공유

Bab 4

작가: Rona
Setelah mengucapkan itu, Wira langsung berbalik dan berlari keluar dari bandara.

Raisa mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi datar. Seperti yang dia duga, postingan teratas di media sosial adalah dari Jennifer.

Dia tidak menulis apa pun, hanya memposting foto lukisan itu. Sementara itu, Wira langsung pergi, meninggalkan Raisa dan janji yang telah mereka buat.

"Bu, waktunya hampir habis," kata petugas bandara.

Raisa tersadar, berhenti menatap punggung Wira, dan memilih berjalan ke arah sebaliknya.

Setibanya di Tiber, Raisa menerima pesan dari Wira.

[ Aku nyusul dua hari lagi. Kamu jalan-jalan duluan. ]

Raisa cukup terkejut. Ternyata Wira bukan batal datang, melainkan hanya terlambat. Sepertinya pria ini benar-benar ingin menyelesaikan semua urusan mereka secepat mungkin.

Raisa tidak menunggunya. Dia menyewa pemandu lokal dan ikut tur. Namun, karena kondisi tubuhnya tak sanggup mengikuti aktivitas berat, dia lebih sering beristirahat sendirian di kamar.

Saat Wira tiba, Raisa sudah bersiap untuk pulang.

"Raisa, aku ninggalin banyak kerjaan demi temani kamu gila-gilaan dan kamu malah anggap ini lelucon?" Dengan marah, Wira menendang koper Raisa hingga isi di dalamnya berhamburan keluar.

Melihat bajunya berserakan di lantai, Raisa hanya tertawa getir. "Temani aku? Bukannya Jennifer ada di kamar sebelah?"

Ekspresi Wira langsung kaku. Dia menjawab dengan nada kurang yakin, "Jennifer cuma datang untuk lukis pemandangan, jangan selalu bersaing sama dia!"

Jari-jari Raisa menegang, tetapi dia memilih diam. Dia menunduk, mulai memunguti bajunya satu per satu.

"Aku ganggu ya?" Jennifer tiba-tiba muncul di ambang pintu.

Emosi di wajah Wira langsung hilang. Yang muncul justru kepanikan dan perhatian. "Kamu nggak enak badan, 'kan? Kok bangun?"

"Masa aku cuma bisa tiduran terus? Lagi bahas apa? Aku dengar suara kalian cukup keras, jadi aku datang lihat."

Mendengar itu, Wira melirik ke arah Raisa. "Bukan apa-apa kok. Kamu lapar nggak? Aku ambilin makanan ya."

Jennifer mengangguk malu. Wira hendak pergi, tetapi langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Dengan malas, dia menoleh ke Raisa. "Kamu gimana? Mau makan apa?"

Raisa baru saja selesai mengemas baju terakhirnya. Hanya dengan aktivitas ini saja, keringat sudah membasahi dahinya.

Dia bisa merasakan perubahan pada nada suara Wira. Dengan suara datar, Raisa menjawab, "Nggak usah."

Wira mendengus dan menunjukkan wajah jengkel. "Ya sudah kalau nggak mau. Kamu mati kelaparan juga bukan urusanku. Mukamu pucat kayak hantu!"

Pintu ditutup dengan keras. Kini, hanya tersisa Raisa dan Jennifer di dalam kamar. Ini bukan pertama kalinya Raisa bertemu dengannya.

Keluarga Taulany awalnya hanya keluarga biasa di Kota Nemar, tetapi kemudian mendadak kaya. Jadi, mereka tidak pernah diakui oleh Keluarga Ginanjar yang sudah mapan.

Jennifer punya sifat sombong. Dia menganggap Keluarga Ginanjar memandang rendah dirinya. Dulu dia pun marah dan pergi ke luar negeri, berusaha membuktikan diri.

Namun sekarang, dia diam-diam kembali. Hal pertama yang dilakukan adalah menghubungi kembali cinta pertamanya.

Sebagai orang luar, Raisa melihat ini sebagai sesuatu yang konyol. Kini tanpa kehadiran Wira, Jennifer bahkan tak berniat berpura-pura lagi.

"Raisa, lama nggak jumpa," katanya dengan sinis.

Kemudian, dengan satu tendangan, dia membalikkan koper Raisa yang baru selesai dirapikan.

Melihat semua barang yang dia susun dengan susah payah kembali berantakan, amarah Raisa langsung naik.

Dia tahu Jennifer sengaja memancing emosinya. Raisa pun menanggapi tanpa ragu. Saat berikutnya, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jennifer yang halus.

Saat Wira masuk, yang dia lihat adalah pipi Jennifer yang merah dan mata yang berkaca-kaca. Di tangannya, ada semangkuk mie yang tadinya dia bawa untuk Raisa, tetapi kini terjatuh ke lantai.

Tanpa mendengar penjelasan, dia langsung melangkah maju dan menampar Raisa dengan keras. "Raisa, jangan keterlaluan!"

Jennifer menatap Wira sambil menangis. "Itu salahku. Aku yang nggak sengaja tendang koper Raisa. Aku tahu dia nggak suka aku. Aku pergi saja ...."

Dia cepat-cepat berlari ke luar kamar. Tanpa berkata apa pun, Wira hendak menyusulnya. Namun, Raisa tiba-tiba memanggilnya, "Wira, permintaan ketiga, tetap di sini."
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 25

    Melihat kondisi Wira saat ini, Yola sangat senang. Kalau saja boleh mengambil foto, dia pasti sudah memotret momen ini dan membakarnya untuk diperlihatkan kepada Raisa di alam sana.Sambil menatap Yola, Wira menjilat bibirnya yang kering dan pecah-pecah. "Tali merahnya mana?"Yola sama sekali tidak menyebut soal tali itu, hanya menunduk dan mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tasnya. Mata Wira tak lepas dari setiap gerak-geriknya.Yola menempelkan buku catatan itu ke dinding kaca."Apa itu?" Wira bingung. Yang ingin dia lihat adalah tali merah, bukan buku.Yola tidak menjawab, hanya membuka buku itu dan memperlihatkannya. Begitu melihat isi halaman, mata Wira langsung membelalak.Setiap halaman, setiap baris, penuh dengan tulisan tangan yang tak rapi. Yola tak mengatakan apa-apa, tetapi Wira sudah tak mampu menahan getaran di bibirnya.Setelah waktu yang lama, Yola baru berkata, "Wira, surat yang kamu terima waktu itu bukan ditulis oleh Raisa. Kamu tentu nggak tahu gimana dia m

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 24

    Wira perlahan mengangkat kepalanya. "Lebih baik apa?"Nada dingin dan tajam dari pertanyaannya membuat orang yang berbicara tadi seketika bungkam. Sorot matanya pun tampak ketakutan. Dia buru-buru bersembunyi di belakang.Melihat itu, Wira menyeringai sinis. "Kenapa? Nggak berani ngomong? Menyesal dulu nggak bawa anak haram itu pulang?"Ayahnya punya anak di luar nikah. Semua anggota keluarga besar tahu tentang ini, kecuali dirinya. Saat itu, dia hanya mengalami kecelakaan mobil dan kehilangan penglihatan, tetapi semua orang sudah berebut kekuasaan, ingin dia turun dari posisinya.Kalau bukan karena Raisa yang merawatnya dengan sepenuh hati, menemaninya melewati masa-masa kelam itu, mungkin dia sudah dimakan hidup-hidup oleh orang-orang ini.Pikiran itu langsung membuat dadanya sesak dan sakit. Melihat wajah mereka yang terkejut, seolah-olah tak percaya dia bisa tahu semua itu, ekspresi Wira semakin dingin dan kejam."Aku bukan cuma nggak akan kasih Grup Sutrisno ke kalian, tapi parasi

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 23

    "Raisa, boleh aku membalaskan dendammu?" Suara Wira pelan.Begitu ucapan itu dilontarkan, dia mengangkat botol bir di atas meja dan menghantamkan botol itu ke kepalanya sendiri berulang kali. Darah langsung mengucur deras, membasahi kemeja putihnya.Kemudian, dia berbaring di sofa sambil memeluk foto kenangan Raisa. Tiba-tiba, ponsel berdering."Maaf, Pak Wira. Banyak orang yang menelepon untuk mengabari soal pencarian tali merah itu, tapi nggak ada satu pun yang berhasil menemukannya.""Ya ...." Wira memejamkan mata dalam kepedihan.Beberapa saat kemudian, dia menyuruh asistennya memesankan tiket pesawat. Kalau tidak bisa menemukannya, dia akan memintanya lagi. Tali merah yang sama persis, dari sumber yang sama.Beberapa jam kemudian, pesawat mendarat. Wira menempuh perjalanan sulit hingga tiba di kaki gunung. Kata warga sekitar, kuil itu berada di puncak gunung.Namun, hanya mereka yang benar-benar tulus dan memiliki niat suci yang akan diberi kesempatan untuk bertemu dengan sang gur

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 22

    Ponsel Wira tiba-tiba menerima banyak pesan ucapan ulang tahun. Dia baru tersadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.Dia seperti mesin yang rusak, otaknya berhenti bekerja. Jarinya menggulir layar tanpa sadar. Entah bagaimana, dia membuka pesan-pesan lama dari Raisa.[ 27 Mei 2024, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ][ 27 Mei 2023, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ][ 27 Mei 2022, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ]....Tulisan-tulisan di layar ponsel itu seperti monster yang siap memangsanya. Seluruh tubuhnya menggigil hebat dan kesakitan, seolah-olah ada makhluk tak kasatmata yang mencabiknya.Ponsel terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai dengan suara keras. Apakah Raisa terlalu memahami dirinya? Raisa tahu dirinya tidak akan pernah membaca pesan yang dikirimnya.Itu salahnya karena terlalu kejam. Dia bahkan tak pernah menyadari bahwa setiap tahun, Raisa adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.Dadanya terasa sakit. Dia

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 21

    Wira mengurung Jennifer di vila itu. Dia menyita ponselnya, mengambil semua barang miliknya, dan tidak meninggalkan sedikit pun makanan di dalam.Meskipun Jennifer terus berteriak, Wira tetap mengunci pintu rapat-rapat dan pergi tanpa menoleh.Ponsel Wira hampir meledak karena terus-menerus dihubungi asistennya. Begitu dia mengangkat, suara lega langsung terdengar dari seberang. "Pak Wira, akhirnya Bapak angkat juga. Ada urusan penting yang harus segera Bapak tangani."Namun, Wira tidak menanggapi. Ekspresinya datar saat memberi perintah, "Belikan beberapa kotak bir, kirim ke rumahku."Tanpa menunggu jawaban, dia langsung mematikan telepon dan tak peduli lagi pada ponselnya.Jendela-jendela kamar ditutup rapat, tirai pun diturunkan hingga tak ada cahaya masuk. Wira memeluk bantal yang dulu digunakan Raisa, menghirup dalam-dalam aroma yang masih tertinggal.Namun, tak butuh waktu lama hingga dia menyadari bahkan aroma tubuh milik Raisa pun perlahan menghilang.Semua emosi yang selama in

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 20

    Wira berjongkok, tampak hampa seolah-olah tubuhnya tak memiliki jiwa. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan uang arwah dan melemparkannya ke dalam tungku pembakaran.Dia sangat ingin tahu di mana Raisa dimakamkan. Dia sangat merindukannya hingga tak bisa tidur semalaman.Dia bertanya kepada asistennya, tetapi si asisten memberitahunya bahwa kabar kematian Raisa datang dari sepucuk surat anonim.Dalam surat itu, ada foto Raisa saat mencabut identitas kependudukannya, juga salinan rekam medisnya. Satu-satunya informasi tentang makam hanyalah sebuah nisan dengan nama tertulis, tanpa alamat, tanpa lokasi. Asistennya tak tahu Raisa dikuburkan di mana.Wira seakan-akan disambar petir mendengar itu. Namun, tak lama kemudian, pikirannya tertuju pada Yola, wanita yang membalas dendam dengan kejam itu.Yola adalah sahabat Raisa, pasti tahu di mana Raisa dimakamkan. Bisa jadi Yola sendiri yang menguburkannya.Tanpa pikir panjang, Wira langsung meluncur ke rumah Yola. Namun, begitu sampai, dia malah

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status