Share

Cintaku di Tangan Mafia Posesif
Cintaku di Tangan Mafia Posesif
Author: GeminiGirls01

Hanya Milik Naka

Author: GeminiGirls01
last update Last Updated: 2023-05-16 05:16:31

[Momy, Baby kecilmu siap punya pacar.]

Bibir tipisnya merekah membuat garis. Tatapannya tak teralihkan dari cuitan yang dibarengi foto manisnya. Dia mengambil napas, lalu mematikan layar ponsel dan menaruh ke dalam mini bag-nya.

Takara Airi atau biasa disapa Eri. Gadis berdarah Jepang–Korea sedang berada di tahun kedua kuliahnya. Setelah hidup 19 tahun lamanya tanpa sandaran hati, Airi akhirnya mau membuka diri untuk mengenal yang namanya cinta sejati.

Lampu remang-remang menjadi pencahayaan tempatnya berada saat ini. Pada sebuah bar ternama di ibu kota Negri Sakura, keramaian dan hiruk pikuk menemani malam di tempat luas nan megah itu. Saat ini lantai dansa sudah dibanjiri manusia-manusia.

Dari kursi tempatnya duduk, Airi menikmati musik yang bersahabat dengan telinganya. Sesuai instruksi pesan dari calon teman kencannya, tempat mereka bertemu adalah meja tengah yang berdekatan dengan lantai dansa.

"Hh!" Airi menghela napas. Lelah menunggu yang katanya sudah di jalan.

Entah sudah berapa orang yang datang menyapanya. Mengajak untuk turun ke lantai dansa atau sekadar berbincang-bincang saja. Kecantikan paripurna yang dimiliki gadis berambut ikal hitam panjang itu membuat banyak pasang mata tak teralihkan darinya. Tak terkecuali seorang pria yang menatapnya sedari gadis itu tiba.

"Kamu milikku," gumam pria itu.

Ketertarikan si pria semakin kuat karena Airi selalu memalingkan wajah tiap diajak bicara lawan jenis. "Ya, pasanganku harus yang seperti itu. Berani untuk menolak, mengabaikan orang lain."

Dan di tempatnya, Airi menatap lagi ponselnya. "Apa aku dipermainkan?" monolog Airi.

"Ish!" Dia berdiri, mengentakkan kaki. "Ini menyebalkan! Sungguh!"

Airi yang membenci menunggu harus menahan kebencian itu demi mendapatkan seorang kekasih.

Setelah helaan napasnya lagi, Airi kembali duduk. 'Sebentar lagi. Harus sabar.' dia meyakinkan dalam hati.

Lebih dari 10 menit kemudian Airi belum juga mendapatkan kehadiran dari teman kencannya.

"Huh! Sepertinya memang tidak akan bertemu dia di sini." Airi beranjak dari duduknya.

Menjinjing tasnya, Airi berjalan ke meja bar. Memesan satu minuman dengan kadar alkohol rendah.

“Hai cantik, mau pindah tempat bersamaku?” Tangan orang itu menyentuh tepat di bokong berlapis celana jeans berwarna putih.

Bug!

"Aakh!" Pria itu memekik memegang selangkangannya dengan dua telapak tangan.

"Hah?" Airi menatap tidak percaya. Pria yang baru saja mendapatkan tendangan dari kakinya adalah teman kencannya, Keiko Kitagawa.

"Kamu ...!" Pria itu menahan umpatannya. Giginya mengancing menahan ngilu.

"Apa! Jangan macam-macam!” ancam Airi. Jadi kesal sendiri.

Gadis itu sangat tidak senang karena pria yang awalnya disangka baik, nyatanya tidak demikian. Bagaimana bisa pertemuan pertama adalah sapaan sentuhan menjijikan seperti itu?

Begitu bartender mendorong minuman yang Airi pesan, tangannya meraih gelas itu dan langsung mengabiskan tanpa sisa. Airi membayar. Lantas segera keluar dari tempat itu. Harapannya sudah hancur.

"Apa aku akan terus sendiri?" Dia mulai mengoceh.

Kesadaran Airi menurun. Dia berdiri di pinggir jalan. Tangan kirinya melambai ingin menghentikan mobil. Namun tangan seseorang lebih dulu menangkap tangannya hingga tubuhnya menubruk dada bidang orang itu.

"Aku akan mengantarmu pulang." Pria itu mengalihkan jaket kulit warna hitamnya ke tubuh Airi. "Malam ini sangat dingin bukan?"

Airi mengangguk. Tubuhnya mengikuti langkah pria yang memapahnya. Mereka kembali ke depan bar di tempat parkiran berada.

"Bukannya kamu membawa mobil?" tanya si pria.

"Eumm..., tidak tau." Airi menggeleng.

"Rupanya kamu sangat payah dalam alkohol. Padahal tadi sangat berani menolak orang-orang di dalam." Sebelah sudut bibirnya terangkat. Menyeringai senang.

"Juga dengan tendangan ke K tadi, kamu..., menarik."

Airi yang berada dalam rangkulan pria itu hanya diam begitu dituntun masuk ke dalam mobil hitam metalik. Milik si pria.

Mobil melaju membelah jalanan menuju kediaman Airi. Tanpa diberitahu si gadis, pria yang memegang kendali di mobil itu sudah tahu di mana letak kediaman gadisnya.

"Sebelum kamu bangun di esok hari, mobilmu, aku pastikan sudah parkir depan rumahmu," bisiknya dengan suara deep serak basah. Tangannya melepaskan sabuk pengaman di tubuh Airi.

Mata Airi terbuka saat wajah mereka hanya tersisa beberapa sentimeter, menghadirkan senyuman di bibir Airi.

"Kamu sangat tampan," ucap Airi. Tangannya diangkat. Jari menusuk-nusuk pipi pada wajah tanpa ekspresi di depannya.

"Kenapa kamu seperti porselen?" Airi mulai meracau.

“Bibir kamu ini….” Jari telunjuk Airi menurun ke bibir datar itu. "Ayok tersenyum." Jarinya menarik ujung bibir itu.

"Ah, menyeramkan," keluhnya.

Sebelah tangannya yang lain jadi ikut dia angkat. Kedua jari telunjuk sudah ada di masing-masing sudut dari bibir pria itu.

"Sekarang jadi lebih tampan," ucapnya. Senyuman Airi merekah sampai terlihat gigi kelincinya.

"Sudah ya, kamu harus pulang," ucap si pria. Mereka sampai di depan bangunan bertingkat. Di mana terletak satu rumah Airi di sana.

"Hah? Kenapa?" Airi bertanya, tapi tangannya menurut untuk turun mengikuti arah dari tangan si pria. Wajah keduanya masih dengan jarak yang minim.

"Kamu harus tidur," jawab pria itu.

Airi mengangguk-anggukkan kepalanya patuh. "Lalu, siapa namamu?" Airi menunjuk ke hidung bangir milik si pria.

"Naka. Nakamoto Yamashita."

"Baik, baik. Nama yang begitu cantik."

"Kamu harus ingat namaku."

"Iya, akan aku ingat." Airi mangut-mangut seraya menjatuhkan tangannya. Tubuhnya melemas dan kemudian tertidur.

"Kamu harus ingat jika kamu hanya milik Nakamoto Yamashita," bisik pria itu.

Tangannya menggendong tubuh Airi membawa masuk ke rumahnya. Pada lembaran kertas yang tidak sengaja ditemuinya di rumah Airi, dia menuliskan kalimat yang akan jadi pengingat jika Airi sudah memiliki kekasih.

[Jangan berani untuk dekat dengan pria mana pun. Malam ini dan seterusnya, kamu hanya milik Naka.]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    Telepon Tak Terjawab

    Drrt ... Drrt ....Lagi, Airi tak tidur di rumahnya. Dia segera mengangkat telepon tanpa melihat terlebih dahulu. Kantuk masih menyertainya."Halo, siapa?" Ponselnya itu dia letakkan di dekat telinga. "Airi-ah? Begitu lah cara kamu menyambut uncle?""Paman?" Airi terperanjat. Bangun dari tidurannya dan menaruh ponsel di atas tempat tidur. "Airi–ah, itu bukan di rumahmu!""Hah?" Airi menoleh ke layar ponsel dan langsung menutupi ponsel dengan bantal yang ada di dekatnya. Ternyata bukan telepon suara. Video call yang dilakukan pamannya itu membuat Airi kalang kabut kebingungan."Paman, aku sedang menginap di rumah Alice, nanti aku hubungi Paman lagi. Selamat pagi dan sampai jumpa." Gadis itu berbohong. "Hah, hh ...." Helaan napas lega dia keluarkan setelah panggilan video dia tutup sepihak. Meski pada kenyataannya, sang paman tetap saja tak gentar terus menanyakan di mana Airi saat ini berada. Pesan dengan kalimat yang sama terus hadir menyamai suara jarum jam. [Kamu sedang di ru

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    Posesifnya si Bos

    "Bos, bagaimana dengan pembangunan?" Kime datang menghadap pria yang duduk di kursi kebesarannya. "Lakukan seperti biasa. Ambil alih semuanya, itu milik kita." Kepala Kime mengangguk patuh. Tanpa basa-basi lagi segera masuk ke kursi dan meja yang biasa dia gunakan untuk memulai zoom meeting bersama para investor atau pemegang saham di perusahaan yang dia dirikan. Tepatnya yang si bos dirikan."Selamat sore," sapa Kime ramah. Di antara keluarga dari Sindikat Naka, Kime adalah satu-satunya pria dengan keramahtamahan serta penuh kelembutan. "Sehubungan dengan kerjasama pembangunan bar kasino terbesar dengan Tuan Keiko, saya Kime yang akan mengambil alih seluruh proses lanjutannya. Ini tentu sudah di bicarakan dengan ketua dari Tuan Keiko.""Loh? Bagaimana ini?" "Kenapa bisa Tuan Kime?" "Bagaimana mungkin bisa jadi Tuan Kime?""Tuan Kime serius? Ada seseorang yang mendatangi kami di hari lalu." Seorang wanita berdiri dan melantangkan suara. Keriuhan yang sempat terjadi dengan sali

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    Aku Untukmu; Kamu Hanya Untukku

    "Apa kamu tidak ingat tentang malam itu?" Alice menatap tak percaya dengan tatapan sahabatnya yang kebingungan."Eum, aku merasa mengingatnya." Airi menjawab ragu. "Lalu, kamu tau siapa yang pulang bersama kamu?" Alice kembali mengingatkan Airi. Kekhawatiran sahabat Airi hanya lah pada hubungan badan yang mana mungkin akan membuahi. Alice sangat tidak ingin sahabatnya menderita karena lupa pria mana yang berhasil mendapatkan keperawanannya.Airi menggeleng. "Siapa orang itu?" gummanya."Apa kamu tau, Lice?" "Hey, kamu pikir aku ini apa?" Alice mengingsrekkan hidungnya, berdrama. "Aku hanya mencuri dengar saat pria itu berkata akan mengantar kamu pulang.""Kenapa tidak kamu saja?" "Sayangnya aku, kamu tau kalau aku ingin kamu mendapatkan kekasih. Seperti yang kamu inginkan juga, makanya aku berhenti sampai di sana.""Kamu ...?" Airi benar-benar gemas. Menahan amarahnya dalam hati. Jika pria itu adalah hidung belang yang hanya menginginkan tubuh Airi, bagaimana?"Aku tau pria itu p

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    Honesty Bar dan Pengintai

    Menggunakan aplikasi yang terpasang di ponselnya. Seperti apa yang seseorang pernah ajarkan, Airi mencoba mencari lokasi dari panggilan terakhir yang dia lakukan."Kak Rafael tau tentang Tuan Oya, kemungkinan juga tau tentang Tuan Kime." Airi membatin. Tuan Oya yang di rasa Airi sangat familiar pada salah satu foto yang ada di berkas sang papah, di yakini Airi mengetahui juga tentang kematian dari papahnya itu. "Ah, ini ketemu! Ups." Pekikannya langsung tersumbat.Airi menutup bibirnya dengan satu telapak tangan. Dia lupa jika masih berada di rumah Tuan Oya. Meski kekasihnya itu sedang ada pertemuan secara online di ruang kerja, Airi tetap mewanti-wanti ada kamera tersembunyi yang tetap memantaunya. Dia harus sungguhan berhati-hati."Ah, akhirnya ketemu." Airi berucap pelan meski hatinya bahagia tak terkira seperti mendapatkan buah apel yang dia sukai."Eh? Ini bukannya ...." Apa yang di lihat membuat Airi menghela napas panjang. Ternyata pria yang di kenal sebagai teman kecilnya s

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    18+

    "Kamu pikir bisa mempermainkan aku seperti ini?!" Sejak masuk ke dalam rumah dan membanting pintu kuat-kuat, kekasih Airi itu langsung menyeretnya dan mendorong ke tembok. Bekas cekalan saat di dalam mobil saja masih membekas memarnya. Kini Airi merasakan lagi perih dari kemerahan yang membiru di pergelangan tangannya."Argh ..., sakit Tuan, i–ini ada apa, Oya–san?""Kamu pikir bisa mempermainkan aku seperti ini??" Tuan Oya mengulang pertanyaannya. Tangan dan kaki Airi kini terkukung habis oleh tubuh sang kekasih. Airi tak bisa berkutik. "A–aku ..., aku tidak mengerti, Tuan." Airi gugup. Ketakutan."Ke–kenapa?"Dengan ganas Tuan Oya kembali mencumbu bibir Airi dengan kasar. Bahkan tampak seperti bukan cumbuan, hanya lahapan saja tanpa perasaan. Airi ingin berontak, tapi tak bisa apa-apa. Pergerakannya sangat, sangat terbatas."Tu–tuan, eugh ..., Tuan, to–long ..., to–long eungh ..., hentikan."Airi memohon, tapi sang kekasih sepertinya tidak ingin peduli. Seolah tuli.Tuan Oya ter

  • Cintaku di Tangan Mafia Posesif    Siapa Sebenarnya Kamu?

    "Di mana ketua kalian?" Di sebuah bangunan tua yang megah berlantai dua. Aris— pria yang menunggu Airi di depan kamar Tuan Oya ini unjuk diri memimpin teman-temannya."Apa-apaan ini?!" Seorang pria bertubuh besar nan kekar datang ke hadapan Aris. "Kalian mau apa??" tanya pria itu lagi. "Engga mungkin Bos Naka yang suruh!"Decihan terdengar dari pria berbadan besar dengan tato di kedua tangannya sampai ke pergelangan tangan. Dia yang memakai kaos polos itu berdiri di depan Aris. "Apa sebagai Bos seorang Naka bisa salah hanya karena menyuruh mereka datang ke sini?" Pria berambut ikal dengan kacamata yang membingkai mata kecilnya itu melirik Aris dan kawan-kawan, kemudian menatap remeh pria berbadan besar. Bersama beberapa orang di belakangnya, si bos datang mendekat. "Bo–bos Naka (?)" Semua bawahan di belakang si pria berbadan besar itu ikut menurunkan badan. Membungkuk dan memberi hormat"Tangkap semuanya. Bawa ke penjara markas!" titah si bos dengan wajah tegasnya setelah meliha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status