Share

Bab 5

Penulis: Anana-chan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 17:32:31

William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.

“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.

Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.

Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.

Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.

Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.

“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya menyala memandangi William. Penuh kebencian di dalam dirinya.

Aurora lalu segera turun dari tempat tidur dan mengambil handuk lalu melilitkan benda itu ke tubuhnya. Rasa sakit terasa di sekitar kakinya. Bercak merah jelas terlihat di atas kasur.  

William memakai pakaiannya dan menatap Aurora yang sedang menangis. Tubuh Aurora bergetar, William tiba-tiba iba melihat perempuan itu menangis histeris.

“Kau istriku, bukan perempuan murahan, jadi jangan berpikir aku memperkosamu.”

“Aku seperti lelaki yang berdosa, padahal aku sudah menjadikanmu istriku,” jelas William.

“Kamu akan melahirkan anakku,” sambungnya lagi.

“Lupakan apa yang terjadi malam ini, pastikan dirimu menjaga kesehatan demi bayi yang akan kamu kandung itu!”

William bergegas keluar dari dalam kamar. Aurora merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia mengusap wajahnya sambil sesekali menghela napas panjang.

William berjalan menuju kamarnya dan menatap Maya sedang duduk di meja rias. William bergegas memeluk istrinya. Maya menatap wajah William.

“Bagaimana?”

“Jangan tanyakan hal ini, aku tidak mungkin menyakitimu. Aku hanya ingin punya anak lalu perempuan itu pergi!”

Maya menyentuh pipi William. “Mengapa mengatakan itu?”

“Karena aku mencintaimu, Maya.  Aku tidak mencintai perempuan lain!” tukasnya.

Dring!

Ponsel William bergetar. Ada Tuan Damian yang tertera di layar.

“Ayahmu,” ucap Maya.

“Hallo ayah?” sahut William kemudian.

“Ayah akan datang, pastikan isrimu mau ikut dalam program kehamilan, jangan biarkan kalian seperti ini!”

William menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini.

“Ayah…,”

“Apa lagi William, kau tidak mau? Istrimu tidak mau?”

“Kapan kalian punya anak kalo begitu? Pernikahan kalian sudah lima tahu dan sampai sekarang belum punya anak! Perusahaan kita akan diwariskan kepada siapa?” gerutu Tuan Damian. Nada suaranya meninggi.

Maya selalu ketakutan saat mertuanya itu marah. Tuan Damian memiliki kekuasaan di bidang industri fashion dan lelaki itu bisa mematikan kariernya.

“Apakah istrimu mandul?”

“Aku sudah tahu, William. Dia itu perempuan mandul!” gerutu Tuan Damiant secara sarkas.

“Perempuan madul yang mementingkan kariernya!” tukas tuan Vemor penuh emosi. William memeluk Maya yang menangis di sampingnya saat ini. William menggelengkan kepala. Dia tidak ingin Maya menangis.

“Tidak ayah, istriku akan melahirkan anak. Aku akan memiliki anak!” hardik William mencoba membela Maya.

“Kau harus tahu, jika dalam satu tahun ini kau tidak memiliki anak. Ayah akan mencabut seluruh kepentinganmu di dunia bisnis!” ancam Tuan Damian.

Tit!

Panggilan terputus. William menghela napas panjang. Maya memeluk William dengan erat. Dia menangis di pelukan suaminya saat ini.

“Sayang, tenanglah!”

“Ayah tidak mungkin menghancurkan kariermu, setelah bayi kita lahir dari Aurora, dia akan berubah.” Maya terus menangis di dalam pelukan suaminya.

William menatap wajah Maya dengan lekat. Dia menyeka air mata istrinya itu dengan pelan.

“Sayang,” serunya.

“Aku tidak ingin ayahmu menghancurkan duniaku,” sahutnya dalam isak tangisan.

“Tidak sayang, ayahku tidak akan melakukan itu. Aku akan berusaha agar dia tidak menindasmu lagi,” jawab William. Dia megecup puncak kepala istrinya dengan mesrah.

***

Aurora menatap sarapanya yang disediakan Margaret. Aurora merasa tubuhnya sangat sakit. Dia tidak tahu bahwa orang-orang yang melakukan hubungan suami istri akan mengalami kelelahan seperti ini.

Aurora merasa dia seperti perempuan murahan sekarang. Dari tadi pagi, Aurora menghardik dirinya di dalam pantulan cermin. Entah cacian apa yang sudah dilontarkan untuk dirinya. Namun, jika mengingat kondisi keuangan keluarganya. Aurora tidak punya pilihan lain sekarang.

“Antoni, kamu sebenarnya di mana?”

“Mengapa tidak mengangkat ponselku?” gerutu Aurora lirih. Dia mengusap wajahnya frustasi. Seharusnya Antoni ada dan segera menyelamatkannya saat Robert melakukan tindakan kasar. Kekasihnya itu berada di Las Vegas. Namun sekarang, Antoni bagaikan tertelan bumi. Tidak ada kabar apapun.

Aurora menghela napas panjang.

“Nona!” sahut Margaret. Perempuan paruh baya itu menyediakan beberapa potong roti di depan Aurora.

“Nona dan tuan William menyarankanku menyediakan makanan yang bergizi untuk Nona,” jelasnya. Aurora menatap susu yang berada di depan matanya. Margaret juga memberikan beberapa buah dan dengan teratur meletakkan di samping roti bakarnya.

“William dan Maya tidak hadir?” tanya Aurora segera.

“Nona Maya akan turun bersama tuan William,” ucap Margaret kemudian. Aurora menghela napas panjang. Sepertinya dia terjebak di antara suami istri yang aneh.

Tap … Tap …

Suara langkah kaki itu jelas terdengar. Aurora spontan menatap ke sumber suara. Dia memandangi William dan Maya sedang berjalan ke arahnya.

“Sudah sarapan?” tanya Maya sambil tersenyum menatap Aurora. William duduk di samping Maya dan ekor matanya memandangi Aurora yang sedang menyeruput susu cokelatnya.

“Pastikan kamu bahagia, Aurora. Aku tidak mau program kita berantakan!”

Aurora menghela napas panjang. Dia membenci perempuan itu.

“Tubuhmu sakit?”

Bola mata Aurora dan William bertemu beberapa detik. William segera mengalihkan pandanganya saat menatap Aurora.

Maya yang memperhatikan William segera mengengam tangan suaminya. Menarik perhatikan William agar fokus menatapnya di meja makan.

“Aurora, kamu harus rutin memeriksa masa-masa suburmu,” ucap Maya kemudian.

“Kau sudah tahu kan, jangan pernah jatuh cinta kepada suamiku. Semua yang ada di kontrak itu sudah jelas. Jadi jangan tatapan dia dengan pandangan yang sangat dalam!” gerutu Maya membuat Aurora segera menatap roti bakarnya.

William dan Aurora spontan menunduk ke bawah.

“Apa yang terjadi tadi malam, lupakanlah! Jangan membawah perasaanmu dalam bercinta dengan suamiku!” sambung Maya kemudian.

Mereka bertiga menikmati sarapannya dengan suasana hening. Aurora sesekali menghela napas panjang untuk mengeluarkan segala beban di hatinya. William mengamati wajah perempuan itu. Aurora tampak frustasi di tengah-tengah mereka.

“Jangan selalu tegang jika bersamaku, aku tidak akan melakukan apapun. Jangan pernah juga meminta hak batin kepadaku!” jelas William.

Maya tersenyum puas, dia tidak menyangka bahwa suaminya akan mengatakan hal itu kepada Aurora.

“Aku tahu, jadi segera lepaskan aku!” balas Aurora dengan bola mata penuh kebencian.

“Bisa, setelah anakku lahir!” balasnya

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 146

    “Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 145

    “Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 144

    “Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 143

    Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 142

    Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi

  • Taken By The Jerk CEO   Bab 141

    “Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status