Share

Bab 6

Author: Souleta
"Hadiah-hadiah itu sudah aku jual."

"Pakaian, sudah aku rapikan dan simpan."

Setiap kali Hailey membuka mulut, wajah Flynn tampak semakin pucat.

"Kamu marah sama aku, ya?"

Hailey tidak menjawab.

Flynn buru-buru membuka lemari lainnya dan menemukan koper Hailey yang sudah tertata rapi. Dia menghela napas lega.

"Kita sebentar lagi pindah ke rumah baru, ya. Jadi lebih baik memang diberesin dari sekarang, biar nanti tinggal dibawa."

"Hadiah-hadiah itu ... ya sudahlah, sudah lama juga. Nanti aku belikan kamu yang lebih bagus." Dia menggenggam tangan Hailey dan berkata dengan nada seolah-olah merasa bersalah.

"Sayang, maaf. Aku nggak tahu kenapa aku bisa sebodoh itu, sampai nggak sengaja melukai kamu."

Hailey menatapnya, tapi dalam hatinya tak muncul lagi gelombang apa pun. Hampa.

Malam harinya, Flynn duduk di tepi ranjang, menemaninya.

"Sayang, nanti kalau kamu udah tidur, baru aku pergi. Kalau nggak, aku nggak tenang."

Hailey telah terbiasa dengan kehadiran Flynn di sisinya selama lima tahun. Namun sekarang, untuk mengubah kebiasaan itu, Flynn hanya butuh waktu kurang dari sebulan.

Pukul satu dini hari, Hailey akhirnya mulai mengantuk.

"Hailey?" panggil Flynn tiba-tiba.

Refleks, Hailey membuka matanya.

Cahaya redup dari layar ponsel memantul di wajah Flynn. Kegelisahan dalam dirinya tidak bisa dia sembunyikan. Hailey menutup mata lagi.

"Sayang?"

Kali ini, seperti yang diharapkan Flynn, Hailey tidak menjawab.

Flynn pun langsung bangkit dan berjalan keluar. Suara yang berusaha ditahannya dengan pelan, terdengar sangat lega. "Jangan ngambek, ya. Aku sebentar lagi nyusul kamu."

Pintu kamar ditutup perlahan.

Hailey termenung, pikirannya melayang pada masa lalu.

Di tahun keempat hubungan mereka, Hailey pernah mengalami kecelakaan mobil hingga kakinya patah. Saat itu, Flynn meninggalkan semua pekerjaannya dan merawatnya semalaman tanpa tidur.

Hailey memintanya beristirahat, tapi dia menolak. Dia bilang, "Aku takut saat kamu kesakitan, aku malah nggak tahu."

Namun sekarang ... dengan orang yang sama, bahkan satu menit bersamanya pun terasa seperti beban. Hailey ... sudah tidak butuh dia lagi.

Keesokan paginya, hujan kembali turun.

Begitu Hailey keluar dari kamar, dia langsung melihat Flynn berjalan cepat ke arahnya. Sebagian besar bajunya sudah basah, tapi dia tampak antusias saat mengeluarkan sesuatu dari pelukannya.

"Untung nggak kehujanan. Aku beliin dari tempat favoritmu. Aku buru-buru pulang biar masih hangat, takut dingin jadi nggak enak."

Hailey menerima bungkusannya, pangsit itu masih hangat di tangan. Dia memang sedang lapar, jadi tidak menolak.

Flynn pergi ke dapur membuatkan segelas susu kedelai untuk Hailey dan secangkir teh jahe untuk Elysa.

Elysa duduk di hadapan Hailey, lalu mengirim sebuah foto padanya.

Di foto itu tampak cahaya lampu jalan menerangi gerimis yang turun lembut. Payung Flynn dimiringkan untuk menutupi Elysa hampir seluruhnya, sementara jas hitamnya membungkus tubuh Elysa dengan rapat.

Di pojok bawah foto, tampak siluet toko sarapan favorit Hailey.

Hailey mengangkat kepalanya. Elysa sedang menyeruput teh jahe, lalu tersenyum padanya.

"Pangsitnya enak nggak?"

Dulu, jarak pulang-pergi ke toko sarapan itu memakan waktu dua jam dan Flynn telah menempuhnya ribuan kali hanya untuk Hailey. Namun, kali ini dia hanya kebetulan lewat, bukan karena Hailey.

Hailey menghabiskan pangsit terakhirnya. "Cukup enak."

Senyum Elysa sedikit memudar.

Hailey menenggak habis susu kedelainya.

Dalam dua hari terakhir, Flynn tiba-tiba menunjukkan perhatian luar biasa padanya. Setiap pagi membelikannya sarapan, menyiapkan makan siang dan malam yang berbeda-beda setiap harinya. Namun setiap kali, Elysa selalu ada bersamanya.

Ponsel Hailey kini penuh dengan foto-foto baru, semuanya kiriman tak langsung dari Elysa.

Sisa waktu menuju hari pernikahan tinggal lima hari. Hari itu, Hailey menerima pesan dari Flynn.

[ Sayang, aku sudah ambil cuti. Tunggu aku pulang, kita langsung pergi foto pre-wedding. ]

Hailey membuka kalender hitung mundurnya. Tanggal pemotretan pernikahan itu dulu dia tandai dengan semangat.

Dulu, ini adalah salah satu momen yang paling dia nantikan. Kini, dia bahkan sudah lupa sepenuhnya.

Hailey mengambil pulpen dan mencoret satu hari lagi dari kalender.

Pernikahan itu sudah tidak dia inginkan. Foto pernikahan itu juga tidak akan diambilnya.

Hari ini saja, sudahi semuanya. Dia dan Flynn sebaiknya berpisah dengan tenang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 20

    Jika dihitung waktunya, itu tepat sehari sebelum pernikahan Flynn dan Hailey.Seluruh tubuh Flynn menegang, bibirnya bergetar, ketakutan mencapai puncaknya. "Hai ... Hailey ...."Hailey justru tersenyum. "Selamat ya."Kata itu seperti menggores darah di hati Flynn. Flynn terus gemetar. Saat ini, semuanya terasa sangat jelas baginya. Dialah yang menghancurkan segalanya dengan tangannya sendiri. Hailey tidak mungkin mencintainya lagi."Flynn, kita pergi sekarang. Kita masih harus mengejar pesawat." Elysa meraih lengan Flynn.Hailey menoleh pada Elysa. "Sepertinya kamu sudah nggak punya jalan mundur."Ketenangan Elysa hampir runtuh.Hailey tersenyum tipis, lalu mengulang, "Selamat ya."Selesai berkata, Hailey langsung berbalik pergi. Elysa memilih ikut tenggelam bersama Flynn, itu pilihannya sendiri. Kalau sudah memilih, berarti harus siap menanggung semua akibatnya.Hailey mempercepat langkah, tak ingin membuat Luther menunggu terlalu lama. Setelah Flynn dan Elysa kembali ke negara asal,

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 19

    Di foto itu, Flynn memeluk Elysa erat-erat, sementara fotografer mencari sudut yang pas untuk memotret.Hailey mengirim pesan dengan tenang.[ Foto ini aku yang ambil, fotografer yang memotret mereka untuk foto prewedding juga aku yang atur. ][ Setelah itu, Elysa bahkan mengirim pesan terima kasih kepadaku, bilang berkat aku foto-fotonya terlihat sangat bagus. ][ Flynn, kamu yakin mau aku terus kirim bukti lain? ]Ruang percakapan pun terhenti karena ketiga pesan itu. Mereka yang biasanya cerewet seolah-olah dibungkam.Cukup lama setelah itu, Flynn mengirim pesan ke grup.[ Hailey nggak salah, aku yang mengecewakan dia. ]Hailey menatap dengan dingin. Permintaan maaf yang datang terlambat sudah terlalu sering dia dengar dan malah membuatnya muak.Hailey tidak peduli pada reaksi orang lain. Dia langsung keluar dari grup."Bantu keluarin aku juga, kita 'kan satu paket," ujar Luther.Hailey melirik Luther, lalu langsung mengeluarkan Luther dari grup itu juga.Ponsel diletakkan, berganti

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 18

    Namun, yang masuk adalah Elysa."Akhirnya kamu sadar. Aku takut setengah mati gara-gara kamu!" Elysa mendekat dengan cepat, bahkan meneteskan air mata bahagia.Namun, saat dia hendak meraih tangan Flynn, tangan itu justru menepisnya dengan keras. "Kenapa malah kamu?"Tatapan dingin Flynn menusuk hati Elysa, membuat senyumannya menghilang. "Kamu berharap Hailey yang datang ya?""Kamu sudah mempersiapkan semua selama tiga tahun, sebentar lagi bisa naik jabatan jadi presdir. Tapi karena satu Hailey, kamu rela buang semuanya begitu saja? Kalau kamu mengorbankan banyak hal, apa Hailey mau peduli sama kamu?""Tutup mulutmu!" Urat di pelipis Flynn menegang. "Kalau bukan karena kamu, semua ini nggak bakal kacau."Elysa tertawa, tetapi tawa itu segera bercampur air mata. "Flynn, kamu ini masih manusia bukan sih? Kamu yang duluan mendekatiku, bilang kalau Hailey cuma tanggung jawabmu dan satu-satunya orang yang benar-benar ingin kamu nikahi itu aku!"Ekspresi Flynn sama sekali tak goyah. "Kamu j

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 17

    Entah dari mana Flynn mendapatkan sebuah mobil. Saat Hailey berangkat kerja, dia berjaga di luar kantor. Ketika Hailey pulang, mobilnya diparkir di halaman dan dibiarkan bermalam di sana.Flynn juga memasak sendiri tiga kali sehari dan menyuruh orang mengantarkannya ke Hailey, bahkan menghitung waktu agar saat diterima masih hangat.Dia juga menyuruh orang membawa camilan yang dulu Hailey suka dari dalam negeri, diamdiam ditaruh di depan pintu apartemennya. Namun, Hailey selalu menyerahkannya kepada orang yang lewat.Baru seminggu, Flynn sudah kehilangan banyak berat badan. Kondisinya jelas terlihat memburuk. Setiap kali tatapan mereka tak sengaja beradu, mata Flynn langsung memerah, penuh permohonan.Namun, Hailey cepat-cepat mengalihkan pandangan, benar-benar menganggapnya seperti orang asing. Dia tidak ingin punya hubungan apa pun lagi dengan Flynn dan tidak mau membuat Luther merasa tidak nyaman karena Flynn.Salju pertama turun, suhu mendadak turun drastis. Tahu Hailey takut dingi

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 16

    Saat ini, Flynn benar-benar terlihat seperti anjing yang kehilangan rumah, tetapi itu sama sekali tak membangkitkan sedikit pun rasa iba dalam hati Hailey. "Seperti yang kamu pikirkan. Bukannya kamu sudah lama tahu?"Selesai berkata begitu, Hailey mengalihkan pandangannya dan langsung menutup pintu.Luther duduk di meja makan menunggunya. Hailey berjalan mendekat, lalu Luther secara alami menyerahkan sendok kepadanya. Ujung jari Hailey sedikit bergetar."Kenapa tadi kamu nggak keluar?"Ini bukan gaya Luther. Begitu hubungan mereka ditetapkan, dia langsung dengan tegas menunjukkan bahwa Hailey adalah miliknya. Kini, seluruh kantor cabang sudah tahu bahwa Luther pergi ke luar negeri karena Hailey."Hailey, aku juga bisa merasa takut." Luther tersenyum tipis. "Tapi sekarang aku sudah nggak takut lagi.""Kenapa?""Aku memahamimu. Kamu nggak akan menoleh ke belakang." Tatapan Luther membara. "Aku terima kalau sekarang kamu belum terlalu suka padaku, tapi kamu orang yang bertanggung jawab. L

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 15

    "Jangan panggil aku begitu, menjijikkan!"Flynn terdorong beberapa langkah sebelum bisa berdiri stabil. Matanya tiba-tiba memerah."Soal foto pernikahan itu, aku sudah jelaskan padamu, itu palsu. Hari itu aku sudah bilang, aku sedang dinas luar.""Aku nggak ada hubungan dengan Elysa, aku anggap dia seperti adik. Kalau kamu nggak suka, aku nggak akan bertemu dengannya lagi.""Kamu sengaja menyembunyikan dirimu dariku. Aku susah payah mencari tahu keberadaanmu. Aku sampai naik pesawat sepuluh jam untuk datang ke sini.""Hailey, kumohon padamu, jangan begini padaku. Aku nggak sanggup." Suara Flynn bergetar, penuh dengan rasa tertekan.Hailey menggigit bibir merahnya erat-erat, dadanya bergelora dengan rasa muak. "Flynn, kamu ini nggak punya rasa malu ya?"Flynn tertegun menatap Hailey. "Sebenarnya kenapa? Aku salah apa? Kita sudah bersama lima tahun, sebentar lagi menikah. Kenapa kamu tiba-tiba nggak mau lagi denganku?"Hailey menatapnya tanpa ekspresi. "Di hari pernikahan itu, kamu lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status