Share

8. Selalu Muncul Tiba-tiba

Pria ini tergelak, cenderung mengejek. "Kau sangat tidak sopan, Nona. Harusnya kau menawarkan sarapan padaku atau mengajakku sarapan bersama di sini. Bahkan tak menyuruhku duduk, kau malah mengusirku?"

"Sayangnya aku tidak punya niat mengajak anda sarapan bersama, karena itu aku bersikap tidak sopan, maaf."

Pria ini tergelak lagi, kali ini dia tampak merasa geli dengan responku. "Baiklah, kalau begitu apa boleh aku duduk semeja denganmu?"

"Maaf, sebaiknya anda cari tempat duduk lain saja. Di sana banyak meja yang kosong."

"Kenapa?"

"Karena aku merasa tidak nyaman dengan anda, maaf."

Pria ini tercengang mendengar jawabanku yang mungkin membuat harga dirinya merosot. "Rupanya kau sangat 'jujur'."

"Terima kasih, itu adalah salah satu kelebihanku."

"Hahaha! Baiklah, rupanya kau sangat menyebalkan. Nikmati sarapanmu, aku tidak akan mengganggu. Sampai jumpa."

Pria itu pergi meninggalkan mejaku. Kukira dia akan mengambil sarapan, ternyata tidak. Dia meninggalkan ruang penjamuan. Lalu untuk apa dia kemari? Tidak, tidak. Bukankah tadi dia bilang mau sarapan di sini? Apa dia termasuk tamu undangan Lissel Group? Tapi selama acara makan malam aku tak melihatnya, lagipula dia bukan orang yang biasanya muncul di pesta-pesta bisnis.

"Siapa dia? Sampai jumpa? Apa dia ingin bertemu denganku lagi? Aneh," gumamku sebelum aku kembali duduk dan melanjutkan sarapan sebelum tamu lain berdatangan.

-o0o-

Sebenarnya aku ingin berkeliling, Del Express terlalu membuat penasaran dengan semua fasilitas mewahnya, aku jadi menahan semua keinginan itu karena satu orang yang harus kuhindari, Evin Ji. Pria itu, aku telah bersumpah tidak akan muncul di depannya lagi, tapi sepertinya sumpahku dipatahkan oleh takdir kejam yang mempermainkan aku. Aku masih tidak menyangka Evin juga hadir. Di tempat seperti ini, aku takut Evin menemukan diriku. Del Express memang luas, bertemu dengannya bukan hal yang tak mungkin terjadi.

Malam ini adalah pesta terakhir sekaligus pesta inti, tentu seluruh anggota keluarga Ji akan berdiri di depan pintu aula untuk menyambut para tamu, bukannya sok tahu, itu sudah menjadi tradisi keluarga Ji saat mengadakan pesta. Keluarga besar berbaris di depan pintu dan menyambut para tamu yang datang, tentu Evin ada di sana. Lalu bagaimana jika Evin melihatku di pesta? Apa aku pergi dari sini saja?

Ya, sepertinya aku harus pergi. Harus. Persetan dengan rekan bisnis atau Lucas Chen!

Aku bergegas mengambil ponsel dan menelepon seseorang, yaitu sopirku yang datang kemari bersamaku.

"Aku ingin pulang sekarang juga, tolong siapkan mobil," kataku.

"Nona, maaf saya sudah di Beijing. Bukankah anda sendiri yang meminta saya kembali ke Beijing? Katanya anda akan pulang sendiri."

"APA? Aku tidak pernah menyuruhmu kembali ke Beijing. Bagaimana bisa kau kembali tanpa perintahku?!" Aku naik pitam. Aku? Aku tidak pernah memerintahkan dia untuk kembali ke kota Beijing atau ke manapun.

"T-tapi saya menerima surat atas nama anda."

"Surat? Aku tidak menulis surat apapun. Kita hidup di zaman modern, aku tinggal meneleponmu kalau ada perlu, tidak perlu menulis surat segala. Coba tunjukkan seperti apa suratnya?"

"Itu... maaf, Nona. Suratnya sudah saya buang."

"Kenapa kau begitu ceroboh?! Kau percaya pada sebuah tulisan yang belum tentu itu tulisanku?! Bodoh! Aku tidak pernah menulis apapun untukmu! Siapa pengirimnya?"

"Saya tidak yakin, tapi kalau dilihat dari seragamnya... sepertinya dia petugas kebersihan."

"Apa kau sempat membaca name tag-nya?"

"Maaf, tidak, Nona."

Aku menghela nafas panjang, berusaha bersabar. Aku memaklumi itu, harusnya aku datang bersama sekretarisku karena dia lebih paham menghadapi masalah seperti ini. Aku tidak mau mendengar apapun lagi dan memutus sambungan telepon. Kalau menunggu sopir datang, otomatis aku akan menunggu beberapa jam di sini.

Aku melempar tubuh ke kasur dan memandang langit-langit yang dihiasi sesuatu mirip berlian sehingga memancarkan kilauan cahaya putih. Aku berpikir keras bagaimana caranya aku ke luar dari Del Express secepat mungkin, tapi aku lebih penasaran pada seseorang yang menulis surat untuk sopirku. Siapa yang berani melakukan hal seperti itu? Pengirimnya adalah petugas kebersihan. Petugas kebersihan di sini banyak, tidak mungkin aku menanyai mereka satu per satu untuk menemukan siapa yang menulis surat itu. Aku tidak punya petunjuk lain untuk menemukan siapa pelakunya.

Benar-benar sialan!

Aku bisa saja memanggil taksi atau online driver kemari, tapi karena ada pesta besar ini Del Express tidak mengizinkan kendaraan umum masuk ke area Del Express. Bagaimana bisa momennya sangat tepat? Seolah pelaku tahu kalau aku akan pergi dari sini. Siapa yang melakukannya? Di antara para tamu tidak ada yang peduli tentang diriku. Apa di antara mereka ada yang memperhatikan keberadaanku dan merencanakan sesuatu untukku? Jika memang ada, lalu apa masalah mereka sehingga melakukan hal itu?

AH! Aku bisa gila! Isi kepalaku terlalu liar sehingga membuatku takut pada pikiranku sendiri.

Untuk mempersingkat waktu, aku bergegas mengemasi barang-barang ke dalam koper dan menyuruh sopirku untuk mengambilnya besok pagi. Aku menitipkan barang-barangku di tempat penitipan barang kecuali dompet dan barang berharga lainnya. Setelah menitipkan barang dan mendapat semacam tiket pengambilan barang, aku bergegas ke resepsionis di lobby.

"Permisi," sapaku pada salah seorang resepsionis wanita.

"Selamat malam, Nona. Apa anda membutuhkan bantuan?"

"Iya. Apa di sini ada layanan transportasi umum?"

"Mohon maaf, Nona. Untuk saat ini kendaraan umum tidak diizinkan memasuki wilayah Del Express. Kalau boleh tahu, anda tamu undangan atau turis?"

"Saya tamu undangan, karena ada hal yang mendesak jadi saya mau kembali ke kota Beijing. Bisakah pihak hotel membantu saya? Kebetulan saya tidak membawa kendaraan."

"Kalau begitu maaf, Nona. Kami tidak bisa membantu keluhan anda. Layanan kendaraan umum kembali beroperasi setelah pesta selesai. Saya hanya dapat menyarankan agar anda memanggil orang untuk menjemput anda menggunakan kendaraan pribadi."

"Baiklah, terima kasih," kataku dengan nada kecewa dan putus asa.

Resepsionis mengangguk cukup dalam seolah merasa menyesal. Saat mendongak, dia kembali membungkuk untuk menyapa seseorang di belakangku, tapi tadi dia sempat kaget saat melihat ke arah belakangku, lalu ekspresinya kembali normal dalam waktu singkat. Aku berbalik hendak pergi, tapi langkahku terhenti saat aku melihat seseorang yang tengah berdiri di depanku.

"Butuh bantuan?" tanya orang itu padaku.

"Kau lagi?"

"Kudengar kau butuh kendaraan untuk pergi dari sini."

"Kau menguping?" Aku mulai jengkel.

"Tidak sengaja dengar."

"Kenapa kau selalu muncul tiba-tiba? Kau mengikutiku? Apa tujuanmu? Kalau kau tidak mengaku, aku akan memanggil petugas keamanan."

"Tidak perlu seperti itu, aku tidak punya niat jahat padamu."

"Lalu kenapa kau selalu mengikutiku?"

"Aku tidak mengikuti. Kita hanya kebetulan bertemu."

"Kau bohong. Kau pasti disuruh oleh seseorang untuk mengikuti aku kan?"

Aku berbalik menuju resepsionis. "Permisi, Nona. Apa anda bisa membantuku mengamankan orang itu? Sejak kemarin dia mengikuti aku dan sikapnya sangat aneh."

Resepsionis melirik ke arah pria di belakangku sejenak, lalu dia mengangkat gagang telepon untuk menghubungi seseorang. Aku berbalik arah untuk memastikan pria aneh itu masih berdiri di tempatnya. Anehnya dia tetap di sana. Jika dia punya niat jahat, aku yakin dia pasti melarikan diri. Tapi dia tidak melakukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status