Share

Ayah Mertua

Udara malam di Manhattan cukup menusuk, tetapi tak lantas menciutkan nyali Sagara untuk membenamkan diri dalam dinginnya alam terbuka. Terhitung dua puluh menit sudah berlalu sejak pria itu berdiam diri di kursi taman belakang kediaman sang istri. 

Termenung memeluk sepi tanpa ada yang menemani. Udara segar dan suasana tentram menjadi pertimbangan utama Sagara menyukai tempat itu. 

Di setiap sudut taman dihiasi oleh tanaman dan aneka jenis bunga yang sangat indah. Cahaya lampu taman setia menyoroti kesendirian Sagara.

 Beruntung rembulan sedang berbaik hati. Dia seakan ingin menghadirkan cahaya paling terang untuk pria itu malam ini. Untuk yang kesekian kalinya, angin malam menusuk kulit Sagara dan meninggalkan jejak es pada kulit wajah dan bagian lain yang tak terselimuti helai kain. 

Mata Sagara menatap lurus

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status