"Haaaah, apa Bang Rey?" Lola setengah melotot menatap mata Reynald.
"Hahaha." Bukannya menanggapi Lola justru Reynald tertawa mendengarkan pernyataan Lola.
"Ehm, Bang Rey ...," Lola memanggil lagi nama Reynald.
"Hmmm ... kenapa memanggilku?"
"Perintahnya tadi beneran?" tanya Lola dengan wajah innocent yang menatap Reynald, tapi masih ragu membuka kain penutup bagian bawahnya.
"Hahaha! Kamu gampang banget sih dikerjain," celetuk Reynald sambil mencubit hidung Lola.
"Jadi ga beneran?" tanya Lola sambil mengerjapkan matanya.
"Cepet pakai bajunya! Kita sudah mau sampai."
"Mau sampai?" Lola langsung memposisikan tubuhnya untuk bangun dan celingak celinguk menatap ke arah jendela.
"Sini deketan!" Tanpa menunggu jawaban, Lola sudah mengambil pakaian dalam Lola bagian atas dan membantu Lola mengaitkannya kembali, lalu membantu Lola memakai pakaian luar.
"Bang Rey ...,"
"Hmmm?" jawab Reynald singkat
"Ehhm ... Seneng banget sih ngerjain aku!" Akhirnya Lola meluapkan juga isi hatinya pada Reynald sambil menggembungkan wajahnya.
"Habis kamunya lucu, sih!" Reynald bicara sambil mencubit hidung Lola kembali. "Ayo turun kita sudah sampai?"
Klek
"Kita mau ke pantai?" tanya Lola saat sudah membuka pintu dan bau asin air sudah tercium di hidungnya.
"Sudah! Tapi kita bukan ke pantai," jelas Reynald lagi yang sudah keluar lebih dulu sambil mengulurkan tangannya kepada Lola.
"Terus kita mau kemana ini?" tanya Lola sambil mengernyitkan dahinya agak bingung dengan penjelasan dari Reynald.
"Itu, kita mau naik itu!" Reynald bicara sambil menunjukkan jari telunjuknya ke satu arah dan Lola mengikuti arah jari telunjuk Reynald.
"Kita mau naik yacht?" Lola bertanya sambil menengok ke arah Reynald.
Reynald menganggukkan kepalanya tanpa menatap Lola, tapi tangan kirinya sudah merangkul Lola mendekat padanya.
"Hmmm ... Kita mau mancing!" jelas Reynald.
"Mancing? Bang Rey suka mancing?"
Reynald menganggukan kepalanya.
"Aku suka! Cuman sekedar hobi," jelas Reynald.
"Hobi?"
Reynald menganggukan kepalanya. "Aku biasa menghabiskan weekend ku sambil mancing."
"Selamat siang Pak Reynald!" sapa seseorang yang mendekat kepada Reynald sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Reynald. "Selamat siang, semuanya sudah siap?"
"Sudah Pak Reynald! Apa Anda ingin berangkat sekarang?"
Reynald menganggukkan kepalanya.
"Sebaiknya kita lakukan sekarang."
"Baik Pak Reynald." Pria itu kemudian melangkahkan kakinya lebih dahulu diikuti oleh Reynald dibelakangnya dan langsung menuju ke atas yacht.
"Whooaaaaah, yacht nya bagus banget bang Rey!" Lola sumringah melihatnya.
"Kamu baru pertama kali naik ya?"
Lola menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah pernah waktu itu ...,"
Aduuuuuh, keceplosan deh! Aku tentu saja sudah pernah naik kapal pesiar begini. Punya papaku memang lebih besar dari ini, tapi tetap saja punya bang Rey lumayan mewah lah. Tapi haduuuuuh ... kenapa aku jadi keceplosan gini sih, bisik Lola dalam hatinya.
"Waktu itu kenapa?" Reynald menagih kelanjutan cerita Lola.
"Ehm, waktu itu aku naik kapal pesiar punya papanya temen aku." Lola cepat-cepat membuat cerita agar Reynald tidak curiga padanya.
"Kapal pesiar temanmu?"
Lola menganggukan kepalanya.
"Tapi enggak kayak gini! Bagusan ini," jelas Lola berusaha menyenangkan Reynald dengan kebohongannya.
Ya iyalah aku harus bilang kalau itu adalah punya temanku! Kan nggak mungkin aku bilang itu punya papaku! Dia pasti kaget banget nanti kalau tahu siapa papaku, bisik Lola di dalam hatinya tak ingin menambah kecurigaan Reynald.
"Hmmm ... kita akan menghabiskan waktu kita hari ini untuk mengapunng di laut."
"Wow kedengarannya seru!" Lola menimpali Reynald.
"Kamu duduk di sana!" Reynald menunjuk ke arah sofa tempat untuk Lola merebahkan tulangnya. "Aku mau mengurus alat-alat pancing dulu," tambah Reynald menjelaskan.
Lola tidak bertanya apapun lagi hanya menganggukan kepalanya dan duduk di sofa.
"Bolehkah aku memakan makanan di sini?" Lola bicara lagi akhirnya karena tergoda dengan snack di meja.
Reynald langsung menganggukkan kepalanya.
"Semua yang ada di meja itu habiskan saja!" celetuknya lagi.
"Makasih Bang Rey."
Whooooah ... senenglah aku ini! Makanan cemilannya banyak banget! Hihihi ... di rumah aku bisa minta apa aja, tapi kalau ketahuan sama Aldo pasti disinisin, bisik Lola di dalam hatinya dan langsung mencari posisi enak. Lola membuka snack dan dengan santai menyantapnya. Saat itu, kapal sudah mulai bergerak dari pelabuhan, yacht menuju ke tengah lautan.
Untuk beberapa saat mereka sangat sibuk dengan alat pancingnya sedangkan Lola menikmati cemilannya sambil mengamati media sosialnya.
Hmm ... kayaknya dia sibuk banget di depan. Tapi biarin aja lah. Setidaknya aku nggak diganggu dulu atau beberapa waktu. Sebenarnya aku ingin perhatian darinya tapi kenapa yang ada aku malah dikerjai terus ya? Tapi aku senang karena ada temen ngobrol. Biasanya kalau weekend kayak gini aku cuman ditemenin sama medsos, sibuk browsing atau ngerjain tugas tapi sekarang aku punya teman manusia untuk mengobrol walaupun suka iseng. Hihihi, Lola justru sibuk sendiri memikirkan sifat Reynald sambil menikmati cemilannya.
"Ehm ... ehmm ... kelihatannya kamu senang banget sih! Sampai senyum-senyum kayak gitu?" Reynald datang menghampiri Lola membuat Lola bangun dari tidurnya, karena saat Reynald tadi sibuk Lola sedang tidur-tiduran di kursinya.
"Iya aku seneng aja Bang Rey ajakin aku jalan-jalan terus aku bisa makan banyak cemilan!" jawab Lola.
"Kamu suka cemilannya?" tanya Reynald.
Lola langsung mengangguk-anggukan kepalanya.
"Suka banget Bang Rey. Aku nggak bisa makan sebanyak ini di rumah!"
"Kenapa bangun? Tiduran lagi sini!" Reynald yang duduk di tempat Lola tadi merebahkan kepalanya, sudah menepuk pangkuannya sendiri, menyuruh Lola kembali bersantai di sana.
"Beneran nggak papa?"
Reynald mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk menarik Lola kembali pada posisi yang semula.
"Aaaaa ...," Reynald membuka mulutnya.
"Bang Rey mau ini?" Lola bicara sambil tangannya mengangkat crackers yang sedang dinikmatinya tadi.
Reynald menganggukan kepalanya dan Lola pun langsung menyuapi Reynald.
"Mancingnya nggak jadi?"
Reynald menggelengkan kepalanya.
"Jadi dong! Tapi belum sampai ke tengah! Aku ingin ikan yang besar-besar. Kalau di tempat ini aku tidak bisa dapat ikan yang besar."
"Terus mau diapain, dijual?"
"Dilepasin lagi lah!" jawab Reynald singkat.
"Dilepasin lagi? Terus ngapain capek-capek udah di pancing terus dilepasin lagi?"
"Hanya untuk hobi!" jelas Reynald sambil tersenyum dan mulutnya terbuka lagi saat tangan Lola menyuapinya crackers.
"Hiiish, buang waktu dong Bang Rey!" celetuk Lola sambil mengernyitkan dahinya seperti berpikir.
Reynald menggelengkan kepalanya.
"Kan aku nikmatin itu. Lagian yang aku lakuin juga cuma sekedar hobi ku."
"Kenapa nggak dijual? Lumayan kan untungnya?"
Reynald menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak butuh uangnya. Lagi pula mereka masih bisa hidup kalau aku lepaskan! Aku hanya ingin melatih skill memancingku." Reynald selesai bicara langsung melihat ke atas meja. "Aku mau sodanya, bisa kau ambil kan?" pinta Reynald.
Lola menengok ke meja dan langsung menganggukkan kepalanya. Lola bangun dari pangkuan Reynald mengambil minuman bersoda yang ada di atas meja dengan tangan kanannya.
Csssssshhhh
"Ini Bang Rey!" Setelah membukanya Lola langsung memberikan kaleng minuman bersoda dan menyerahkannya di tangan Reynald.
"Nggak usah pakai pipet!"
"Beneran?" Lola bertanya ketika Reynald bicara dan menggelengkan kepalanya.
Reynald mengangguk. "Itu pencemaran lingkungan! Kita harus kurangin pakai pipet, kalau masih bisa diminum langsung."
Lola menganggukan kepalanya. "Bang Rey peduli juga sama pencemaran lingkungan?"
"Karena lautnya jadi kotor karena sampah plastik begini!"
"Tapi minuman kaleng ini juga kan bikin sampah?"
Reynald menggelengkan kepalanya.
"Selama kamu membuangnya ke tempat yang benar, dia masih bisa didaur ulang! Makanya membuang sampah harus dipisahkan organik dan anorganik, supaya lebih mudah untuk proses daur ulang!" jelas Reynald.
"Widiiih, aku kayak belajar di sekolah!" celetuk Lola
"Hmmm ... Sambil nunggu kapalnya ke tengah, kita istirahat dulu yuk di kamar!"
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo