Share

Bab 5

Author: Souleta
Hailey tiba-tiba tertawa. "Jadi ... kenapa dia nggak menikahimu saja?"

Wajah Elysa langsung membeku. "Hailey, jangan kira kamu menang. Meski dia menikahi kamu, hatinya tetap cuma untukku."

Dengan sengaja, Elysa menggoyangkan gelas di tangannya.

Pandangan Hailey langsung menajam. Itu adalah gelas pasangan yang dia buat sendiri untuk hari pernikahan mereka. Sekalipun pernikahan itu tidak jadi, gelas itu tetap miliknya.

"Kembalikan padaku." Hailey baru saja mengulurkan tangan, Elysa langsung berpura-pura terjatuh ke lantai. Gelas itu juga pecah berkeping-keping.

"Apa yang kamu lakukan?!"

Hailey belum sempat bereaksi ketika Flynn masuk dan tidak sengaja menjatuhkannya ke lantai. Pecahan keramik menancap ke telapak tangan Hailey, rasa perihnya langsung menusuk tulang.

"Dia menghancurkan gelasku, aku cuma ...."

"Ya biarkan saja kalau gelasnya sudah rusak. Hailey, kamu ini benar-benar keterlaluan!"

Ucapan Flynn membuat kata-kata Hailey terhenti di tenggorokan. Darah mulai menetes dari sela-sela jarinya dan terjatuh ke lantai.

Di pelukan Flynn, Elysa merintih kesakitan.

Flynn hanya diam dua detik, lalu segera mengangkat Elysa dalam gendongannya dan bergegas keluar. "Tenang, ada aku di sini. Aku antar kamu ke rumah sakit."

Rasa sakit itu membuat mata Hailey memerah. Dia menunduk dan memandangi pecahan gelas di lantai.

Selama lima tahun, dia mencintai Flynn tanpa syarat. Pada akhirnya, baik dia memang benar ataupun salah, Flynn tetap memaksanya untuk mengalah pada Elysa.

Di detik itu juga, amarah yang membuncah dalam hatinya tiba-tiba mengendap. Masalahnya bukan pada dirinya. Masalahnya adalah, Flynn memang tidak pantas dicintai.

Hailey mengambil sisa gelas yang satu lagi, lalu membuangnya bersama pecahannya ke tempat sampah. Kemudian, dia tidak menoleh lagi.

Malam itu, Hailey tidur dengan tenang.

Keesokan paginya, Flynn mengirim pesan.

[ Sayang, maaf. Mama Elysa itu sahabat dekat mamaku. Aku pernah janji ke mereka untuk menjaga Elysa baik-baik. Aku takut terjadi sesuatu sama dia, kesan mamaku nanti jadi buruk sama kamu. ]

[ Elysa terus menangis semalam. Aku nggak tega ninggalin dia sendirian di rumah sakit, makanya aku nggak pulang. Kamu jangan salah paham. ]

Kalimat-kalimat itu, intinya hanya membela dirinya sendiri.

Hailey langsung melempar ponselnya ke samping. Tak ada satu kata pun yang ingin dia balas.

Sore harinya, Flynn pulang bersama Elysa. Setelah menempatkan Elysa dengan nyaman, barulah dia mengetuk pintu kamar Hailey. "Aku nggak tahu lukamu sampai separah itu. Aku janji, nggak akan ada kejadian seperti kemarin lagi."

Flynn menggenggam tangan Hailey, bahkan tidak berani menekannya sedikit pun.

Lukanya memang tidak dalam, tapi guratan darah yang masih tampak membuat siapa pun akan terkejut melihatnya.

Hailey hanya mengangguk ringan, lalu menunduk dan mencoret satu angka lagi di kalender hitung mundur pernikahan. Dulu saat membuat kalender itu, dia begitu bersemangat menantikan hari pernikahan tiba. Namun sekarang, satu-satunya yang dia nantikan adalah hari kepergiannya.

"Hailey, kenapa gelasnya dibuang?"

Hailey mengikuti arah pandang Flynn, menuju tempat sampah di sudut ruangan. Dia tetap terdiam, tetapi wajah Flynn mulai panik.

"Hanya tinggal satu memang nggak bagus. Nanti kita buat yang baru, yang lebih bagus dari sebelumnya."

"Nggak akan ada nanti."

"Apa?"

Flynn tidak menangkap ucapannya dengan jelas, tapi kegelisahannya semakin menjadi-jadi.

"Kalau kamu capek, biar aku yang urus semuanya. Kalau kamu nggak suka Elysa, nggak apa-apa. Setelah pernikahan kita selesai, aku janji nggak akan ketemu dia lagi."

"Sayang?" Dia menggenggam tangan Hailey. Hailey menatapnya.

"Tangan kamu dingin sekali. Kamu sakit ya?" Di wajah Flynn, jelas tergambar kekhawatiran dan perhatian.

"Aku ambilkan selimut, ya."

Flynn berjalan cepat menuju lemari dan membukanya. Di dalam lemari itu telah kosong setengah, yang menghilang semuanya adalah barang-barang milik Hailey.

Flynn langsung menoleh dan melihat ke sekelilingnya.

Barulah saat itu, dia menyadari bahwa semua barang yang dulu memenuhi kamar ini, sekarang telah tiada.

Suara Flynn mulai bergetar.

"Mana hadiah-hadiah yang aku kasih?"

"Hailey, mana bajumu?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 20

    Jika dihitung waktunya, itu tepat sehari sebelum pernikahan Flynn dan Hailey.Seluruh tubuh Flynn menegang, bibirnya bergetar, ketakutan mencapai puncaknya. "Hai ... Hailey ...."Hailey justru tersenyum. "Selamat ya."Kata itu seperti menggores darah di hati Flynn. Flynn terus gemetar. Saat ini, semuanya terasa sangat jelas baginya. Dialah yang menghancurkan segalanya dengan tangannya sendiri. Hailey tidak mungkin mencintainya lagi."Flynn, kita pergi sekarang. Kita masih harus mengejar pesawat." Elysa meraih lengan Flynn.Hailey menoleh pada Elysa. "Sepertinya kamu sudah nggak punya jalan mundur."Ketenangan Elysa hampir runtuh.Hailey tersenyum tipis, lalu mengulang, "Selamat ya."Selesai berkata, Hailey langsung berbalik pergi. Elysa memilih ikut tenggelam bersama Flynn, itu pilihannya sendiri. Kalau sudah memilih, berarti harus siap menanggung semua akibatnya.Hailey mempercepat langkah, tak ingin membuat Luther menunggu terlalu lama. Setelah Flynn dan Elysa kembali ke negara asal,

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 19

    Di foto itu, Flynn memeluk Elysa erat-erat, sementara fotografer mencari sudut yang pas untuk memotret.Hailey mengirim pesan dengan tenang.[ Foto ini aku yang ambil, fotografer yang memotret mereka untuk foto prewedding juga aku yang atur. ][ Setelah itu, Elysa bahkan mengirim pesan terima kasih kepadaku, bilang berkat aku foto-fotonya terlihat sangat bagus. ][ Flynn, kamu yakin mau aku terus kirim bukti lain? ]Ruang percakapan pun terhenti karena ketiga pesan itu. Mereka yang biasanya cerewet seolah-olah dibungkam.Cukup lama setelah itu, Flynn mengirim pesan ke grup.[ Hailey nggak salah, aku yang mengecewakan dia. ]Hailey menatap dengan dingin. Permintaan maaf yang datang terlambat sudah terlalu sering dia dengar dan malah membuatnya muak.Hailey tidak peduli pada reaksi orang lain. Dia langsung keluar dari grup."Bantu keluarin aku juga, kita 'kan satu paket," ujar Luther.Hailey melirik Luther, lalu langsung mengeluarkan Luther dari grup itu juga.Ponsel diletakkan, berganti

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 18

    Namun, yang masuk adalah Elysa."Akhirnya kamu sadar. Aku takut setengah mati gara-gara kamu!" Elysa mendekat dengan cepat, bahkan meneteskan air mata bahagia.Namun, saat dia hendak meraih tangan Flynn, tangan itu justru menepisnya dengan keras. "Kenapa malah kamu?"Tatapan dingin Flynn menusuk hati Elysa, membuat senyumannya menghilang. "Kamu berharap Hailey yang datang ya?""Kamu sudah mempersiapkan semua selama tiga tahun, sebentar lagi bisa naik jabatan jadi presdir. Tapi karena satu Hailey, kamu rela buang semuanya begitu saja? Kalau kamu mengorbankan banyak hal, apa Hailey mau peduli sama kamu?""Tutup mulutmu!" Urat di pelipis Flynn menegang. "Kalau bukan karena kamu, semua ini nggak bakal kacau."Elysa tertawa, tetapi tawa itu segera bercampur air mata. "Flynn, kamu ini masih manusia bukan sih? Kamu yang duluan mendekatiku, bilang kalau Hailey cuma tanggung jawabmu dan satu-satunya orang yang benar-benar ingin kamu nikahi itu aku!"Ekspresi Flynn sama sekali tak goyah. "Kamu j

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 17

    Entah dari mana Flynn mendapatkan sebuah mobil. Saat Hailey berangkat kerja, dia berjaga di luar kantor. Ketika Hailey pulang, mobilnya diparkir di halaman dan dibiarkan bermalam di sana.Flynn juga memasak sendiri tiga kali sehari dan menyuruh orang mengantarkannya ke Hailey, bahkan menghitung waktu agar saat diterima masih hangat.Dia juga menyuruh orang membawa camilan yang dulu Hailey suka dari dalam negeri, diamdiam ditaruh di depan pintu apartemennya. Namun, Hailey selalu menyerahkannya kepada orang yang lewat.Baru seminggu, Flynn sudah kehilangan banyak berat badan. Kondisinya jelas terlihat memburuk. Setiap kali tatapan mereka tak sengaja beradu, mata Flynn langsung memerah, penuh permohonan.Namun, Hailey cepat-cepat mengalihkan pandangan, benar-benar menganggapnya seperti orang asing. Dia tidak ingin punya hubungan apa pun lagi dengan Flynn dan tidak mau membuat Luther merasa tidak nyaman karena Flynn.Salju pertama turun, suhu mendadak turun drastis. Tahu Hailey takut dingi

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 16

    Saat ini, Flynn benar-benar terlihat seperti anjing yang kehilangan rumah, tetapi itu sama sekali tak membangkitkan sedikit pun rasa iba dalam hati Hailey. "Seperti yang kamu pikirkan. Bukannya kamu sudah lama tahu?"Selesai berkata begitu, Hailey mengalihkan pandangannya dan langsung menutup pintu.Luther duduk di meja makan menunggunya. Hailey berjalan mendekat, lalu Luther secara alami menyerahkan sendok kepadanya. Ujung jari Hailey sedikit bergetar."Kenapa tadi kamu nggak keluar?"Ini bukan gaya Luther. Begitu hubungan mereka ditetapkan, dia langsung dengan tegas menunjukkan bahwa Hailey adalah miliknya. Kini, seluruh kantor cabang sudah tahu bahwa Luther pergi ke luar negeri karena Hailey."Hailey, aku juga bisa merasa takut." Luther tersenyum tipis. "Tapi sekarang aku sudah nggak takut lagi.""Kenapa?""Aku memahamimu. Kamu nggak akan menoleh ke belakang." Tatapan Luther membara. "Aku terima kalau sekarang kamu belum terlalu suka padaku, tapi kamu orang yang bertanggung jawab. L

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 15

    "Jangan panggil aku begitu, menjijikkan!"Flynn terdorong beberapa langkah sebelum bisa berdiri stabil. Matanya tiba-tiba memerah."Soal foto pernikahan itu, aku sudah jelaskan padamu, itu palsu. Hari itu aku sudah bilang, aku sedang dinas luar.""Aku nggak ada hubungan dengan Elysa, aku anggap dia seperti adik. Kalau kamu nggak suka, aku nggak akan bertemu dengannya lagi.""Kamu sengaja menyembunyikan dirimu dariku. Aku susah payah mencari tahu keberadaanmu. Aku sampai naik pesawat sepuluh jam untuk datang ke sini.""Hailey, kumohon padamu, jangan begini padaku. Aku nggak sanggup." Suara Flynn bergetar, penuh dengan rasa tertekan.Hailey menggigit bibir merahnya erat-erat, dadanya bergelora dengan rasa muak. "Flynn, kamu ini nggak punya rasa malu ya?"Flynn tertegun menatap Hailey. "Sebenarnya kenapa? Aku salah apa? Kita sudah bersama lima tahun, sebentar lagi menikah. Kenapa kamu tiba-tiba nggak mau lagi denganku?"Hailey menatapnya tanpa ekspresi. "Di hari pernikahan itu, kamu lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status