Share

Cold Marriage
Cold Marriage
Author: Velvet

1 - Olivia

Hidup Olivia yang semula manis kini berada dalam suatu tempat yang ia sebut api penyucian. Entah apa yang membuatnya menyebut frasa tersebut.

Yang ia tahu kini ia sedang berdandan ayu di depan cermin di sebuah ruang make-up. Dengan rasa kesal yang membendung tinggi dalam hati dan benaknya.

Bukankah seharusnya pengantin merasa bahagia ketika menyambut pernikahannya?

“Ck! Menikah!?” decitnya sendiri ketika perias tersebut telah selesai menata wajah cantiknya itu.

Pasalnya, Olivia tidak ingin menikah selama hidupnya. Ia hanya melihat dirinya menghabiskan waktu bersama anjingnya yang beranak-pinak dan berlarian di rumah besarnya. 

Uang? Punya. Rumah keren? Punya. Mobil? Lebih dari satu. Lantas mengapa Olivia menikah dengan laki-laki yang disebut super sempurna itu? Padahal dirinya juga memiliki segalanya.

Orang tua bangkrut? Tidak juga. Orang tua butuh uang untuk pengobatannya seperti di novel-novel? Kalau ini tidak mungkin, harta keluarga Olivia sudah tumpah-tumpah.

Kini gaun sudah terpampang apik di badannya yang langsing itu. Gaun putih yang sangat pas dengan lekuk tubuhnya. Gaun yang didesain oleh desainer terkenal, Valina Sanris, diimpor dari Paris.

Dengan sepatu hak tinggi putih dengan kilau berlian yang terpampang di sepatu tersebut meski tak terlihat karena tertutupi oleh rumbai gaun. Olivia sembari memegang bunga estetik yang tak terlalu mencolok di mata dengan warna krem dan pink.

Saat melangkahkan kakinya menuju altar, Olivia pun jatuh terkulai tak sadarkan diri. Membuat seluruh keluarga dan tamu panik.

Calon suaminya dari altar perlahan berjalan santai menuju Olivia. 

Pria dengan jas hitam pekat nan pas di tubuhnya itu langsung menggerakkan tangannya di lengan Olivia. “Heh? Bangun! Aku tau kamu pura-pura,” bisiknya setelah menyuruh semua orang menyingkir.

“Ivan! Olivia itu pingsan! Bukan pura-pura! Bawa dia ke dalam dulu,” gertak ayahnya Ivan.

Dengan enggan, Ivan membopong Olivia dan menidurkannya di kursi tamu yang sudah dihimpitkan agar cukup untuk badan Olivia.

Ibunda Olivia pun datang membawakan aromaterapi agar Olivia bisa bangun.

“Biar Ivan saja, Tante?”

Ivan pun berusaha membangunkan Olivia sambil mencibir. “Akal-akalanmu aja. Aku tau.”

***

Jauh sebelum tragedi ini terjadi, Olivia sedang pergi ke kelab malam. Bersenang-senang dengan teman seumurannya. 

Olivia, wanita 22 tahun dengan paras cantik. Ia juga merupakan seleb sosial media sedang viral. Tik-tok. 

Sejak kecil ia selalu didukung keluarganya dalam hal finansial. Bisa bersekolah di luar negeri juga termasuk privillege-nya. Namun dia memutuskan untuk tidak melanjutkan untuk mengambil jenjang S1 nya. Ia merasa sudah cukup dan bisa melanjutkan bisnis kedua orang tuanya di Surabaya.

Dengan harta yang diberikan oleh orang tuanya, Olivia merasa aman dengan masa depannya. Sehingga ia bermimpi tidak ingin menikah dan tetap menjalani kehidupannya seperti ini. Hal yang ia lakukan setiap hari sudah lebih dari membuatnya bahagia.

Malam ini, Olivia masih berada di kelab VIP para pemilik perusahaan. Dalam keadaan mabuk, dia melantur bersama teman-temannya.

Saat berjalan ke toilet dengan kedua temannya, kening Olivia serasa menubruk sesuatu di depannya. Ditatapnya benda aneh tersebut. Yang dilihatnya samar-samar dan membayangkan Dylan O’brien sedang akan menciumnya.

“Suamiku …. Hueeek!”

“Omaigat!” jerit Nessa, teman Olivia. 

Kedua temannya terlepas kaget ketika melihat kelakuan temannya yang tak tahu malu itu. 

Mata Olivia membelalak ketika melihat benda tadi kini menjadi seorang pria yang memakai kemeja hitam. Wajahnya muram saat menatap Olivia.

Bagaimana tidak? Olivia memuntahkan minuman keras yang sudah ada dalam lambungnya dari tadi. Tepat di dada pria tersebut yang memakai kemeja hitam tadi.

Parahnya, kejadian tersebut sudah terekam oleh beberapa teman pria tersebut yang sedang membuat konten di kelab ini. Menyaksikan aksi konyol Olivia yang menyebut pria tersebut sebagai suaminya dan menodai pakaian pria tersebut.

Olivia menggaruk kulit kepalanya, menunduk dan langsung berlari ke toilet wanita. Toilet mewah sesuai dengan tema kelab ini. Hanya orang tertentu saja yang bisa masuk ke kelab ini. Mereka menyebutnya Crazy Rich.

“Carikan baju untukku. Kita pulang,” suruh pria tersebut dengan tegas kepada bodyguard-nya.

“Aduh! Gimana, dong?!”resah Olivia di depan cermin. Dengan rupa yang sudah terlumuri leburan eyeliner yang ia pakai sejak tadi siang.

Nessa dan Liana pun ikut mendampingi Olivia setelah mereka berdua meminta maaf pada pria tadi. 

Sejujurnya mereka berdua bisa masuk ke kelab ini karena Olivia. Olivia menyayangi teman-teman SMA-nya ini. Sehingga kemanapun Olivia ingin mengajak mereka, ia selalu mentraktir.

Setelahnya, mereka memutuskan untuk pulang.

“Olivia!” 

Lengkingan suara wanita itu membangunkan Olivia yang sudah hampir memasuki kamarnya. Jalannya sudah setengah mengantuk.

Olivia menoleh ke sumber suara. “Ma-mama? Kok di sini?”

“Kamu! Jam satu pagi baru pulang?!”

Sudah lelah dan enggan berdebat panjang. Olivia menjawab, “kan katanya nggak boleh pulang terlalu malam. Ya … Livia pulang pagi, dong, Ma?!”

“Aaargh, kamu memang sukanya ngeles dari dulu!”

Olivia melambaikan tangan dan langsung menuju kamarnya. “Dah, ah, Ma! Aku mau tidur dulu. Capek!”

Brak!

Suara pintu yang sedikit terbentur keras saat ditutup.

Aulia, ibunda Olivia mendengus menahan sabarnya. Apa yang salah ketika putrinya kecil? Apakah dia salah mendidik Olivia? Sehingga putrinya tumbuh menjadi perempuan malas, manja, dan seenaknya?

Aulia sengaja datang ke rumah Olivia tadi malam. Dia ingin mengetahui kabar putrinya yang sudah jarang pulang ke rumah utamanya. Suaminya, Billy, sedang berada di luar negeri sehingga ia tak punya teman di rumahnya kecuali para asisten rumah tangganya.

Keesokan harinya, Aulia bangun lebih pagi meski ia hanya tidur beberapa jam saja.

Dia pun ikut membantu asisten dapur untuk menyiapkan Olivia makan. 

“Mbak, Olivia sering pulang pagi, ya?”tanya Aulia seiring memotongi wortel di meja dapur yang terbuat dari granit berwarna putih itu.

Asisten dapur itu mengangguk ragu, tak tahu harus berkata sejujurnya atau tidak. “Non Livia ….”

Aulia berhenti memotong wortel tersebut dan menoleh ke Asti. “Mbak bilang jujur aja, saya yang menggaji Mbak Asti.”

“Ehh?! Iya, Bu.”

Jawaban seperti itu sudah cukup jelas bagi Aulia. Dia pun mendongak. Melihat ke arah kamar tidur Olivia di lantai dua. 

Aulia mendengus kesal. “Terlalu sering dimanja dengan uang dan semua yang meladeninya. Ck!”

Sedangkan Olivia, wanita berdarah blasteran tionghoa-jawa ini, masih tertidur pulas di kamar tidurnya yang luasnya sudah sama seperti apartemen mahasiswa. 

***

Halo pembacaku yang cantik dan ganteng! Bantu subs author dan novel ini ya biar author semangat update!

Follow i* @novelbyreb dan f* author juga “Rebecca Puspa”

See you there! ^^

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status