Share

Diam-diam Bertemu

*****

"Akkhh!!!!" teriak Rara sembari menenggelamkan wajahnya diatas bantal. Kedua tangannya mencengkeram sprei dengan erat, kedua kakinya menendang-nendang asal.

"Om Dirga, aku kangen!!" Rara menggigit bantal menyalurkan kekesalannya. Kemudian menelentangkan badannya menatap langit-langit kamar. 

Sudah dua hari Ia tidak menghampiri Om Dirga, dan juga tidak berbagi makanan kepada pria itu. Bukannya Rara tidak mau, namun Rara sering melihat Ayahnya selalu menatap tajam dirinya ketika Ia kedapur. Jika sedang berada didapur Ia selalu berusaha untuk terlihat tenang, berusaha untuk tidak tahu apa yang dilakukan Ayahnya. 

"Ayah juga, ngapain sih, suka mantau aku terus? Dikira aku gak tahu apa, ish, nyebelin. Jadi kan gak ketemu Om Dirga." kesal Rara, sekarang dirinya sangat merasa kesal setengah mati. Harus menahan gejolak rindu yang selama ini Ia tahan.

Dan untuk malam ini Ia sangat tidak tahan, rasanya Ia ingin berlari kencang keluar rumah lalu masuk kedalam rumah Om Dirga. Dan tinggal bersama Om Dirga selamanya. Haha, impian yang selalu dia impikan setiap malam. 

Yah, otak Rara sekarang sangat tidak berfaedah, kalau tidak berfikir tentang kuliah, Ia selalu berfikir bagaimana jika dirinya hidup bersama Om Dirga. "Apa aku samperin aja Om Dirga kerumahnya diam-diam kali, ya" tiba-tiba terbesit ide konyol diotak Rara, ide bertemu diam-diam dengan pria itu. 

Rara segera duduk di kasur. "Iya, aku datang aja ke rumah Om Dirga diam-diam. Jangan sampai ketahuan sama Ayah.

Rara tersenyum lebar dengan ide cemerlangnya. Ia segera bangun lalu berlari kecil ke lemari, mengambil jaket dan celana kulot panjang. Rara melirik jam yang menunjukan pukul setengah tujuh malam, senyumnya semakin lebar lalu segera memakai jaket juga celana kulotnya.

Dengan pelan Ia membuka pintu kamar, wajahnya melirik kiri kanan memastikan tidak ada kakaknya atau Bunda. Jika Ayahnya masih belum pulang jika jam segini. Setelah memastikan tidak ada orang, Raaa segera berlari sembari menjinjing sendalnya dan berlari tanpa alas kaki.

"Yes! Berhasil" sorak Rara pelan, lalu memakai sendal setelah keluar dari gerbang rumahnya. Dengan senyum lebar Rara berseru. "I'm coming Om Dirga!"

Tidak tahu saja Rara jika dirinya sedang di perhatikan oleh seseorang di balkon. "Susah, sih. Kalo udah bucin." 

*****

Rara terkikik geli setelah melewati gerbang rumah Om Dirga, seperti kebiasaan pria itu selalu tidak mengunci pagar. Ada untungnya sih buat Rara, bisa keluar masuk ke rumah pria itu sesuka hati. 

"Om Dirga kebiasaan banget suka nggak ngunci pagar. Gimana kalo ada maling kerumah, terus ada orang aneh yang masuk sembarangan." 

Rara berjalan santai masuk kedalam rumah, melirik kanan kiri memperhatikan detail rumah pria itu. Berasa sudah lama Rara tidak masuk ke rumah ini, dan di setiap sudut Rara merasa rindu dengan suasana rumah Dirga. 

" Gak ada yang beda, ya. Sama aja, yang bedanya cuma sikap Om Dirga aja yang lebih dingin kek kulkas" gerutu Rara sangat kesal dengan sikap pria itu akhir-akhir ini. "Kalo gue gak cinta, gue,," 

"Gue apa?" 

Rara terlonjak kaget mendengar suara yang begitu dekat di belakangnya. Kepalanya menoleh ke belakang dan terlihat Om Dirga yang menatapnya datar. Rara menghela napas lalu mengusap dadanya pelan. 

"Bikin kaget aja deh. Permisi kek, apa kek, kalo aku jantungan gimana!" kesal Rara sembari memberikan jarak karena tubuh mereka begitu dekat yang membuat Rara gugup setengah mati. 

Dirga mengedikkan bahunya. "Itu salah kamu, bukan saya. Dan juga kenapa kamu datang kesini malam-malam? Ngendap-ngendap lagi, kayak pencuri aja." Rara menatap kesal Om Dirga dari belakang, sedangkan pria itu membuka pintu lalu masuk diikuti Rara yang juga masuk ke dalam rumah pria itu. 

" Aku emang pencuri, kan pencuri hati Om Dirga, eakk! "goda Rara sembari mencolek bisep Dirga. Dirga menggelengkan kepalanya prihatin lalu Ia menaiki tangga untuk ke kamarnya. Tapi,

" Kenapa kamu ikutin saya? " Rara nyengir, kedua tangannya bertaut." Pengen liat kamar Om Dirga, boleh, ya? "

Dirga menahan kepala Rara dengan telunjuknya. "Diam disini. Jangan ikutin saya, kalo gak, kamu sekarang pulang." Rara gelagapan lalu menggenggam telunjuk Om Dirga dari keningnya. "Jangan dong, Om, aku bisa sampe kesini tuh, butuh perjuangan. Jangan di usir!" 

Dirga menatap telunjuknya yang digenggam oleh gadis itu lalu menatap wajah Rara yang memelas. Dirga menghela napas pasrah lalu mengangguk pelan, tangannya melepas dari genggaman Rara kemudian melenggang pergi tanpa kata. 

Rara sumringah, walaupun Ia tidak dibolehkan ikut ke kamar Om Dirga tapi Ia sangat senang dirinya tidak jadi diusir. "Makasih, Om ganteng." 

***

Kemudian Rara berbalik dan berkeliling rumah Dirga. Rumah pria itu nyaman dan minimalis, tidak begitu besar namun sangat nyaman dan bersih. Ruang tamu dengan sofa besar membuat Rara tidak kuasa ingin duduk disana.

"Hehe, nyamannya" ujar Rara setelah mendaratkan bokongnya disofa empuk milik Dirga. "Kalo aja aku sama Om Dirga nikah, bakal betah disini sambil nonton drakor" ujar Rara mencoba satu-satu sofa itu sambil ditepuk-tepuk.

"Pengen liat dapurnya, boleh, gak, sih? Penasaran. Sebagus apa, senyaman apa dapur milik Om Dirga."

Rara menimang-nimang idenya, apakah harus pergi kedapur atau duduk disini menunggu pria itu datang. Tapi, kesempatan tidak datang dua kali jadi Rara memilih untuk pergi kedapur untuk pertama kalinya.

Setelah sampai di dapur Rara tercengang. Dapur milik Om Dirga sangat keren dan nyaman. Tempat masaknya sangat lengkap dan ada meja makan mini dengan dua kursi. Sederhana dan bersih, juga Rara sangat suka dengan kelengkapan di dapur ini.

"Wah, keren. Lengkap semua lagi, bersih juga. Apa Om Dirga suka masak, ya?" ujar Rara dengan matanya yang berbinar menatap seluruh isi dapur.

Rara menatap kulkas ukuran besar disisi meja makan. Dengan senyum lebar Rara membuka kulkas itu lalu semakin berbinar mata Rara. " Lengkap banget bahan-bahan masakannya. "

" Ada daging, ikan, kerang, wah kayak di supermarket ini mah. Ada udang juga, Wih, ada daging wagyu!" Rara mengambil daging sapi dari Jepang itu lalu ditatapnya daging itu, ditekan-tekan pelan lalu diciumnya.

"Daging mahal emang beda, ya, bentuknya. Wah, jadi pengen nih" Rara membolak-balik daging Wagyu itu menilik serat-serat daging dengan sesama. "Apa aku ambil aja, ya? Om Dirga bakal marah gak, ya, dagingnya aku ambil."

"Itu sama saja dengan mencuri"

Rara terlonjak kaget melirik Om Dirga yang sedang bersandar didinding. Dengan cengengesan Rara mengembalikan daging itu kedalam kulkas lalu menutup kembali kulkasnya.

"Eh, Om. Aku kira bakal lama" tanya Rara menghampiri Om Dirga lalu duduk di meja makan menghadap pria itu. Dirga juga ikut duduk di kursi didepan Rara, matanya tidak lepas menatap wajah gadis itu.

"Terus kalo saya lama datangnya, kamu bakal ambil daging itu tanpa sepengetahuan saya?" tanya Dirga melipat kedatangannya di dada dan bersandar di kursi.

Rara menelan ludahnya, Ia sekarang merasa terintimidasi oleh tatapan Dirga yang tajam dan juga mempesona. Apalagi setelah beberapa hari ini Ia juga Dirga yang tidak bertemu.

" Ng,, Nggak kok, Om. Aku cuma takjub aja gitu lihat daging mahal mentah disini" elak Rara sambil cengengesan tidak jelas dan mengaruk pipinya yang tidak gatal.

Dirga mengangguk kecil, matanya tidak lepas menatap gadis dihadapannya. "Saya baru tahu, anak orang kaya seperti kamu tidak pernah memakan atau melihat daging mahal."

Rara melotot lalu tangannya memukul meja pelan. "Aku pernah makan, kok. Tapi di restoran Jepang, aku cuma belum lihat daging mentah ya, doang!"

Dirga mengangguk kepalanya tidak peduli. "Kasihan." Rara mencebik, menatap kesal pria itu yang sudah mengejek dirinya. Kok, Om Dirga jadi nyebelin sih, sekarang?

Lalu handphone Dirga berbunyi. Ada pesan masuk dari seseorang, Dirga membukanya lalu Ia baca. Wajahnya menjadi datar juga tidak terbaca, Rara yang melihatnya pun bingung. Dirga menatap Rara datar. "Ra, kamu pulang sekarang. Saya mau tidur."

Rara tertegun sejenak. Ia lupa jika pria itu sangat tidak menyukai dirinya, dan juga risih kepadanya. Dengan berat hati, Rara beranjak lalu membungkukkan badannya pelan. Kemudian berbalik berjalan dengan cepat. Pesan itu, yang membuat Dirga kembali melepas tali dari gadis yang baru saja pergi.

'Dia ada dirumah, lo, kan? Suruh pulang, dan ingat jangan dekati Dia lagi. Ingat janji, lo! "

" Brengsek! "

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status