Home / Fantasi / Cintaku 100 Hari / Bab 3 (BAGAIMANA BISA)

Share

Bab 3 (BAGAIMANA BISA)

last update Huling Na-update: 2025-02-26 21:07:35

Arka, Agra, dan Saka berjalan bersama Zalleon menuju kantin.

"Leo, kamu kenapa sih tadi?" tanya Agra penasaran.

"Iya, kenapa?" tambah Saka.

Arka menyipitkan matanya curiga. "Apa jangan-jangan kamu suka sama cewek itu ya?"

Zalleon tersentak. "Enggak... Aku nggak apa-apa," ujarnya sambil mengalihkan pandangan. "Ayo ke kantin."

Mereka pun melanjutkan langkah menuju kantin. Saat sudah membeli makanan dan duduk bersama, Agra kembali membuka pembicaraan.

"Leo, kamu suka ya sama Zira?" tanyanya sambil menyenggol lengan Zalleon.

"Ha? Zira siapa?" Zalleon mengernyitkan dahi.

"Itu, Zira. Cewek yang tadi kamu pegang tangannya," jelas Agra.

Zalleon terdiam sejenak, mencari alasan. "Nggak. Aku kira dia teman lama aku. Mirip banget soalnya."

"Oh, begitu," Agra mengangguk paham.

Arka menyandarkan punggungnya ke kursi dan berkata, "Tapi kalian tahu nggak sih? Zira itu agak aneh. Cuek banget sama cowok. Apa dia nggak suka sama cowok ya?"

"Mungkin dia cuma kurang bergaul aja, Ar. Jangan suudzon," timpal Saka.

"Bukan suudzon, cuma penasaran aja," kata Arka sambil mengangkat bahunya.

Setelah mereka selesai makan dan mengobrol, mereka pun kembali ke kelas. Saat Zalleon masuk, ia tanpa sengaja bertemu tatapan dengan Zira. Hanya sesaat, lalu ia melangkah menuju bangkunya.

Sementara itu, teman-teman Zira mulai berbisik-bisik.

"Eh, anak baru itu kayaknya aneh banget deh," kata Manda.

"Iya, masa tadi dia megang tangan kamu, Zir?" tambah Lia.

Zira menghela napas. "Mungkin dia kira aku orang yang dia kenal. Dan ternyata bukan."

"Masa iya sih? Tapi gue curiga, jangan-jangan Leo suka sama kamu!" goda Manda.

"Iya, Zir! Leo kayaknya naksir deh!" sambung Lia.

Zira mendesah kesal. "Apaan sih? Enggak kok!"

"Ciee, lo salting, ya!" goda Manda lagi.

"Ya ampun, Man! Enggak, fitnah aja lo!" jawab Zira sambil memutar bola matanya.

Sementara mereka berbincang, Zira melirik tangannya. Lambang misterius itu masih ada di sana. Ia teringat kejadian pagi itu.

Saat bangun tidur, Zira belum menyadari apa yang ada di tangannya. Baru ketika ia masuk kamar mandi dan mencuci muka, ia melihat lambang seperti tato itu di pergelangan tangannya. Panik, ia mencoba menghapusnya dengan handuk, lalu mencuci dan menggosok-gosok kulitnya hingga memerah. Namun, lambang itu tetap tak hilang.

"Hah... Kok nggak mau hilang sih?!" desisnya panik.

Setelah berulang kali mencoba dan gagal, Zira merasa lelah. Ia menyerah dan mulai menangis. Namun, tiba-tiba, lambang itu bersinar terang. Cahaya putih menyilaukan keluar dari simbol tersebut. Zira terjatuh dan menutup matanya karena silau. Setelah beberapa saat, cahaya itu meredup.

"Apa... Apa itu? Bagaimana bisa?!" bisiknya ketakutan.

Lamunannya terhenti saat Manda dan Lia memanggil namanya.

"Zira! Ziraa!" seru Manda.

Zira tersentak. "Eh? Iya?"

"Kamu kenapa?" tanya Lia curiga.

"Iya, mikirin apa sih?" timpal Manda.

Zira menggeleng cepat. "Gak apa-apa, kok."

Tak lama, bel berbunyi, menandakan jam pelajaran dimulai kembali.

Di dalam kelas, Zalleon tak bisa berhenti memperhatikan Zira dari belakang. Pikirannya dipenuhi pertanyaan.

"Bagaimana bisa kekuatan dan lambangku ada pada wanita itu...?" pikirnya, menghembuskan napas panjang.

Beberapa jam kemudian, bel pulang sekolah berbunyi.

"Leo, kamu bawa motor nggak?" tanya Arka.

"Enggak, Ar."

"Yah, kenapa nggak bawa? Besok bawa ya!" pinta Saka.

Zalleon tersenyum. "Ya udah, besok gue bawa."

"Mau pulang bareng gue nggak, Leo?" tawar Agra.

"Makasih, Gra. Gue pulang sendiri aja."

"Ya udah, gue duluan ya," kata Agra.

"Iya, gue juga," tambah Saka.

"Gue duluan, Leo!" Arka melambaikan tangan.

"Iya, hati-hati kalian!" sahut Zalleon.

Setelah teman-temannya pergi, Zalleon mencari tempat sepi. Ia masuk ke kamar mandi pria yang kosong, lalu menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat. Dalam sekejap, ia sudah berada di depan rumahnya.

Sesampainya di kamar, ia berbaring di kasur, masih memikirkan Zira.

"Bagaimana bisa kekuatanku ada pada wanita itu? Dan bagaimana cara aku mendapatkannya kembali?" gumamnya.

Zalleon bangkit dan memanggil sang Cahaya.

"Cahaya, di mana kamu? Keluarlah!"

Tiba-tiba, cahaya putih muncul di hadapannya.

"Cahaya, bagaimana bisa kekuatan dan lambangku berada di wanita itu?" tanyanya.

"Wahai Malaikat Zalleon, itu adalah bentuk ujian dari dewa untukmu," jawab Cahaya.

"Baiklah, tapi bagaimana caraku mendapatkannya kembali?"

"Dekati dia dan bujuk agar ia mau menyerahkan kekuatanmu kembali."

Zalleon mengangguk. "Hmm... Baiklah."

Tiba-tiba, Cahaya memberikan sesuatu padanya. Sebuah benda melayang di udara dan jatuh ke tangan Zalleon.

"Apa ini, Cahaya?" tanyanya.

"Ini adalah handphone. Manusia sering menggunakannya. Mungkin suatu saat nanti, benda ini akan berguna bagimu."

"Baiklah. Terima kasih, Cahaya."

Setelah itu, Cahaya menghilang. Zalleon menatap handphone di tangannya. Ia mencoba menekan tombol-tombolnya, tapi kebingungan.

"Bagaimana cara menggunakan ini...?" gumamnya.

Ia menekan-nekan sembarangan hingga akhirnya layar menyala.

"Ah! Akhirnya menyala juga!" serunya senang.

Namun, setelah beberapa saat melihat-lihat, ia tetap tak mengerti cara menggunakannya.

"Ah... Aku nggak ngerti!" katanya frustrasi.

Akhirnya, ia meletakkan handphone itu di sampingnya dan merebahkan diri di kasur.

"Ahh... Capek juga ya jadi manusia. Padahal aku nggak pernah secapek ini sebelumnya..."

Tak lama kemudian, ia tertidur.

Sementara itu, Zira di rumahnya duduk termenung di kamarnya, menatap lambang di tangannya.

"Apa tato ini akan terus ada di tanganku...?" keluhnya.

Ia mengingat kejadian tadi di sekolah. Saat Leo memegang tangannya dan melihat lambang itu.

"Kenapa tadi Leo melihat tato ini seperti sudah mengetahuinya...? Apa jangan-jangan... dia tahu sesuatu tentang tato ini...?

BERSAMBUNG

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cintaku 100 Hari   Bab 31 (Langkah Menuju Keberanian)

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah tirai kamar Zira, menyapu perlahan wajahnya yang masih lelap. Dentingan jam weker di samping ranjang membangunkannya. Dengan malas, Zira mengusap wajahnya lalu duduk di tepi ranjang. Hari ini adalah hari ujian, dan seperti biasa, dia bersiap lebih awal.Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolah, Zira berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Namun, matanya tiba-tiba tertumbuk pada sebuah benda di meja belajar. Sebuah kaca spion motor—kaca spion milik Brayen.Zira terdiam sesaat, menatap cermin kecil itu dengan rasa bersalah.“Aduh… gimana aku ngembaliin ini? Apa Brayen bakal marah?” gumamnya pelan sambil menghela napas berat. Jantungnya berdegup tak tenang. Kecemasan mulai merayap, membentuk kepanikan kecil dalam dirinya.Ia lalu membuka tasnya dan dengan hati-hati memasukkan kaca spion itu ke dalamnya. Zira menutup tasnya perlahan, seolah menyimpan juga kegugupan di dalamnya. Ia menar

  • Cintaku 100 Hari   Bab 30 (Antara Jarak dan Rindu)

    Suasana kelas menjadi hening, hanya terdengar suara gesekan pena di atas kertas ujian dan detak jarum jam di dinding. Zira mencoba fokus, tapi pikirannya masih saja berputar pada luka di wajah Zalleon. Sekilas, ia melirik ke belakang, melihat Zalleon yang duduk dengan tenang, tapi jelas terlihat lelah. Zira menghela napas, mencoba mengalihkan pikirannya kembali ke soal.Beberapa menit berlalu, dan akhirnya kringgg!Bel pulang berbunyi nyaring, memecah kesunyian ruangan. Para siswa mulai merapikan kertas ujian dan perlengkapan mereka. Zira juga perlahan memasukkan bukunya ke dalam tas, bersama pulpen dan penghapus yang tadi ia pakai.Saat ia hendak berdiri dari bangku, tiba-tiba ada bayangan berdiri di depannya.Zira mendongak.Itu Zalleon.Jantungnya langsung berdegup cepat. Ia tidak tahu harus berkata apa. Masih ada amarah kecil yang tersisa dari pagi tadi, tapi juga ada kekhawatiran dan rindu yang diam-diam menyelusup ke dalam hatinya.

  • Cintaku 100 Hari   Bab 29 (Pertarungan Pertama)

    Langkah kaki Brayen terdengar berat dan teratur saat ia meninggalkan taman sekolah. Wajahnya tak lagi menampilkan senyum ramah yang biasa ia tunjukkan pada semua orang. Kali ini, ada sesuatu yang mengendap dalam tatapannya-gelap, dan menyimpan maksud tersembunyi.Tujuannya jelas: menemui Zalleon.Zalleon berdiri di atap sekolah, sendirian. Angin sore berhembus lembut, mengusap rambut hitamnya yang berkilau diterpa cahaya matahari. Ia menatap langit luas, mencoba menenangkan dadanya yang sesak sejak perbincangannya dengan Zira. Hatinya gelisah, pikirannya penuh dengan kekhawatiran yang tak bisa ia ungkapkan.Tiba-tiba..."Krekk—"Suara pintu atap terbuka memecah keheningan. Zalleon menoleh cepat. Tatapannya langsung berubah tajam. Di sana, berdiri sosok yang tak asing— Brayen.Brayen melangkah mendekat, setiap langkahnya terasa berat dan penuh maksud. Pandangannya tajam menembus udara yang terasa kian menegang. Mereka berdiri sali

  • Cintaku 100 Hari   Bab 28 (Jarak yang Tak Terlihat)

    Suara alarm dari ponsel Zira berbunyi pelan, membangunkannya dari tidur yang tak benar-benar nyenyak. Ia membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamarnya yang tampak kelabu seperti perasaannya pagi itu. Libur dua hari telah berakhir, dan hari ini... ujian dimulai.Zira duduk di tepi ranjang, menarik napas dalam-dalam. Bukan karena takut menghadapi soal-soal ujian, tapi karena ada rasa aneh yang menggelayuti hatinya sejak semalam. Seolah… sesuatu akan terjadi."Zira, sudah bangun? Sarapan dulu, Nak," terdengar suara Ibu dari bawah."Iya, Bu!" jawabnya cepat. Ia pun segera bersiap dan turun untuk sarapan.Setelah selesai makan, Zira mengenakan sepatu dan bersiap keluar. Namun saat membuka pagar rumahnya, langkahnya langsung terhenti.Di depan rumah, berdiri seorang pria dengan santai, bersandar di motor sport birunya. Ia menoleh dan tersenyum.“Hai, Zira,” sapa Brayen.Zira terkejut. “Brayen?! Apa yang kamu lakukan

  • Cintaku 100 Hari   Bab 27 (Dari Balik Bayang-Bayang)

    Zalleon akhirnya tiba di pantai itu. Ia memarkirkan motornya tak jauh dari tempat pengunjung lain. Saat membuka helm dan turun, matanya langsung menangkap sesuatu sebuah motor yang sangat ia kenal."Motor itu... milik Brayen," gumamnya, tajam.Tanpa pikir panjang, Zalleon langsung berlari menyusuri pantai. Matanya menelisik ke segala arah, mencari sosok Zira dan Brayen. Angin pantai menerpa rambutnya, langkahnya cepat dan penuh kecemasan. Hingga akhirnya, pandangannya tertuju pada dua orang yang sedang duduk di pasir.Zira.Gadis itu tertawa riang di samping Brayen. Mereka sedang membuat istana pasir bersama. Wajah Zira tampak sangat bahagia, senyumnya lepas, matanya bersinar. Pemandangan itu menusuk perasaan Zalleon seperti sembilu.Ia terdiam. Napasnya terhembus berat. Ada rasa tak nyaman yang menyeruak dalam dadanya campuran antara cemburu dan rasa kehilangan. Tangannya mengepal, langkahnya ingin maju, ingin menghampiri mereka, ingin m

  • Cintaku 100 Hari   Bab 26 (ketika Langit Cerah, Hati Gelisah)

    Di hari kedua libur sekolah, langit pagi bersinar lebih cerah dari biasanya. Zira duduk di balkon rumahnya, menatap langit biru yang terbentang luas, mencoba menenangkan hati yang masih dipenuhi berbagai rasa yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Tiba-tiba, suara nada dering ponselnya memecah keheningan. Zira sontak kaget, lalu menoleh ke arah meja kecil di sampingnya. Ia segera meraih ponselnya dan melihat layar yang menampilkan panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.Dengan alis sedikit mengernyit, ia mengangkat telepon itu."Halo? Ini siapa?" tanyanya bingung.Sebuah suara laki-laki menjawab di seberang sana, terdengar akrab namun agak dibuat-buat misterius."Hayo, tebak ini siapa?"Zira diam sejenak, mencoba mengenali suara itu. Rasanya sangat tidak asing. Ia memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat, hingga sebuah nama tiba-tiba muncul di benaknya."Brayen?" ucapnya ragu, namun cukup yakin.Suara tawa ring

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status