Share

6. Petunjuk Pertama

last update Last Updated: 2021-09-11 11:47:14

Alfonso dan Gloria masuk ke dalam mobil Audi warna putih mengilap, meluncur dengan cepat meninggalkan Hotel La Paradise. Setelah beberapa menit dalam hening, Gloria melirik ke arah Alfonso yang diam saja.

"Jadi itu yang namanya Siena Mori? Penampilannya kelihatan sangat berbeda malam ini. Huh! Dia pasti hamburkan uang si tua Adalfo untuk beli segala make-up dan dress yang mewah. Tapi tetap saja dia terlihat norak, tak pantas untuk jadi kalangan jetset," cemooh Gloria.

Alfonso hanya mengusap dagunya yang bercambang tipis dengan sebelah tangannya, tapi tak bereaksi. Dia masih berusaha mengenyahkan bayangan wajah gadis yang disebut Gloria dari benaknya.

"Honey Bear…," Gloria mulai merengek lagi. Mau tak mau, Alfonso menoleh memandang wanitanya.

"Aku lihat cara kamu menatap Siena. Kamu tidak sedang mabuk 'kan? Jangan katakan kalau kamu anggap gadis itu menarik…."

Alfonso tertawa datar. "Jangan konyol, Cutie Pie… Gadis seperti itu, apanya yang menarik? Kamu sendiri yang katakan, dia terlihat norak," sanggah Alfonso.

"Lalu kenapa kamu tatap dia terus? Dari tadi kamu juga diam saja, seperti ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu," tukas Gloria lagi.

Gloria tahu kalau Alfonso sudah biasa dekat dengan banyak wanita cantik sebelum dirinya. Itulah risiko menjadi kekasih dari salah satu pria yang paling tampan dan sukses di New York. Tapi melihat cara Alfonso menatap Siena tadi, entah kenapa muncul rasa cemburu di hati Gloria. Padahal Siena sangat jauh berbeda dengan wanita-wanita yang pernah dikencani Alfonso. Mana mungkin Alfonso tertarik dengan gadis berpenampilan membosankan seperti Siena?

'Terkadang wanita ini merepotkan juga,' Alfonso mengeluh dalam batin. Jangan-jangan Gloria bisa tahu saat dia sedang mengimajinasikan seorang wanita lain!

"Kalau kamu sedang berhadapan dengan lawanmu, kamu harus selalu jaga kontak mata, Cutie Pie… Kalau tidak, mereka bisa mengira kamu lemah dan takut," Alfonso berdalih.

Gloria menatap Alfonso dengan rasa setengah percaya. "Aku cuma merasa…, entahlah…. Ada firasat aneh di hatiku waktu lihat Siena. Sepertinya dia akan jadi orang yang merepotkan kita," Gloria mengeluh dengan suara manja.

Alfonso menangkup dagu Gloria dengan tangan kanannya. "Hei, jangan biarkan dia ganggu malam kita. Aku sudah janji akan bawa kamu shopping sepuasnya 'kan?"

Raut wajah Gloria yang cemberut langsung berubah menjadi berseri-seri. Ia merangkul bahu Alfonso dengan kedua tangannya. "Thanks, Honey Bear… Kamu memang pujaan hatiku…."

Mereka berdua tertawa. Mobil Audi putih meluncur ke pusat kota Los Angeles yang tak pernah tertidur.

*****

Setengah jam setelah Alfonso dan Gloria pergi, Damien mengajak Siena meninggalkan hotel lewat pintu belakang. Para petinggi dan karyawan hotel terus mengangguk hormat, bahkan mengantar mereka sampai ke mobil, membuat Siena makin merasa tak nyaman.

"Kamu mau ke mana lagi, Siena? Jalan-jalan, belanja, atau nonton? Aku bisa temani kamu," Damien menawarkan, waktu mereka sudah berada dalam mobil limusin hitam.

"Tak usah, Damien, terima kasih. Lebih baik kita pulang saja," sahut Siena. Ia tahu Damien hanya bermaksud menghiburnya, setelah kehadiran Alfonso tadi mengacau pikirannya.

Mata hazel Siena mencermati arsitektur bagian luar Hotel La Paradise yang megah. Sekarang, setelah tak ada para wartawan yang mengusik dengan kamera mereka, barulah dia bisa benar-benar mengagumi selera seni Adalfo yang tinggi. Hotel itu terlihat lebih seperti sebuah museum dari luar. Dinding batu putih hotel itu berhiaskan pahatan timbul yang artistik. Apakah itu sejenis relief simbol? Ah, bukan… Ternyata dua buah huruf L dan P yang saling terangkai. L dan P, tentu saja inisial nama hotel itu, La Paradise.

Tersentak Siena dari duduknya. Inisial! Huruf pertama setiap kata!

"Fidel, ayo lebih cepat! Kita harus segera sampai di rumah!" Seketika Siena mendesak sopir pribadinya untuk memacu mobil.

"Ada apa, Siena?" Damien terkejut, menatap Siena dengan mata terbelalak.

"Itu… Pesan di surat wasiat Grandpa…!"

*****

Sampai di rumah, Siena berlari tergopoh-gopoh ke kamar tidurnya, membuka laci meja samping tempat tidurnya, menyambar lampiran surat wasiat Adalfo yang dari tadi pagi dipelototinya tanpa hasil. Ia mengambil pensil dan kertas, sibuk mencoret-coret di atas meja.

Daunbrazil, honeysuckle, oleander, tulip, echinacea, lily, amaryllis, dahlia, anthurium, lavender, fuschia, orchid.

Siena bergumam sendiri, "Jika diambil huruf pertama setiap kata saja, jadinya adalah… DHOTELADALFO…!"

Ternyata Adalfo sedang bermain kode dengannya! Tapi apa itu D Hotel Adalfo? Nama salah satu hotel milik Adalfo?

"Tunggu dulu…. Sepertinya ada yang kurang tepat. Semua kata yang lain menggunakan nama bunga, kecuali Daunbrazil…! Kalau begitu, ini pasti beda. Bagaimana kalau… ambil hurufnya secara selang-seling? Jadinya D, U, B, A, I… Dubai…!" Siena memekik. "Jadi maksudnya Hotel Adalfo di Dubai…!"

Siena bergegas mengeluarkan ponselnya, mencari dengan search engine, apakah ada nama Hotel Adalfo di Dubai?

"Ternyata memang ada…!"

Siena menjerit kegirangan sendiri di dalam kamar. Dia bahkan berputar-putar bagai seorang penari balet di atas sebelah kakinya, sampai mendadak terhuyung karena menyadari Damien sudah berdiri di depan pintu kamarnya!

Damien tertawa tertahan, seperti baru saja memergoki seorang anak kecil yang bertingkah konyol. Dia melangkah masuk ke dalam kamar Siena. "Jadi…, kamu berhasil memecahkan teka-teki yang pertama?"

"Apa kamu sudah tahu jawabannya sebelumnya?" tuduh Siena, menatap Damien dengan curiga.

"Tidak, aku tak tahu." Damien menggeleng. "Percayalah, Siena… Aku tak ikut campur soal itu, Tuan Adalfo sendiri yang menyusun semuanya."

"Lalu apa yang harus aku lakukan dengan ini, Hotel Adalfo di Dubai?" Siena terus mendesak.

Damien berpikir sesaat. "Artinya kamu harus pergi ke situ, untuk mengklaim apa yang jadi hak milik kamu, Siena…."

Siena tertegun. Dubai? Jauh sekali. Dia belum pernah ke daerah Timur Tengah. Dia memang sangat suka berwisata, itu bagian dari pekerjaannya sebagai kolumnis. Tapi selama ini yang dikunjunginya sebatas wilayah Amerika dan sekitarnya. Lagipula perjalanan kali ini bukan seperti tugas kantor yang sudah terencana. Dia bahkan tak tahu apa yang akan dihadapi.

"Jangan khawatir, aku akan temani kamu," ucap Damien dengan senyum menenangkan. "Kita pergi bersama."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   106. Awal dan Akhir

    "Apa maksudnya?" Kening Siena berkerut dalam. "Tapi hari ini bukan ulang tahunku."Ah, ini pasti kode, pikir Siena. Alfonso benar-benar sengaja mengerjainya tepat di hari pernikahan mereka!Siena mencari pulpen dan mulai mencoret-coret di kertas. "Tanggal ulang tahunku 17 September. Mungkin itu sebagai kunci untuk menggeser huruf yang ada. Hmm, biar kucoba."Ia menuliskan tebakannya di atas kertas.ELANHPB1791791FSJOOYC"Aneh, kenapa tak ada artinya?" Siena tertegun melihat hasilnya. "Atau… hurufnya bukan digeser ke kanan, tapi ke kiri!"Siena mencoret-coret ulang dan menulis lagi.ELANHPB1791791DERMAGA"Dermaga?" Siena berseru kaget. "Apakah Alf memintaku untuk pergi ke dermaga?"

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   105. Hari yang Sempurna

    "Dengan ini kalian berdua dinyatakan resmi menjadi suami istri. Silakan, Anda boleh mencium istri Anda."Setelah pastor selesai mengucapkan kalimat tersebut, Alfonso langsung merangkul pinggang Siena, memberikan belaian lembut di pipi Siena yang merona indah, dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih. Seketika semua yang hadir bertepuk tangan.Segala sesuatu berjalan sesuai harapan Siena di hari pernikahannya ini. Dia tak perlu pesta mewah, hadiah mahal, atau gaun pengantin seperti putri kerajaan. Yang dia butuhkan hanyalah pernikahannya sah di hadapan Tuhan dan orang-orang yang disayanginya.Setelah acara pemberkatan pernikahan berakhir, Alfonso dan Siena mendapatkan pelukan dari Stefano, Carlo, juga Irina yang datang jauh-jauh dari Melbourne. Mendadak…."Siena Chan! Selamat ya!" Siapa lagi kalau bukan Imelda yang memekik. M

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   104. Harta Paling Bernilai

    Alfonso masuk ke dalam kamar tidur Siena dengan wajah cerah. Siena sudah berganti gaun tidur dan duduk bersandar di kepala tempat tidur, ia langsung mengarahkan pandangan ke Alfonso."Kamu kelihatan gembira…, sepertinya aku tak usah khawatir apa yang kamu bicarakan dengan Papa," celetuk Siena.Seringai Alfonso makin lebar. "Aku baru saja mendapat seorang Papa hari ini."Mulut Siena melongo. "Benarkah? Papa sudah memintamu memanggilnya Papa?"Alfonso menjawab dengan anggukan mantap. "Yup!""Oh, Alf, aku bahagia sekali mendengarnya!" Siena merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk memeluk Alfonso.Alfonso duduk di samping Siena dan merangkulnya dengan mesra. "Sekarang aku punya keluarga yang utuh lagi. Aku punya seorang istri yang kucintai, ayah yang bi

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   103. Putra dan Putri

    Bagi Alfonso, hari ini adalah salah satu hari paling istimewa baginya. Ia sempat kehilangan Siena selama tiga bulan lebih, berusaha bertahan dalam hati yang hancur, bahkan menjalani hidup seperti zombie, tubuhnya hidup tapi jiwa dan pikirannya serasa kosong.Mimpi buruk itu telah berakhir. Sekarang, Siena kembali padanya. Bahkan lebih daripada yang berani dia bayangkan, dia mendapatkan Siena bersama anak mereka yang berumur tiga bulan dalam kandungan Siena!"Kamu tak mau makan, Cherry? Dari tadi aku lihat kamu belum makan apa-apa," ujar Alfonso, kelihatan cemas.Malam ini pesta pertunangan mereka sedang berlangsung di halaman belakang rumah yang sangat luas. Keluarga De Martini adalah keluarga bangsawan yang sangat terkenal dan penting di Kota Siena. Jadi tak heran kalau tamu yang berkunjung juga terus mengalir.Alfonso menuntut Si

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   102. Konspirasi

    "Selamat siang, Tuan Stefano." Alfonso memutuskan untuk menyapa lebih dulu. "Carlo, Damien…." Alfonso mengangguk pada mereka bertiga.Mata Stefano mengamati tangan Alfonso dan Siena yang terus saling bergandengan. "Siena, kamu membuat kami khawatir. Apakah Alfonso menyakitimu?" Jelas bahwa Stefano sengaja mengabaikan sapaan Alfonso."Tidak, Papa, Alfonso tak mungkin sakiti aku," Siena menjawab dengan cepat. "Papa, kumohon biar kami jelaskan dulu semuanya.""Kurasa semuanya sudah sangat jelas bagiku. Kamu memilih untuk menyakiti hati seorang pria yang baik seperti Damien, demi kembali pada pria yang jelas-jelas telah menyakitimu sebelumnya," sergah Stefano dengan suara tegas."Papa, ini semua salahku. Alfonso tak pernah sakiti aku. Aku sudah tahu kalau dia tak ada hubungannya dengan masalah Gloria, tapi waktu dia datang menem

  • Code of Seduction (Bahasa Indonesia)   101. Kejutan Terindah

    Butuh waktu beberapa detik bagi Siena untuk mencerna perkataan Alfonso. Namun yang bisa dilakukannya hanyalah menatap Alfonso dengan mata terbelalak dan mulut melongo."Aku mohon jangan menikah dengan Damien. Aku ingin kamu jadi milikku seorang. Menikahlah denganku, Cherry…." Ucapan Alfonso terdengar sangat jelas, ucapan yang menimbulkan rasa hangat yang menjalari hati Siena."Alf….""Ya?""Kamu sadar kalau kamu baru saja memintaku menikah denganmu? Di dalam sebuah garasi mobil yang tertutup, di mana kamu baru saja menculikku tepat di hari pertunanganku dengan Damien?"Alfonso terpaku sesaat. "Yah…, aku bisa lakukan hal yang lebih gila lagi kalau kamu mau. Aku bisa saja tiba-tiba muncul di rumahmu, dan berteriak memprotes tepat saat Damien baru saja mau pasangkan cincin pertun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status