“Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.
“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.
“Tapi … aku dan dia …,”
“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”
William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.
“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.
“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.
“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”
Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.
“Dia adalah istrimu, katakan kepadanya untuk tidak jatuh hati kepadamu!”
Maya kemudian menarik tangan William dan membawahnya menuju kamar Aurora. Kamar mereka hanya beberapa sentimeter jaraknya. William menatap Maya, dia memperhatikan mimik wajah istrinya itu. Apakah Maya tidak memiliki rasa cemburu sedikit pun?
“Apakah kau tidak cemburu?”
“Aku akan bercinta dengan perempuan lain, kau tidak cemburu sedikit pun?” tanya William bingung. Maya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Keputusan Maya sudah bulat. Dia sudah memikirkan hal ini jauh-jauh hari.
Mata Maya berkabut saat menatap wajah William. “Aku sudah yakin dengan keputusan ini, William!”
Sebelum membuka pintu kamar. William mencondongkan wajahnya lalu mengecup bibir Maya. Dia sangat mencintai perempuan yang ada di pelukannya saat ini. William sedikit kecewa, namun jika dia tidak menuruti keinginan Maya, perempuan itu akan menuntut cerai dan William tidak ingin.
“Kau harus ingat sayang, jangan jatuh cinta kepadanya!”
“Jangan pernah jatuh cinta kepadanya!” sahut Maya mempertegas. William menganggukan kepala mengerti.
Maya membiarkan William masuk ke dalam kamar Aurora. Dia sudah mengambil keputusan ini. William menatap wajah istrinya sebelum dia membuka pintu kamar itu.
“Kau serius sayang?” tanya William sedikit ragu.
“Bercintahlah dengannya! Setelah itu, Aurora akan melahirkan anak untuk kita!” sahutnya.
***
Aurora menatap William yang sudah berdiri di depan pintu kamar. Aurora memakai lingerie yang diberikan Maya tadi pagi. Aurora merasa bahwa lelaki itu tampak sangat asing. Aurora tidak ingin melakukan hal ini kepada lelaki lain. Aurora memiliki kekasih, sialnya Antoni tidak bisa menyalamatkannya.
“Kau sudah siap?”
William menelan salivanya saat menatap Aurora memakai pakaian mini. William sangat tahu, pakaian itu adalah milik istrinya, Maya.
“Sudah siap apa?” tanya Aurora, matanya menyala menatap William. Aurora ketakutan namun dia berusaha memberanikan diri.
Aurora merasa seperti perempuan murahan saat ini. Menunjukan tubuhnya kepada lelaki asing yang tiba-tiba menjadi suaminya.
“Aku akan melakukan sekali, lalu segera lupakan apa yang kita lakukan malam ini!”
William membuka bajunya dengan pelan sambil menatap Aurora yang sangat mempesona. Sejujurnya, dia terangsang dengan apa yang ada di depannya. Aurora benar-benar sangat mengoda.
William segera membaringkan tubuh perempuan itu. Aurora menutup matanya saat William melakukannya. Ini mimpi buruk yang sangat dia sesali.
William menatapnya dan pandangan mereka bertemu. Sialnya, mengapa jantung Aurora malah berdetak lebih cepat?
“Aku akan melakukannya, sedikit sakit namun tenanglah!”
Kulit mereka saling bergesekan. Aurora berusaha menjauhkan wajahnya dari William saat lelaki itu ingin menciumnya.
“Bagaimana aku bisa membuat anak jika kau tidak mau aku cium?”
“Aku tidak mau!”
William tidak peduli, dia mencium Aurora dan mencoba untuk memberikan sentuhan lembut kepada gadis itu. Aurora menitihkan air mata sambil memberontak dari pelukan William.
Selama ini, dia tidak pernah tidur dengan lelaki lain. Namun sekarang, dia menjadi istri dari lelaki asing dan harus melakukan hal itu. Air mata Aurora terjatuh di pipi.
“Kau adalah istriku, seharusnya kau tidak ketakutan melakukan ini!”
Tangan William bergerilya menyentuh benda sensitive istrinya. Aurora berusaha menahan desahan yang ingin keluar dari bibirnya. Semakin lama sentuhan William sangat memabukannya.
“Kau adalah istriku!” bisiknya.
“Istri sementara, kau harus tahu itu, Tuan William!” ucap Aurora sambil mencoba menahan desahannya. Air matanya mengalir di pipi. Lelaki itu berhasil melepaskan seluruh pakaiannya. Kini, Aurora berusaha menutup tubuh polosnya dari William.
William tidak punya banyak waktu. Dia harus melakukannya sekali saja lalu segera pergi menjauh dari perempuan yang berada di bawahnya.
Walaupun tidak mencintai Aurora, William tidak ingin melukai perempuan itu. William dengan lembut melakukan pemanasan agar saat mereka menyatu, tidak membuat perempuan itu kesakitan.
William melumat bibir Aurora dengan intens dan membuat Aurora mendesah kecil. William kemudian melakukan apa yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri. Perlahan, Aurora menjerit dan membuat William semakin semangat memasukan miliknya ke dalam milik perempuan itu.
“Lahirkan anak untukku!”
“Jangan banyak gerak, biarkan milikku menyatuh di rahimmu!”
***
Maya mendengarkan suara desahan yang mengema dari dalam kamar yang berada di depannya. Hatinya benar-benar terluka namun Maya tidak punya cara lain. Dia tidak kuat mendengarkan ocehan mertuanya setiap saat.
Membawah Aurora di kehidupan mereka adalah jalan terbaik. Perempuan itu masih sangat polos dan sangat mudah bagi Maya untuk menyetirnya.
“William … ah … aku … ah …,” Suara desahan begitu menyayat hati Maya. Dia bahkan bisa mendengarkan suara penyatuan suaminya dengan Aurora.
Maya mengigit bibir bawahnya hingga salivanya bercampur darah. Sejujurnya, dia tidak kuat. Namun berusaha berada di depan kamar itu agar William tidak keluar dari dalam kamar Aurora.
“William …,” suara panjang dan penuh gairah itu benar-benar membuat Maya menangis. Maya bergegas berlari masuk ke dalam kamarnya dan segera menutup pintu. Dadanya terasa panas.
“Nona,” ucap Bibi Margaret. Maya spontan menatap ke arah kamar dan menatap perempuan paruh baya yang sedang memandanginya.
“Bibi Margaret, masuklah!”
Perempuan paruh baya itu kemudian masuk ke dalam kamar. Baru kali ini dia melihat majikannya menangis.
“Nona, mengapa melakukan ini?”
“Mengapa membiarkan tuan William menikah lagi?”
Maya menghela napas panjang. Dia tidak punya pilihan. Maya menyeka bulir air matanya. Dia menatap Bibi Margaret dan berusaha tersenyum. “Tidak apa-apa Bibi,” jawab Maya.
“Tapi tuan sangat menyanyangi Nona!”
Maya menatap mata Bibi Margaret. Dia tahu bahwa pelayan setianya itu tidak ingin pernikahan mereka hancur.
“Hanya melahirkan seorang bayi, hanya itu tugas Aurora, Bibi. Setelah itu, Aurora akan pergi dari rumah ini!” ucap Maya.
“Nona, jika tuan William jatuh cinta, bagaimana?”
Maya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
“Tidak mungkin, hal itu tidak mungkin terjadi!” sergap Maya. Dia sangat tahu William. Suaminya itu tidak mungkin jatuh cinta dengan mudah kepada perempuan lain. William sudah jatuh hati kepadanya.
“Bibi keluarlah! Aku menunggu William malam ini,” ucap Maya. Perempuan paruh baya itu kemudian keluar dari dalam kamar. Wajah Bibi Margaret sangat sedih. Dia prihatin dengan keutuhan rumah tangga majikannya.
Bersambung …
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m
Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di
Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi
“Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke