Home / Romansa / Cinta vs Pelet / Tuhan Maha Mendengar

Share

Tuhan Maha Mendengar

Author: Swimbi D. A
last update Last Updated: 2021-09-16 10:52:20

Jojo menjadi murung belakangan ini. Setiap pulang kerja ia memilih berdiam diri di kamar. Ingin sekali mencoba menghubungi Sari, tetapi pesan ibunya untuk bersabar menanti kabar lebih dulu dari Sari. 

Khawatir akan membuat Sari terganggu jika ia menghubungi. Justru gawai Jojo dipenuhi oleh pesan dan panggilan dari Erika. Sama sekali tidak dibalasnya. 

Di tempat lain, Erika tak henti mencari cara. Seorang teman menyarankan untuk bermain ilmu hitam. Hanya itu jalan satu-satunya membuat Jojo kembali. 

Namun, Erika menolak. Sering kali teman-temannya menyarankan agar ia menggunakan susuk agar menarik perhatian lelaki dan dengan mudah mendapatkan uang lebih banyak. Erika yang masih memiliki rasa takut, menolak. Ia khawatir candu atau membuat para pelanggannya tergila-gila dengannya. 

Erika tidak mau menjalani kehidupan seperti ini selamanya. Ia berniat berhenti jika memang sudah mendapatkan lelaki yang bisa memenuhi semua kebutuhannya. Ia masih berusaha menghubungi Jojo. Ratusan pesan yang ditinggalkan hanya sebuah permintaan maaf dan rayuan dengan kata manis. 

Jojo yang sudah mengetahui sifat asli Erika, tidak merasa iba atau terayu lagi.

"Brengsek!" teriak Erika. 

Ia baru saja mengirim pesan ke Jojo lagi tetapi, pesan itu hanya tercentang satu. Foto profil lelaki itu pun sudah tidak terpampang. Artinya Jojo telah memblokirnya. 

Erika putus asa. Ia menghubungi seorang teman yang mengetahui alamat rumah dukun terkenal di dekat rumah orang tuanya.

***

"Bro, nggak ikut main PS di bawah?" tanya Roni. 

Ia muncul dari balik pintu kamar Jojo yang terbuka sedikit. 

"Malas, Bro. Bro, gue mau minta pendapat."

Roni masuk ke kamar dan duduk di pinggir ranjang. Menanti kata yang akan Jojo lontarkan. Kali pertama Jojo mengisahkan cinta segitiganya kepada seorang teman. Ia merasa sudah sangat mentok dan tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin Roni memiliki saran atas masalahnya. 

Roni terkenal seorang lelaki berwibawa. Banyak teman yang sering meminta solusinya dalam hal apapun. Lelaki berjenggot itu selalu bisa membantu teman-temannya menyelesaikan masalah dengan sebuah dalil yang diajarkan dalam agama. Ia satu-satunya karyawan lulusan pesantren. Diakui oleh semua teman bahwa ilmu agamanya paling baik diantara yang lain. 

"Sudah coba solat tobat?" Jojo terdiam. Hanya menggeleng. "Cobalah. Sebelum kau meminta maaf kepada wanita itu, minta maaf ke Yang Maha Pemberi Maaf."

Kalimat singkat yang menyadarkan Jojo. Semenjak perkenalannya dengan Erika membuat ia semakin jauh dari Tuhan. Asik menikmati indahnya dunia dan melupakan dunia abadi. Manusia memang begitu bukan, mereka akan kembali menyembah kala terjebak masalah. Namun, hanya segelintir orang yang sadar dan kembali. Jika masalah itu adalah dari Tuhan. Teguran untuk mengingat kepada Sang Pencipta. 

"Sudah jangan dipikirkan. Serahkan diri saja sama Allah. Gue ke bawah dulu, ya, mau gabung sama yang lain." Roni beranjak. Sebelum berjalan menuju pintu keluar, ia menepuk punggung Jojo. 

***

Sepertiga malam tiba. Jojo masih terjaga dalam tidur. Ia segera bangkit dan mengambil air wudu. Kali pertama air matanya bercucuran di atas sajadah. Memohon ampunan dan petunjuk. Berulang ia bersujud, mengharap Sang Pencipta iba dan memberikan jalan yang terbaik untuknya. 

Di saat yang bersamaan, Sari pun masih belum menemukan titik temu tuntunan jawaban dari Tuhan. Atas keputusan apa yang akan ia ambil. Dalam sujud, ia juga meminta yang terbaik. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi keluarganya juga. 

***

Hari ketiga Jojo melakukan ritual meminta maaf pada Tuhan. Ia merasa ada energi yang tidak biasa dalam tubuhnya. Tubuh dan pikiran mulai terasa enteng. Tanpa beban. Bahkan ia juga telah ikhlas dengan apapun jawaban Sari nanti. 

Hari ini, ia mencoba menghubungi ibunya. Bercerita tentang hatinya yang ikhlas. Memohon maaf kepada orang tua yang telah ia sakiti. Ibu Ning pun telah memaafkan dan ikhlas dengan keputusan Sari. Siap menerima hujatan dari siapapun tentang aib anaknya. 

Ia tak peduli. Bagaimana pun, Jojo tetap anaknya yang harus ia lindungi dan berikan perhatian lebih agar tidak putus asa dan terjebak lagi dalam lobang kemaksiatan. 

Setelah mereka mengakhiri obrolan di telepon. Tak lama Ibu Ning mendapat telepon dari Ibu Ani. Sebuah kabar yang mereka nanti tiba. Ibu Ning siap mendengar jawaban dari Ibu Ani. 

Tak hanya melebarkan telinga, hatinya pun harus berlapang dada. 

[Bu…,] tangis Ibu Ani pecah. Tak mampu melanjutkan kata. 

Ibu Ning tahu, pasti ini kabar buruk. Ia yang sudah mempersiapkan diri mendengar jawaban apapun, hanya bisa pasrah. 

[Iya, Bu. Saya dan keluarga terkhusus Jojo sangat merasa menyesal. Kami siap dengan jawaban apapun yang Sari putuskan.]

[Sari… mau melanjutkan ke jenjang pernikahan bulan depan. Sesuai rencana awal.]

Betapa terkejutnya Ibu Ning. Terbuat dari apa hati Sari hingga bisa memaafkan Jojo dan mau menerimanya kembali. Kini, kedua Ibu itu menangis haru. Tersedu dengan sebuah keputusan besar yang Sari ambil. 

Ibu Ning yang tidak percaya, berulang bertanya, apa ini sungguh? Sebuah kenyataan? Ia pun berulang berterima kasih. 

Setelah mengakhiri percakapan, ia memanggil suaminya. Menceritakan kabar baik ini. Meminta suaminya yang menelpon Jojo dan memberi kabar. Karena ia merasa tidak bisa berbicara. Terharu. 

Netra Jojo berbinar, mendengar kabar dari ayahnya. Ia tak kuasa menahan haru. Lalu bersimpuh pada lantai. Bersujud syukur. Pada Tuhan ia berjanji, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Menyakiti hati orang-orang yang disayangi. 

Memulai hidup baru. Berumah tangga dengan gadis yang telah membuatnya kagum akan kebaikan hatinya. 

Ibu Ning merebut gawai yang dipegang suaminya. 

[Le, janji sama Ibu, jangan kecewakan Sari lagi.]

[Nggih, Bu.]

[Sudah sana, telepon Sari.]

Jojo pun mengakhiri telepon setelah mengucap salam. Jemarinya bergetar, kala mencari kontak Sari. Ia masih gugup. Apa yang akan diucapkan pertama kali kepada calon istrinya itu? 

Kata maaf dan terima kasih tak akan cukup, pasti. Janji pada diri sendiri dan bersikap jauh lebih dari sebelumnya mungkin bisa menjadi penebusan dosa. 

Bersambung….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta vs Pelet   Emak Marah

    Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia

  • Cinta vs Pelet   Jojo Menemui Erika

    Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka

  • Cinta vs Pelet   Erika Melabrak Sari

    [Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua

  • Cinta vs Pelet   Ruqyah Pertama

    Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu

  • Cinta vs Pelet   Penyesalan Jojo

    Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]

  • Cinta vs Pelet   Sari Sadar Kelicikan Erika

    Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status