Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.
“Kau gadis yang disuruh istriku?”
Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”
Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.
“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.
Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”
“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”
Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora yang terurai panjang. Memperhatikan ornament wajah perempuan itu dengan jelas.
Dia gadis yang cantik, pikirnya.
“Kita akan melakukannya,” bisik William pelan dengan deru napas yang memburu. Bola mata Aurora terbelalak. Aroma maskulin dari tubuh lelaki itu benar-benar menganggunya saat ini.
“M-melakukan apa?” ucapnya terbata-bata. Aurora memundurkan tubuhnya saat William melangkah maju.
William menghela napas panjang melihat gadis di depannya ketakutan. Dia tidak punya waktu banyak.
“Melakukan hubungan suami istri, kau adalah istriku dan malam ini aku akan melakukan tugasku!” ucap William kesal.
Tangan lelaki itu sangat dingin. Aurora bisa merasakan tangan William yang sangat asik menyentuh pipinya dan membuat darahnya berdesir.
“Mengapa kau ingin menjadikanku istri kedua?” sahut Aurora segera. Dia menghunuskan pandangan tajam ke arah William. Deru napas lelaki itu jelas terdengar di telinganya. Dia bisa merasakan William menyentuh pipi hingga lehernya dengan lembut.
Entah mengapa Aurora merasakan sensasi yang berbeda. “Karena istriku ingin melakukan itu!”
“Bodoh!”
“Mana ada perempuan yang ingin dimadu!” sergap Aurora segera. Dia menepis tangan lelaki itu dari pipinya. William memundurkan tubuhnya dari Aurora saat perempuan itu memberontak.
William kembali berjalan menuju meja kerjanya lalu duduk dan melipatkan kakinya di atas sana. “Jangan pernah mengatakan bodoh kepada istriku!”
“Lalu, apa namanya kalo bukan bodoh? Perempuan mana yang ingin suaminya tidur dengan lelaki lain?”
“Ini konyol!”
Aurora mengepal tangannya dengan kuat. Entah keberanian dari mana dia bisa mengatakan semua ini. Senyum kecut terlihat jelas di wajah William.
“Katakan sekali lagi kalo istriku bodoh, aku akan membunuhmu!” ancamnya. Aurora tidak takut, dia malah menatap William dengan ekspresi menantang.
“Dia istri yang bodoh!” balas Aurora secepat mungkin. Wajah William memerah. Dia berdiri lalu berjalan mendekati Aurora.
“Sekali lagi kau mengatakan itu, kau akan menyesal memiliki mulut!”
“Gadis bodoh!”
William menangkup pipi Aurora dan membuat perempuan itu menjerit kesakitan. “Sakit!”
“Ah, kau melukai wajahku!” rintih Aurora. Tangan lelaki itu begitu keras menangkup wajahnya.
“Temui Maya dan kau akan mengerti maksudku itu,” ucap William lalu bergegas berjalan menuju pintu.
“Aku bahkan tidak berselerah menyentuhmu jika bukan karena permintaan istriku!”
Brak!
***
Maya melipat tangannya di dada saat melihat Aurora sedang duduk di depannya. Perempuan itu sangat manis dan sangat muda dari dirinya. Tentu saja Maya sedikit khawatir, namun dia memilih Aurora karena perempuan itu bersedia melahirkan bayi untuk keluarga kecilnya dan juga … perempuan itu terlihat polos.
“Kau hanya perlu melahirkan bayi untuk kami. Setelah itu, kau bisa pergi!” ucap Maya. Aurora yang duduk di depan perempuan itu menatap secangkir capucciono yang sudah disediakan Bibi Margaret untuknya.
“Aku tidak mau!”
“Kau tidak bisa mengatakan hal itu!” balas Maya. Perempuan cantik itu lalu mengambil kopi miliknya dan menyeruput dengan hati-hati.
“Sama saja aku menyewakan rahimku,” ucap Aurora segera.
“Ya, tentu saja. Kau melakukan itu!” spontan Maya menjawab. Aurora menghela napas kasar di udara. Dia menatap Maya yang tampak tenang. Aurora bahkan bingung, apakah perempuan itu tidak mencintai suaminya? Mengapa dia begitu mudah menyuruh orang lain untuk tidur dengan suaminya?
Seumur hidup, Aurora tidak pernah menemui kebodohan ini.
“Kau harus melakukan itu, aku sudah membawah Robert atas semua ini,” ucap Maya sambil mengeser secarik kertas di hadapan Aurora.
“Dia bukan ayahku!”
“Aku tidak peduli!” balas Maya dengan tatapan tajam.
“Baca perjanjian ini dan jelaskan kepadaku jika kau sudah setuju untuk tidur dengan suamiku!” ucap Maya. Aurora menghela napas panjang. Sepertinya perempuan cantik itu sudah kehilangan gairah kepada suaminya. Mengapa menyuruh perempuan lain untuk tidur?
“Kau harus melahirkan bayi untuk suamiku, lalu setelah itu kau harus mengajukan surat cerai,” jelas Maya. Dia menatap tajam ke arah Aurora.
“Cerai?”
“Hai, cerai?” Aurora terkejut.
Maya menganggukan kepala. “Jangan pernah berharap lebih dari suamiku, jangan pernah berharap untuk dimiliki sepenuhnya,” sambungnya lagi.
“Ini konyol!” batin Aurora. Dia mencengkram tangannya dengan kuat.
“Bagaimana kalo aku jatuh cinta?” ucap Aurora segera. Entah dari mana dia berani mengatakan demikian. Bola mata Maya membulat sempurna mendengarkan hal itu.
“Aku akan membunuhmu!”
“Tanda tangani kontrak ini lalu pergilah ke kamarmu!” ucap Maya. Aurora menatap lekat-lekat surat perjanjian itu. Dadanya terasa sesak
“Oke!” ucap Aurora kemudian. Dia lalu menandatangani surat perjanjian yang disodorkan Maya. Aurora menghela napas lega saat Maya segera mengambil kertas itu lalu bergegas pergi. Perempuan berbody sintal itu terlihat tampak terburu-buru.
“Edward, perintahkan dia untuk berdandan cantik malam ini!” ucap Maya. Perempuan itu lalu bergegas menghilang dari balik pintu.
***
Aurora duduk di bibir ranjang sambil terus menatap ponselnya. Untung saja dia berhasil mengambil ponselnya dan menyembunyikan benda itu di dalam bajunya.
“Antoni, angkat teleponnya!”
“Kau harus membebaskan aku!” gerutu Aurora kemudian. Dia sudah mengunci kamar dan tidak ada seorang pun yang bisa masuk.
“Antoni! Kau di mana? Seharusnya kau tahu bahwa aku sudah sampai di Las Vegas dan di sekap di rumah ini,” ucap Aurora. Namun panggilannya tidak pernah diterima oleh Antoni. Aurora berdecak lidah.
“Antoni, tolong bebaskan aku!” gerutu Aurora. Tangannya bergetar dan air mata membanjiri pipinya saat ini. Antoni adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya.
Tok … Tok …
Aurora spontan menyimpan ponsel itu di bawah kasur. Dia berusaha bersikap tenang saat langkah kaki seorang lelaki begitu dekat menghampirinya.
“Nona Aurora, waktunya untuk makan siang!” ucap suara itu. Aurora bergegas membukan pintu. Ada Edward dan Bibi Margaret yang menatapnya dari balik pintu. Kedua pengawal itu tersenyum menatap Aurora.
“Nona harus memakan makanan bergizi, ini adalah susu yang bagus untuk kesuburan anda,” jelas Bibi Margaret. Aurora mengambil makan siangnya lalu bergegas menutup pintu.
“Nona Aurora, jangan lupa untuk memeriksa masa subur!” ucap Bibi Margaret sebelum Aurora menutup pintu.
Aurora duduk sambil mengusap wajahnya frustasi. Ini mimpi buruk, mimpi yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Terjebak di sebuah rumah dan mengharuskannya menjadi istri kedua dari lelaki yang kejam.
“Aku harus bagaimana?” batinnya.
Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Memberikan pasokan oksigen ke tubuhnya.
“Robert, kau akan mendapatkan balasannya!” gumam Aurora dengan penuh emosional.
Bersambung …
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m
Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di
Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi
“Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke