Sari menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Sesaat ia dan Jojo saling pandang. Ada kepanikan dari raut wajah Jojo di sana.
"Sar… aku bisa selesaikan ini semua. Aku janji. Tolong jangan pergi." Jojo ingin meraih tangan Sari. Namun, Sari tepis dan menggeleng. Sebagai isyarat bahwa ia tidak mau.
Sari mencaci dirinya sendiri dalam hati. Ia sudah tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya terasa sangat lemas. Kini, Ia harus ikhlas melepas Jojo. Mengubur kembali cinta yang telah bangkit.
Percuma dilanjutkan, jika harus mengorbankan bayi dalam kandungan Erika. Sari tidak mau dirinya terkena karma dikemudian hari. Mundur adalah jalan yang tepat. Meski harus mengorbankan rasa malu di hadapan keluarga.
"Sudah, Mas. Cukup." Lirih Sari.
"Sar…. " Sari menunjuk bibirnya, isyarat untuk Jojo menghentikan ucapannya.
"Tega kamu, Mas! Aku mundur. Menikahlah dengan dia." Tangis Sari pecah. Kesedihan dikhianati oleh sahabat yang akan menjadi calon imamnya sangat membuatnya sakit.
Menikah dengan sahabat ia pikir, jalan terbaik. Namun, tidak semudah itu. Setiap hubungan pasti memiliki masalahnya sendiri. Murka Sari membuat ia lupa diri bahwa ini semua adalah cobaan dari Tuhan.
"Sar, aku mohon. Aku bisa urus masalah ini."
"Dengan apa? Nikah siri dengannya? Menggugurkan kandungan? Gila kamu! Sudah cukup besar dosa yang kamu lakukan. Mau kamu tambah lagi?"
"Aku janji hanya sementara. Setelah dia melahirkan, aku akan menceraikannya."
"Pecundang! Tega sekali kau mempermainkan pernikahan? Persahabatan kita selama enam tahun ternyata tidak membuatku mengenalmu seutuhnya." Sari beranjak dari kursi. Melenggang pergi.
Kali ini Jojo tidak menghalau Sari. Ia membiarkan calon istrinya itu pergi. Jojo tidak percaya bisa sejauh ini masalah yang dibuatnya.
Sekarang Jojo tidak tahu harus berbuat apa. Benar ia mencintai Erika. Namun, apa ia akan mengambil keputusan menikahinya atau meninggalkannya?
Sama sekali Jojo sedang tidak bisa menggunakan akal sehatnya untuk berpikir. Semua terasa buntu. Beberapa menit ia habiskan hanya terdiam. Lalu, melenggang keluar kafe. Mencari sosok Sari.
Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Nihil. Terlambat semua. Sari sudah benar-benar pergi dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka.
***
Erika, gadis seksi. Ia adalah seorang pemain hati. Kehidupannya begitu gelap karena pergaulan di sekitar menuntun pada dunia malam. Terlahir dari sebuah keluarga miskin di desanya, ia memutuskan untuk merantau ke kota paling berkembang di pulau Kalimantan. Mencari sesuap nasi hingga sebongkah berlian dari kantong-kantong lelaki bermata keranjang.
Namun, ketampanan Jojo meluluhkan hatinya. Erika mulai berhenti bermain hati. Jika sudah mendapatkan lelaki tampan, royal, dan single, mengapa harus melanjutkan menjadi wanita jalang? Semua lelaki mata keranjang yang sering berkencan dengannya, ia putuskan. Fokus menjadi pelayan kafe tanpa melayani plus.
Erika juga ingin memiliki pasangan yang mampu mencukupi kehidupan pribadi serta keluarganya. Ia berpikir, Jojo adalah jawaban untuk berhenti dari kemaksiatan yang bisa saja membuatnya tidak memiliki harga diri karena dicap sebagai perempuan perebut laki orang.
Kini hatinya hancur. Sama hancurnya seperti yang Sari rasa. Ia tak habis pikir seorang buaya bisa juga di kerjain buaya. Namun, inikah karma untuk Erika? Karena dosa di masa lalu? Menyakiti banyak hati perempuan bahkan mungkin anak-anak dari si hidung belang yang pernah singgah.
Tekad Erika, ia tidak akan melepas Jojo. Segala cara akan dihalalkan untuk membuat Jojo kembali.
***
"Mah, batalkan saja semua persiapan pernikahanku."
Sari mempercepat langkah kaki menuju lantai dua. Membiarkan wajah kedua orang tuanya terpaku tanpa penjelasan di ruang keluarga. Sesampainya di ruang kamar, segera ia mengunci pintu. Sendiri adalah obat penenang untuk saat ini.
Ibu Ani--ibu Sari--mengejar, tetapi tidak mau mengetuk pintu. Hanya bersandar di balik pintu kamar Sari. Mendengar tangis anak tunggalnya meledak. Ada sakit tak berdarah di sana. Sakit yang tak bisa Ibu Ani bantu mengobatinya.
Suaminya yang sudah berada di belakangnya, hanya mengelus pundak. Melarang untuk mengganggu Sari. Membiarkan anak mereka tenang dan meluapkan emosinya terlebih dulu.
Ibu Ani dan suaminya kembali ke ruang keluarga. Saling diam. Tidak tahu apa yang terjadi. Hati mereka ikut teriris teringat jeritan marah dan sakit Sari dari balik pintu tadi. Perlahan Ibu Ani tak dapat menahan bulir bening. Membiarkan menetes.
Suaminya hanya mampu memeluk. Lalu mengingatkan tentang masalah mereka saat akan menikah. Hatinya sedikit tenang. Sekarang mereka hanya bisa berdoa. Mendapat jalan yang terbaik untuk anak tunggalnya. Satu-satunya harapan yang akan menghadirkan keturunan kelak.
Ibu Ani mengambil gawai. Mencoba menghubungi Jojo. Namun, nomor Jojo sedang tidak aktif karena ia di dalam pesawat. Kembali ke Kalimantan.
Sekarang Jojo hanya bisa berpikir, bagaimana cara bicara dengan keluarganya? Ia harus bertanggung jawab dengan apa yang pernah diperbuat. Menikahi Erika dan membatalkan dengan Sari. Menahan malu atas aib yang telah ia adakan sendiri.
Namun, apakah ini jalan Jojo dan Sari? Perlahan hati Jojo mulai bimbang. Ia merasa tidak menginginkan anak dalam kandungan Erika. Baginya sangat memalukan menghamili orang diluar nikah.
Terbesit dalam hati Jojo ingin meminta Erika menggugurkan. Namun, masih ada rasa takut dalam hati. Teringat perkataan Sari tadi. Ia sudah terlalu jauh dari ajaran Tuhan. Begitu banyak dosa yang dikumpulkan. Apakah akan menambahnya lagi?
Bersambung….
Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia
Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka
[Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua
Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu
Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]
Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj