Share

Cintaku di Tangan Mafia Posesif
Cintaku di Tangan Mafia Posesif
Author: GeminiGirls01

Hanya Milik Naka

[Momy, Baby kecilmu siap punya pacar.]

Bibir tipisnya merekah membuat garis. Tatapannya tak teralihkan dari cuitan yang dibarengi foto manisnya. Dia mengambil napas, lalu mematikan layar ponsel dan menaruh ke dalam mini bag-nya.

Takara Airi atau biasa disapa Eri. Gadis berdarah Jepang–Korea sedang berada di tahun kedua kuliahnya. Setelah hidup 19 tahun lamanya tanpa sandaran hati, Airi akhirnya mau membuka diri untuk mengenal yang namanya cinta sejati.

Lampu remang-remang menjadi pencahayaan tempatnya berada saat ini. Pada sebuah bar ternama di ibu kota Negri Sakura, keramaian dan hiruk pikuk menemani malam di tempat luas nan megah itu. Saat ini lantai dansa sudah dibanjiri manusia-manusia.

Dari kursi tempatnya duduk, Airi menikmati musik yang bersahabat dengan telinganya. Sesuai instruksi pesan dari calon teman kencannya, tempat mereka bertemu adalah meja tengah yang berdekatan dengan lantai dansa.

"Hh!" Airi menghela napas. Lelah menunggu yang katanya sudah di jalan.

Entah sudah berapa orang yang datang menyapanya. Mengajak untuk turun ke lantai dansa atau sekadar berbincang-bincang saja. Kecantikan paripurna yang dimiliki gadis berambut ikal hitam panjang itu membuat banyak pasang mata tak teralihkan darinya. Tak terkecuali seorang pria yang menatapnya sedari gadis itu tiba.

"Kamu milikku," gumam pria itu.

Ketertarikan si pria semakin kuat karena Airi selalu memalingkan wajah tiap diajak bicara lawan jenis. "Ya, pasanganku harus yang seperti itu. Berani untuk menolak, mengabaikan orang lain."

Dan di tempatnya, Airi menatap lagi ponselnya. "Apa aku dipermainkan?" monolog Airi.

"Ish!" Dia berdiri, mengentakkan kaki. "Ini menyebalkan! Sungguh!"

Airi yang membenci menunggu harus menahan kebencian itu demi mendapatkan seorang kekasih.

Setelah helaan napasnya lagi, Airi kembali duduk. 'Sebentar lagi. Harus sabar.' dia meyakinkan dalam hati.

Lebih dari 10 menit kemudian Airi belum juga mendapatkan kehadiran dari teman kencannya.

"Huh! Sepertinya memang tidak akan bertemu dia di sini." Airi beranjak dari duduknya.

Menjinjing tasnya, Airi berjalan ke meja bar. Memesan satu minuman dengan kadar alkohol rendah.

“Hai cantik, mau pindah tempat bersamaku?” Tangan orang itu menyentuh tepat di bokong berlapis celana jeans berwarna putih.

Bug!

"Aakh!" Pria itu memekik memegang selangkangannya dengan dua telapak tangan.

"Hah?" Airi menatap tidak percaya. Pria yang baru saja mendapatkan tendangan dari kakinya adalah teman kencannya, Keiko Kitagawa.

"Kamu ...!" Pria itu menahan umpatannya. Giginya mengancing menahan ngilu.

"Apa! Jangan macam-macam!” ancam Airi. Jadi kesal sendiri.

Gadis itu sangat tidak senang karena pria yang awalnya disangka baik, nyatanya tidak demikian. Bagaimana bisa pertemuan pertama adalah sapaan sentuhan menjijikan seperti itu?

Begitu bartender mendorong minuman yang Airi pesan, tangannya meraih gelas itu dan langsung mengabiskan tanpa sisa. Airi membayar. Lantas segera keluar dari tempat itu. Harapannya sudah hancur.

"Apa aku akan terus sendiri?" Dia mulai mengoceh.

Kesadaran Airi menurun. Dia berdiri di pinggir jalan. Tangan kirinya melambai ingin menghentikan mobil. Namun tangan seseorang lebih dulu menangkap tangannya hingga tubuhnya menubruk dada bidang orang itu.

"Aku akan mengantarmu pulang." Pria itu mengalihkan jaket kulit warna hitamnya ke tubuh Airi. "Malam ini sangat dingin bukan?"

Airi mengangguk. Tubuhnya mengikuti langkah pria yang memapahnya. Mereka kembali ke depan bar di tempat parkiran berada.

"Bukannya kamu membawa mobil?" tanya si pria.

"Eumm..., tidak tau." Airi menggeleng.

"Rupanya kamu sangat payah dalam alkohol. Padahal tadi sangat berani menolak orang-orang di dalam." Sebelah sudut bibirnya terangkat. Menyeringai senang.

"Juga dengan tendangan ke K tadi, kamu..., menarik."

Airi yang berada dalam rangkulan pria itu hanya diam begitu dituntun masuk ke dalam mobil hitam metalik. Milik si pria.

Mobil melaju membelah jalanan menuju kediaman Airi. Tanpa diberitahu si gadis, pria yang memegang kendali di mobil itu sudah tahu di mana letak kediaman gadisnya.

"Sebelum kamu bangun di esok hari, mobilmu, aku pastikan sudah parkir depan rumahmu," bisiknya dengan suara deep serak basah. Tangannya melepaskan sabuk pengaman di tubuh Airi.

Mata Airi terbuka saat wajah mereka hanya tersisa beberapa sentimeter, menghadirkan senyuman di bibir Airi.

"Kamu sangat tampan," ucap Airi. Tangannya diangkat. Jari menusuk-nusuk pipi pada wajah tanpa ekspresi di depannya.

"Kenapa kamu seperti porselen?" Airi mulai meracau.

“Bibir kamu ini….” Jari telunjuk Airi menurun ke bibir datar itu. "Ayok tersenyum." Jarinya menarik ujung bibir itu.

"Ah, menyeramkan," keluhnya.

Sebelah tangannya yang lain jadi ikut dia angkat. Kedua jari telunjuk sudah ada di masing-masing sudut dari bibir pria itu.

"Sekarang jadi lebih tampan," ucapnya. Senyuman Airi merekah sampai terlihat gigi kelincinya.

"Sudah ya, kamu harus pulang," ucap si pria. Mereka sampai di depan bangunan bertingkat. Di mana terletak satu rumah Airi di sana.

"Hah? Kenapa?" Airi bertanya, tapi tangannya menurut untuk turun mengikuti arah dari tangan si pria. Wajah keduanya masih dengan jarak yang minim.

"Kamu harus tidur," jawab pria itu.

Airi mengangguk-anggukkan kepalanya patuh. "Lalu, siapa namamu?" Airi menunjuk ke hidung bangir milik si pria.

"Naka. Nakamoto Yamashita."

"Baik, baik. Nama yang begitu cantik."

"Kamu harus ingat namaku."

"Iya, akan aku ingat." Airi mangut-mangut seraya menjatuhkan tangannya. Tubuhnya melemas dan kemudian tertidur.

"Kamu harus ingat jika kamu hanya milik Nakamoto Yamashita," bisik pria itu.

Tangannya menggendong tubuh Airi membawa masuk ke rumahnya. Pada lembaran kertas yang tidak sengaja ditemuinya di rumah Airi, dia menuliskan kalimat yang akan jadi pengingat jika Airi sudah memiliki kekasih.

[Jangan berani untuk dekat dengan pria mana pun. Malam ini dan seterusnya, kamu hanya milik Naka.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status