Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kusuma Pertiwi dipadati oleh orang-orang dengan berbagai kepentingan. Dua korban kecelakaan dibaringkan pada dua brankar berbeda, didorong masuk, juga menuju ke ruangan yang berbeda. Pasien prianya mengalami luka parah di bagian kepala, tangan, juga kakinya. Sedangkan pasien wanita hanya mengalami luka di kepala. Hanya satu hal yang sama, yaitu darah membasahi hampir seluruh tubuh dan pakaian mereka. Para dokter jaga di UGD malam itu sibuk melakukan tindakan pertolongan. Beberapa orang mengenali wajah korban kecelakaan itu. Ada yang menghubungi awak media. Seorang wartawan melaporkan langsung dari rumah sakit, "Telah terjadi sebuah kecelakaan mobil yang mengakibatkan dua orang pengemudinya terluka parah. Setelah dikonfirmasi, mobil dengan nomor polisi B 412 JNA tersebut adalah milik aktor muda ternama tanah air, Arjuna Yudhistira. Sampai berita ini diturunkan, belum diketahui identitas penumpang di dalam mobil." Bustomi dikejutkan dengan berita itu, s
Panji berencana pergi ke rumah Amanda, memeriksa kondisinya. Ia juga membawa peralatan medisnya. Dari informasi yang ia dapat dari Litha, semenjak waktu itu, Amanda tidak pernah keluar rumah. Ia tahu, wanita yang sedang hamil tidak boleh stress terlalu lama, dan harus memperhatikan janinnya sendiri. Hari itu, ia diberi tahu Litha, kalau Amanda sendirian di rumahnya. Ia bahkan diberi kode pintu agar bisa langsung masuk kalau ada apa-apa.Panji tidak mau langsung masuk dan mengejutkan Amanda. Tetapi ketika ia tiba di apartemen tersebut, ia melihat pintunya sudah terbuka. "Manda?" Panggilannya tidak mendapatkan jawaban. Ia terpaksa masuk karena khawatir Amanda akan melakukan sesuatu yang nekat. Seperti dulu... "Manda?" Kemudian, ia melihat secarik kertas di meja dan ditindih dengan gelas. Bertuliskan, Aku nyusul Juna.Panji langsung disergap perasaan berkecamuk. Inilah Amanda. Saat tenggelam dalam duka yang tidak bisa ditanggungnya, ia akan nekat melakukan sesuatu di luar nalar. Ia seger
Miris memang.Seminggu yang lalu, ketika Indonesia dirundung kabar duka, atas meninggalnya aktor muda Arjuna Yudhistira, dan semua perhatian menuju ke sana, karena ironisnya aktor itu meninggal sekitar dua hari sebelum hari pernikahannya dengan aktris muda Amanda Syailendra. Banyak yang digunjingkan oleh netizen. Mulai dari Amanda yang sudah batal menikah untuk kedua kalinya, hingga kenapa mereka berdua bisa berada di mobil yang sama, bukankah Amanda sedang dipingit?Amanda tidak bisa dimintai keterangan, karena juga mengalami syok berat.Pada saat yang sama, Selma tengah berada di sebuah puskesmas terdekat dari rumah. Miris, bukan? Suaminya seorang dokter, tetapi ia tidak memeriksakan diri ke rumah sakit, di mana suaminya bertugas.Seorang dokter wanita di poli kandungan menjelaskan kondisi Selma. "Anda sedang mengandung. Usia kehamilan sekitar dua minggu."Selma tidak tahu harus bahagia atau sedih. Kejadian hari itu, ketika Panji sakit dan mengira dirinya Amanda, rupanya mendatangka
Amanda dan Selma berada di dalam ruangan yang sama. Di kamar Amanda yang luas itu."Permainan takdir ini, sungguh menggelikan, ya?" ucap Amanda. "Sekaligus menyakitkan.""Jadi, kamu sadar soal itu?" tanya Selma.Amanda memberikan anggukan kepala sebagai jawabannya. "Aku bisa membayangkan, dosa sebesar apa yang tengah aku lakukan. Hanya berharap karma buruk tidak menimpa anak kami sebagai balasan dari apa yang sudah aku lakukan.""Gak usah dipikirin lagi," kata Selma. "Sekarang kita adalah keluarga. Kamu juga istrinya Mas Panji. Kita wajib berbakti padanya." Ia memegang tangan Amanda.Sekali lagi, Amanda menganggukkan kepala.Setelah menikah, Amanda membuat sebuah keputusan besar. Ia ingin mundur dari gemerlapnya dunia keartisan. Vero yang paling terkejut mendengar keputusan itu."Manda, lo yakin dengan keputusan ini?" tanya Vero. Ia mengerti alasannya. Tetapi karir yang masih cemerlang itu, akan terasa sangat disayangkan."Aku yakin," jawab Amanda. "Aku ingin fokus dengan kehamilan in
Sebagai istri kedua, Amanda sadar sepenuhnya bahwa menerima pernikahan ini adalah sebuah kesalahan, untuk melindungi reputasi dirinya yang hamil di luar nikah. Tetapi dirinya tidak bisa lagi memungkiri, bahwa perasaannya pada Panji masih ada, meski pernah coba ia tukar dengan perasaan baru kepada mendiang Arjuna.Sudah bulan keempat usia kehamilan Amanda dan Selma. Perut besar sudah mulai terlihat.Hari itu, mereka berdua sama-sama ke rumah sakit, ikut Panji, untuk memeriksakan kehamilan mereka. Amanda yang masih belum bisa leluasa menampakkan diri di depan publik, harus mengenakan kacamata hitam, dan aksesoris lain, untuk menutupi wajah, sehingga tidak dikenali orang.Selma yang belum boleh banyak jalan itu, didorong pakai kursi roda dari lobi rumah sakit menuju poli kandungan.Mereka sudah di poli kandungan. Amanda duduk berdampingan dengan Selma. Panji sedang tidak bertugas, jadi bisa menemani mereka berdua. Tentu saja, meski tampak membawa dua orang istri yang sedang hamil, perhat
Amanda membuatkan jadwal keseharian Panji di rumah. Kapan harus bersama dirinya, kapan juga harus bersama Selma. Panji tidak punya alasan kuat untuk menolak. Biarpun ia harus tidur kesulitan tidur saat harus bersama Selma, atau tidak semangat melakukan apapun, tetap ia jalani. Menunjukkan bahwa kepatuhannya adalah bukti cinta untuk Amanda.Malam ini adalah giliran Panji tidur di kamar Selma. Ini sudah yang kelima kalinya. Tetap saja, sulit untuk membiasakan diri.Tentu saja, ketika Panji berada di kamar Selma, Amanda tidur sendirian di lantai dua. Malam yang terasa agak panjang, karena Amanda tidur lebih awal.Sementara itu, di kamar Selma, Panji masih memainkan ponselnya, membaca berita-berita kesehatan, untuk menjemput kantuk yang tidak kunjung hadir.Tiba-tiba... terdengar suara Amanda berteriak dari dalam kamarnya. Panji segera bangkit, dan berlari ke lantai dua. Dilihatnya, Amanda sudah membuka mata. Seluruh badannya basah karena keringat."Kamu kenapa?" tanya Panja."A-aku... mi
Amanda masih saja belum usai kepikiran semua yang telah Ratri katakan kemarin. Ia yang pada dasarnya mudah merasa stress, akhirnya tumbang juga.Pagi, ketika sedang menyiapkan sarapan untuk Panji, Amanda merasakan nyeri pada rahimnya. Kemudian ada darah yang mengalir di sela-sela kakinya. Hal itu diketahui oleh Selma yang sedang berjalan ke dapur untuk ambil minum."Amanda! Kamu kenapa?" teriak Selma."A-aku juga gak tahu," jawab Amanda. Dirinya semakin panik dan janinnya kenapa-kenapa."Mas Panji!" Selma berteriak memanggil Panji yang masih berpakaian di lantai dua.Panji segera datang saat mendengar teriakan panik itu. Ia pun terkejut melihat yang terjadi pada Amanda. "Sayang! Kamu kenapa?"Amanda menggelengkan kepala. Panji segera mengambil kunci mobil dan handphone. Lalu menggendong sang istri muda ke mobil. Langsung membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan, ia menghubungi UGD dan dokter Lina.Dokter Lina memang baru tiba di rumah sakit. Ia segera menyiapkan pertolongan pertama
Padmi bergeming saat Panji membawa Amanda meninggalkan rumah itu. Pratiwi sibuk membujuk kakaknya agar mengalah. Panji jadi emosi mendengar cara Pratiwi membujuknya. Setelah membantu Amanda duduk di jok depan mobil, ia menjawab semua bujukan adiknya. "Maksudmu mengalah dengan cara apa? Meninggalkan Amanda? Seperti yang Mama mau?" Panji mantap mengatakan, "Gak akan pernah!" "Mas, bukan gitu maksud aku. Diomongin baik-baik sama Mama. Jangan pake emosi seperti ini." Pratwisi masih bersikeras membujuk kakaknya. Di dalam mobil, yang tertutup, meski tidak mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut mereka, Amanda bisa melihat, adu mulut yang tampak dari urat-urat leher mereka yang menyembul. Kenapa jadi seperti ini? Kalau saja tidak memikirkan bayi yang dikandungnya, ia pasti sudah keluar dan ikut ribut. Ia hanya bisa menangis. Buru-buru dihapusnya air mata, ketika Panji masuk ke mobil. Mereka meninggalkan rumah itu, membawa impian lain setelah meneteskan tangis seorang ibu. Asrama do