"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya untuk menikah dengan pria kaya raya dan tampan bisa tidak terwujud. Kirana bisa di cemooh oleh teman-temannya.
"Tidak! Kirana tidak boleh pergi dengan pria lain. Kecuali denganku. Bukankah sudah kubilang dari tadi? Apa kau sudah tuli?"sindir tuan Adam kesal. Tuan Adam masih menatap tajam pada Edward.
"Apa kau bilang? Aku tuli? Lalu kau apa tuan overprotektif?" tanya Edward kesal. Edward tak terima dihina begitu saja oleh tuan Adam. Tangannya terkepal erat ingin sekali Edward melayangkan tinju mautnya pada wajah tampan tuan Adam. Hanya saja, ini di pasar kalau Edward nekat melakukan itu dirinya sudah bisa di pastikan akan di keroyok oleh orang satu pasar. Apalagi, para bodyguard tuan Adam sudah siap sedia di belakang tuan Adam. Bisa wajah tampannya menjadi babak belur dan tak berbentuk lagi.
Tapi, ia mengurungkan niatnya itu karena beberapa bodyguard tuan Adam sedang memandang tajam padanya. Bukannya tuan Adam yang berhasil ia pukul mungkin wajahnya yang akan babak belur. Membayangkannya saja, Edward ngeri apalagi kalau dirinya harus merasakan hal itu di wajahnya.
"Sudah! Sudah, tuan. Ayo, kita pergi! Masih banyak yang harus kita lihat," ajak Kirana sambil menarik tangan tuan Adam agar menjauh dari Edward. Kirana berusaha melerai tuan Adam dan Edward yang tampak ingin berkelahi. Bisa runyam nanti kalau mereka berkelahi di pasar dan menjadi tontonan banyak orang. Kirana akan sangat malu. Makanya, Kirana buru-buru menarik lengan tuan Adam agar beranjak dari tempat itu.
Kirana hanya tidak ingin ada perkelahian di tengah keramaian di pasar malam ini. Kesenangan banyak orang akan berubah menjadi teriakan nantinya jika mereka berdua terlibat baku hantam. Nama besar tuan Adam pun akan tercemar. Bisa-bisa, tuan Adam di anggap sebagai pembuat onar.
"Hei, gadis kecil. Ingat ya, kamu tidak boleh pergi dengan pria lain apalagi dengan cowok yang tadi itu. Dia berbahaya. Sebaiknya, kamu hati-hati dengannya.Sepertinya, pria itu bukan pria baik-baik. Dia terlalu terobsesi padamu. Ingat, hati-hati. Ada baiknya, kamu tidak perlu percaya begitu saja dengan pria lain. Meskipun itu tetanggamu atau teman sekampungmu. Kamu harus belajar mengenali mana orang baik dan mana orang jahat. " bisik tuan Adam pelan. Sambil menatap Kirana tajam.
Kirana mengangguk pelan. Tanda jika dia mengerti. Kirana heran, tidak biasanya tuan Adam peduli pada dirinya. Tuan Adam yang kejam dan berhati iblis itu peduli pada dirinya? Tuan Adam yang kejam dan berhati iblis yang selama ini bersikap kejam padanya dan selalu memotong gajinya. Tiba-tiba, berhati baik.
"Baiklah, aku mengerti tuan. Tidak perlu kau katakan berulang kali cukup satu kali pun aku sudah mengerti." ucap Kirana jengkel. Kirana lelah dan pusing mendengar ceramah tuan Adam yang panjang seakan tak ada hentinya itu. Membuat Kirana bertambah pusing.
"Sudah cukup, Jalan-jalannya! Ayo, kita pulang! Aku sudah lelah dan bosan. Tidak ada yang menarik disini. Apa ada yang mau kau beli? " pungkas tuan Adam sambil bersiap menyeret tangan Kirana.
"Tunggu! Tuan, aku mau beli survernir itu. Aku suka yang itu." ucap Kirana senang.
Kirana yang menyadari kelakuan tuannya itu pun segera menjauhkan tangannya dari tuan Adam. Namun, tuan Adam yang menyadari hal itu langsung melotot. Menatap tajam pada Kirana yang pada akhirnya mendekatkan kembali tangannya pada tangan tuan Adam. Kirana merasa ada yang aneh dengan tuan Adam. Sepertinya, tuan Adam salah minum obat.
"Kenapa tuan Adam tiba-tiba berubah jadi lebih lunak sikapnya padaku? Biasanya, tuan selalu marah padaku. Hampir setiap hari pula." batin Kirana dalam hati.
*****
"Ah, tubuhku rasanya remuk semua. Apa aku sudah semakin tua yah? Masa jalan ke pasar malam baru setengah jam saja tubuhku sudah terasa sakit semua," gumam tuan Adam pelan.
"Bukan, tuan tidak bertambah tua, kok. Tapi, tuan sekarang tidak pernah berolahraga. Tuan hanya sibuk dengan setumpuk pekerjaan tuan. Jadi, seharian pekerjaan tuan hanya duduk mengurus berkas-berkas yang tidak ada habisnya itu." sela Alex santai. Yang dijawab oleh tatapan tajam yang menusuk tepat ke jantung Alex. Membuat Alex cepat-cepat berlalu dari hadapan tuan Adam. Kirana yang menyaksikan hal itu. Tidak bisa menahan tawanya.
"Hahaha...," tawa Kirana meledak. Namun, tak bertahan lama. Karena kini tatapan tajam tuan Adam berpindah padanya.
"Aku minta maaf, tuan. Aku sungguh tak bisa menahan tawa melihat tuan dan Alex tadi." sahut Kirana sambil tersenyum.
"Memangnya apa yang lucu?" tanya tuan Adam jengkel. Kirana hanya menggeleng pelan.
"Tidak ada yang lucu, tuan. Hanya saja, menurutku itu lucu. Mungkin menurut tuan itu tidak lucu." ucap Kirana ragu.
"Jadi, sebenarnya siapa yang tidak waras kau atau aku?" tanya tuan Adam dengan nada mengejek. Kirana menjadi kesal dibuatnya.
"Kenapa aku tidak waras?" tanya Kirana tak terima.
"Karena tidak ada yang lucu pun kamu tertawa. Mana ada orang yang waras kalo tidak ada yang lucu tertawa sendirian?" ujar tuan Adam jengkel. Rasanya, tuan Adam ingin memukul kepala Miran yang daya tangkapnya sangat lambat itu.
Tiba-tiba, tuan Adam teringat surat kontrak itu.
"Oh ya, dimana surat kontrak itu. Sepertinya aku harus tulis yang baru dengan persyaratan tambahan untuk gadis itu." ucap tuan Adam segera mengambil kertas dan menulis beberapa syarat-syarat baru yang sengaja tuan Adam ubah.
"Surat kontrak? Syarat baru? Syarat apalagi yang ingin tuan Adam tulis, sih?" batin Kirana dalam hati.
Tok! Tok!
"Siapa ya?" tanya Kirana dari dalam kamar.
"Ini aku tuan Adam. Apa aku boleh masuk?" tanya tuan Adam lagi.
"Boleh, silahkan masuk tuan Adam. Ada apa tuan? Kenapa malam-malam ke kamarku?" tanya Kirana tak mengerti. Kirana memandang tuan Adam dengan tatapan curiga.
"Aku ini tuanmu. Apa aku tidak boleh bertemu denganmu? Dan, ini juga rumahku. Apa setiap aku ingin ke kamarmu dan bertemu denganmu aku harus lapor padamu! Ini ada surat kontrak baru yang harus kau tanda tangani lagi. Menurutku sebaiknya, kau baca dulu syarat-syaratnya itu." ujar tuan Adam pelan.
"Surat kontrak baru? Apa harus aku tanda tangani lagi? Pakai darah lagi tuan?" tanya Kirana takut. Kirana merasa ngeri membayangkannya saja.
"Iya, tentu saja kau harus menandatanganinya lagi. Dan, pakai darahmu. Memangnya, mau pakai apa lagi? Kan, kamu tidak punya stempel." ucap tuan Adam kesal.
"Syarat? Yang pertama aku harus tampil cantik.
Tapi, bagaimana bisa aku tampil cantik? Uang pun aku tidak punya. Apalagi gaun aku sama sekali tidak punya yang bagus hanya beberapa gaun yang sudah lusuh dan tidak layak pakai.Dan, ini apa lagi? Tidak boleh jalan dengan pria lain? Lantas, aku harus jalan dengan siapa? Tuan, sepertinya syarat-syarat ini sangat tidak masuk akal deh. Baju bagus dan tidak boleh jalan dengan pria lain? Apa ini tidak berlebihan tuan? Darimana aku mendapat uang untuk membeli baju bagus? Aku saja hanya kerja pada tuan. Dan, setiap hari gajiku tuan potong. Darimana aku bisa membeli gaun baru? Dan pria lain. Kenapa aku tidak boleh jalan dengan pria lain? "tanya Kirana bingung.
"Tentu saja tidak boleh. Kecuali denganku." sahut tuan Adam tenang. Kirana hanya memasang wajah masam. Sebagai bentuk protesnya pada tambahan syarat yang diajukan oleh tuan Adam.
Mata Kirana sontak melotot. Menatap tuan Adam dengan tidak percaya. "Apa pria ini sudah tidak waras otaknya? Atau dia salah minum obat tadi? Kenapa dia tiba-tiba jadi overprotektif padaku seperti ini?" batin Kirana dalam hati. Kirana semakin pusing dan semakin tidak mengerti dibuatnya. Tuan Adam menjadi aneh belakangan ini. Dan, Kirana tak mengerti apa penyebabnya.
"Sudahlah, jangan cerewet! Sebaiknya, kau tanda tangani saja surat itu biar cepat beres urusan kita. Atau kau ingin aku menemanimu tidur malam ini? Di sini? Di kamarmu?" goda tuan Adam pelan. Sontak, Kirana membuka mulutnya lebar. Kirana tak percaya pada apa yang baru saja Kirana dengar. Tuan Adam salah bicara mungkin. Kenapa tuan Adam tiba-tiba menjadi genit seperti itu?
Mata Kirana makin melotot. Menatap tuan Adam dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin tuan Adam yang berhati iblis ini menjadi nakal seperti ini?
"Apa tuan salah minum obat tadi?" tanya Kirana heran. Tuan Adam hanya menggeleng pelan.
"Apa katamu? Salah minum obat aku? Memangnya, aku penyakitan sepertimu!" sembur tuan Adam kesal. Tak terima.
"Tidak." jawab tuan Adam singkat.
"Lalu, kenapa tuan tiba-tiba jadi aneh seperti ini? Dan menggoda aku seperti itu? Apa tuan suka padaku ya? " tanya Kirana bingung."Aneh? Aku? Tidak, aku biasa saja. Sudahlah, lebih baik cepat kau tanda tangani saja surat kontrak itu. Aku mau kembali ke kamarku. Aku lelah. Atau jangan-jangan kau pikir aku akan benar-benar tidur disini? Berdua denganmu? Dan, satu lagi. Aku tidak menyukai gadis kecil, dan jelek sepertimu. " tuduh Tuan Adam jengkel.
"Tidak! Aku tidak berpikir seperti itu. Tapi, itu terserah tuan saja mau berpikir seperti apapun. Baiklah, akan aku tanda tangani agar kau segera pergi dari sini Tuan." sahut Kirana kesal. Lantas, Kirana pun segera menanda tangani surat itu dan menyerahkannya pada Tuan Adam. Kirana tak ingin tuan Adam berlama-lama di kamarnya. Dan, pikiran Kirana menjadi berpikir macam-macam jadinya.
*****"Dasar sombong! Aku benar-benar tidak akan memaafkanmu Kirana. Aku akan membalas demdam pada Tuan Adam dan kamu tentunya. Kamu jelas-jelas sudah menolakku terang-terangan. Aku tidak bisa menerima penghinaan itu hari ini. Yang tuan Adam dan kamu lakukan padaku hari ini Kirana. Lihat saja! Dan, tunggu pembalasanku. Aku akan menculikmu," gumam Edward pelan. Tangannya terkepal erat. Rasanya Edward ingin memukul sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya itu.
Ia pun mulai menyusun rencana sebaik mungkin. Rencana menculik Kirana begitu nama proyeknya.
Tok! Tok!
"Iya, sebentar!" sahut Kirana setengah berlari menuju pintu depan rumah tuan Adam. Kirana tak curiga sedikitpun. Karena sudah biasa rumah tuan Adam di kunjungi oleh banyak tamu bergantian. Biasanya dari pejabat - pejabat daerah yang memiliki urusan dengan tuan Adam.
Klik!
Kirana pun membuka pintu depan rumah tuan Adam. Tanpa perasaan curiga sedikitpun.
Namun, tidak ada seorang pun. "Aneh, tidak ada siapapun? Siapa sih orangnya yang bercanda denganku? Pagi-pagi, sudah iseng dengan orang. Memangnya aku tidak ada kerjaan.Apa dia Alex ya? " gerutu Kirana jengkel.
Tiba-tiba, ada sepasang tangan kekar menutup mulut Kirana dan berusaha menyeret tubuh Kirana dan mencoba untuk memasukkan Kirana ke dalam mobil.
"Tunggu! Siapa kalian?" teriak Alex. Dan beberapa bodyguard tuan Adam pun segera menuju ke depan.
"Mmm....tolong! Tolong! Lepaskan saya!" pinta Kirana sambil meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari cengkeraman kuat tangan kekar itu.
"Ah, dasar brengsek! Lepaskan gadis itu. Dan, kita pergi dari sini. Sebelum urusannya akan tambah runyam nantinya." perintah Edward kesal.
Edward pun melepaskan Kirana dengan kesal. Dirinya tidak ingin ambil resiko karena banyaknya anak buah tuan Adam. Sepertinya Edward harus memakai cara lain seperti memancing Kirana jauh dari kediaman tuan Edward.
*****
"Gadis kecil! Dimana kamu? Apa kamu belum bangun?" teriak tuan Adam dengan suara keras. Namun, Kirana tak juga menampakkan batang hidungnya.
"Alex, cepat kesini! Cari gadis itu sampai ketemu." perintah tuan Adam kesal.
"Baik, tuan akan segera saya cari." sahut Alex lagi.
Alex pun memerintahkan para bawahannya untuk mencari Kirana ke segala penjuru rumah dan daerah sekitar rumah tuan Adam. Namun, nihil.
"Permisi, tuan. Apa Anda sedang mencari seorang gadis muda bertubuh kecil?" tanya seorang nenek pada Alex.
"Iya, betul nek. Bagaimana nenek bisa tau? Apa nenek pernah melihat gadis itu?" tanya Alex bingung. Nenek itu hanya mengangguk pelan.
"Tidak penting darimana saya bisa tau. Sebaiknya, kalian cepat tolong gadis itu sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada gadis itu. Pria itu bisa berbuat kejam pada gadis itu." tutur nenek itu panjang.
"Lalu, dimana gadis itu sekarang nek?" tanya Alex tak sabar.
"Di sana, di gudang tua itu. Berhati-hatilah." ucap nenek tua itu.
Sepeninggal, para pria berotot itu. Nenek tua itu hanya membatin dalam hatinya.
"Maafkan, nenek Edward. Nenek tidak ingin kamu jadi pembunuh hanya karena cinta buta yang kamu rasakan. Itu hanya cinta sesaat, Edward. Nenek harap kamu bisa sadar."
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Ayo, kamu harus ikut aku ke RS gadis kecil! Kalau kamu sakit bisa repot aku. Tidak ada yang membantuku mengurus rumahku yang besar itu." ajak tuan Adam lagi. "Sudah kubilang tidak perlu tuan. Aku tidak perlu ke RS. Aku hanya perlu tidur dan mungkin juga harus menjauh dari tuan untuk sementara." sahut Kirana malas. "Menjauh dariku? Kenapa? Memangnya aku yang menularkan penyakit padamu?" tanya tuan Adam semakin bingung. "Bukan! Bukan tuan yang menyebabkan aku sakit. Tapi, perasaanku yang terlalu besar pada tuan. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan perasaan ini. Aku merana tuan. Karena rasa cinta ini." ucap Kirana panjang. Kirana memberanikan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada tuan Adam. Kirana sungguh tidak tahan lagi pada perasaannya. "Jadi, kau sakit karena kau memendam rasa c
"Maksudmu, majikanku kenapa?" tanya Kirana bingung. "Maksudku...," Alice memutus ucapannya sesaat karena terdengar suara ketukan lagi di pintu depan rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Gadis kecil! Itu ada siapa lagi. Cepat kau buka pintunya!" teriak tuan Adam dari dalam ruangan. "Baik, tuan. Akan aku bukakan pintunya. Tunggu, sebentar ya, Alice. Aku buka pintu dulu. Aduh, siapa lagi sih yang datang?" keluh Kirana jengkel. Klik! "Esti? Dan kau Rima bukan? Kenapa kalian semua malah datang ke sini? Aku jadi tak mengerti. Sebenarnya, siapa yang mengundang kalian semua?" tanya Kirana heran. "Sudah kubilang majikanmu." ujar Alice tenang. "Oh, ternyata kalian semua sudah datang