka kepada dirinya tersebut.

“Kamu masih belum sadar diri ya? Apa kamu tidak punya malu?!” Elmi berdesis kesal mengatakannya.

Gerard kemudian berdiri dari duduknya tersebut, dan hendak mendekat ke arah Elmi, tapi tentu saja dengan terus terang dirinya menolak karena tidak mau dan juga tidak ingin sama sekali.

“Elmi…, apa kamu tidak bisa memaafkanku?” tanya Gerard kepadanya.

“Memaafkanmu? Setelah semua yang kamu lakukan kamu masih berharap kalau kamu mendapatkan kata maaf dariku?”

Gerard menghela napasnya. Elmi benar-benar marah akan kehadiran dari Gerard tersebut. Meski jantungnya berdetak sangat kencang, Elmi tidak mau menunjukkan bahwa sebenarnya ia gemetar saat ini ketika menemukan bahwa Gerard berada di depan dari dirinya tersebut.

“Lalu kamu bagaimana? Bukannya kamu juga perlu minta maaf? Kamu juga memanfaatkanku untuk kesenanganmu sendiri, dan kamu justru malah mau membuat aku jatuh,” ucap dari Gerard.

Deg. Elmi tersentak mendengarnya, “Tidak! Aku tidak pernah mau menjatuhkanmu!” tegas Elmi.

“Lalu apa? Selama itu kamu memanfaatkan kekayaan dan kekuasaan yang sudah aku miliki. Bukankah itu hanya untuk kesenanganmu? Apa kamu pikir aku bodoh sampai tidak tahu soal itu hah?” ucapan Gerard terdengar sangat menyeramkan karena ditekankan sekali kepada diri Elmi yang ada di sana.

Elmi hanya bisa gemetar mendengar apa yang diucapkan olehnya tersebut. Apa selama ini Elmi kelihatan begitu? Padahal…, dirinya sama sekali tidak pernah memoroti uang Gerard, dia juga tidak sembarangan menggunakan kekuasaan Gerard.

Tapi, menjelaskan kepada pria yang dari awal sudah mengecapnya demikian adalah hal percuma, dia hanya mau mendengar apa yang dia mau dengar, dan akan membantah ucapan yang tidak sesuai dengan keinginannya tersebut.

“Lebih baik kamu pergi sekarang! Kamu urusi saja, wanita yang sudah kamu nikahi tersebut, yang sudah memberikan kamu keturunan duluan!”

Elmi masih sakit hati dengan cari Gerard yang membuangnya hanya karena alih-alih dirinya tak segera memberikan keturunan. Di samping Gerard tak pernah mengatakannya dulu, dia malah memilih bersama wanita lain untuk memenuhi keinginannya tersebut.

Gerard kemudian menatap dingin ke arah Elmi, seolah sudah dengan sengaja memberikan pengancaman kepada diri Elmi di saat itu juga. Benar-benar pria yang tidak tahu diri sama sekali.

“Kamu pikir kenapa aku memilihnya? Itu karena kamu tidak memberikan aku duluan! Harusnya kamu tahu itu!” Gerard jauh lebih marah darinya.

“Lalu? Kamu pikir dengan mencari wanita lain itu adalah sebuah keputusan dibandingkan berbicara denganku dulu? Apa kamu tidak berpikir kalau sebenarnya kamu juga sama egoisnya?” kesal dari Elmi.

Gerard kelihatan menghela napas sambil tersenyum dengan miring. Ia benar-benar kelihatan tidak bisa habis pikir dengan apa yang sudah dilakukan olehnya tersebut. Dan sekarang…, ini adalah hal yang paling menyeramkan bagi Elmi.

Gerard kemudian berangsur pergi setelah Elmi berkata begitu dengan nadanya yang tenang. Ada Alina di sana, tidak mungkin dia akan berteriak juga. Benar, Gerard langsung pergi dari sana, mungkin ini jauh lebih baik.

Dia melepaskan tangannya dari kedua telinga sang anak tersebut. Ia benar-benar merasa berat, hatinya tersentak, dan dirinya gemetar di saat itu juga. Dunia ini jadi benar-benar hancur sekali bagi diri Elmi.

Mereka berdua benar jadi ke toko es krim, memakannya di sana, dengan duduk di meja yang biasa mereka duduki kalau datang ke sana. Elmi tetap murung dan hanya menatap es krim yang ada di depannya dengan tatapan yang sedikitnya kelihatan sangat kosong sekali.

“Ma.., kenapa masih murung? Apa es krimnya tidak enak?” tanya Alina kepadanya.

Elmi langsung tersadar dari lamunannya, “Oh, tidak Nak, haha, es krimnya enak kok,” jawabnya.

Mata anaknya menatap dirinya dengan tatapan iba. “Lalu kenapa? Apa mama masih kepikiran dengan pria yang tadi datang itu?” tanya Alina.

Bagaimana cara menjelaskannya ya…, Alina masih terlalu kecil untuk bisa tahu mengenai hal tersebut, dan diri Elmi tidak siap memberitahukan yang sebenarnya sekarang kepada anaknya tersebut.

“Lalu ma…, kenapa pria itu mengaku sebagai papa? Memangnya benar ma, dia papaku?” Tanda tanya dari Alina sekarang benar-benar membuat dirinya tidak bisa berkata apa-apa.

Apakah Elmi sudah harus memberitahukannya kepada Alina perihal tersebut?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status