Share

Meluluhkan Hati Tuan Adam

      "Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku. 

      Kalau ada orang jahat, dan  kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana.

        Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya 

      " Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal. 

      "Maaf, tuan. Saya minta maaf. Saya mengerti saya salah karena telah keluar tanpa seijin tuan. Tapi, hanya sekali ini saja, kok. Ini karena ayahku sakit. Kalau tidak sakit juga aku tidak akan pulang ke rumahku. " ucap Kirana sambil menunduk sebagai tanda menyesal. Tuan Adam hanya menatap Kirana dengan kesal 

        "Sudah, sana sebaiknya kau mulai bekerja! Jangan membantah terus! Aku tidak mau dengar alasanmu lagi. " perintah tuan Adam kesal. Sambil membentak Kirana. Tubuh Kirana gemetar ketakutan. Karena baru kali ini Kirana melihat tuan Adam marah besar dan membentak Kirana. Tuan Adam melihat tubuh Kirana bergetar hebat. Dan, tuan Adam pun melunak.

      "Maafkan, aku. Karena emosi aku jadi membentakmu." ujar tuan Adam merasa bersalah. 

      "Baik, tuan. Saya kedalam dulu." pamit Kirana pelan. Dengan suara lirih. Tubuhnya masih bergetar. 

          

      Kirana, hanya termenung. 

Menatap dinding kamarnya kosong. Ia merasa mimpinya untuk 

mendapatkan hati tuan Adam semakin jauh. Tuan Adam benar-benar sosok lelaki yang sukar ditaklukkan. Kirana jadi semakin bingung. Apakah dirinya akan tetap bekerja di rumah tuan Adam atau berhenti saja? Tapi, hutangnya pada tuan Adam belum lunas. 

        Tapi, Kirana tidak menyerah begitu saja.  Kirana teringat pekerjaan yang masih menumpuk. Ia tidak berlama2 termenung. Kirana takut tuan Adam akan memotong gajinya lagi. Kirana mulai mencuci baju dan mencuci piring. Dan pekerjaan lainnya. 

        "Kirana, pakaian disitu udah dicuci belum? Itu jangan lupa piring-piringnya dicuci juga. Hati-hati! Awas, kalau sampai pecah! Akan ku potong gajimu lagi!" hardik tuan Adam jengkel. 

       "Sudah tuan, sudah saya bersihkan semuanya." sahut Kirana pelan. 

      "Ampun, tuan. Jangan dipotong lagi gaji saya. Lama-lama bisa habis kalo tuan potong terus." pinta Kirana dengan wajah memelas. 

      "Nah, begitu bagus itu. Kamu kerja yang rajin agar aku senang. Siapa tau aku berbaik hati dengan menaikkan gajimu." puji tuan Adam senang. 

      "Dan, satu lagi. Kenapa kamu yang mengatur? Aku kan, bosnya disini! Jadi aku yang atur semuanya. Mau aku potong atau tidak gajimu itu urusanku. Tugasmu, hanya bekerja saja! Yang rajin. " maki tuan Adam kesal. Tuan Adam paling tidak suka kalau ada yang mengaturnya sekalipun itu pembantunya. 

        "Maaf, tuan. Besok-besok, saya akan bekerja dan menyelesaikan semuanya sesegera mungkin. Biar gaji saya bisa naik. " ucap Kirana pelan. Dan penuh harap. 

       ****

  Tok! Tok! 

     Pagi-pagi, Kirana sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuk tuan Adam. Namun, baru saja Kirana menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Tiba-tiba, terdengar ketukan dari pintu depan rumah tuan Adam. 

    "Sebentar." Seru Kirana dari dalam rumah. "Siapa sih yang datang bertamu pagi-pagi begini? Apa tuan Adam ada janji dengan seseorang ya?" batin Kirana dalam hati. 

      Klik! 

     Kirana terkejut ketika pintu terbuka dan di depan intu rumah tuan Adam tengah berdiri Edward. Temannya. Sudah bukan rahasia lagi kalo Edward itu menyimpan rasa pada Kirana. Namun, Kirana tidak menanggapinya. 

      "Edward? Kok kamu tau aku bekerja disini? Dari siapa?" tanya Kirana heran. Kirana terkejut. Darimana Edward tau jika Kirana bekerja di rumah tuan Adam. Pasti ada orang yang memberitahunya. 

        "Dari kakakmu, Angel." sahut Edward singkat. 

       "Sudah kuduga, si mulut ember itu Angel yang memberitahu Edward. Awas saja, dia nanti kalo ketemu akan kumarahi dia nanti.." batin Kirana dalam hati. 

        

        "Ooh, terus ada urusan apa kamu mencariku?" tanya Kirana malas. Kirana enggan berlama-lama melayani Edward. Edward hanya pria miskin dari kampung tempat Kirana tinggal. Tidak lebih. Kalau Kirana menikah dengan Edward dia tidak akan bisa meraih mimpinya itu. Menikahi pria tampan dan kaya. Kirana juga sudah pasti akan dicemooh oleh teman-temannya itu. 

          "Kirana, nanti malam ada pasar malam di jalan D. Apa kau mau pergi kesana bersamaku?" ujar Edward terus terang. Kirana termenung sesaat. 

       "Pasar malam, sampai hari ini aku belum pernah datang ke sana. Aku bahkan tak tahu seperti apa pasar malam itu?" batin Kirana dalam hati. 

        "Pasar malam? Nanti malam? Aku tidak tau. Tapi, akan kuusahakan. Aku sebenarnya sangat ingin melihat pasar malam. Tapi, majikanku mungkin tidak akan mengijinkanku pergi." ucap Kirana sedih. Sesaat Kirana tampak senang. Namun, mengingat tuan Adam. Seketika lenyaplah keinginannya itu. 

    "Sesuatu yang tidak mungkin." batin Kirana dalam hati. Kirana menggeleng pelan. 

      "Sepertinya, aku tidak bisa Edward. Maaf, karena majikanku mungkin tidak mengijinkanku pergi ke pasar malam." ujar Kirana lirih. 

      "Baiklah, nanti malam aku akan datang lagi kesini. Aku akan tunggu jawaban pastinya. Bisa atau tidak. " jawab Edward tenang. 

       "Terserah kau saja, Edward. Tapi, sebaiknya kau tidak usah datang lagi ke sini nanti malam. Karena kalau majikanku sampai tau aku bisa repot nanti. Bisa di potong lagi gajimu nantinya." sahut Kirana pelan. 

      "Masa sih, majikanmu sekejam itu. Tapi, kenapa kau masih bekerja di sini? Kenapa kau tidak berhenti saja?" tanya Edward tak percaya. 

       "Lalu, kalau aku berhenti dari sini. Siapa yang akan menerimaku bekerja kembali? Apa kau mau menggajiku? Masalahnya, hutangku banyak pada majikanku. Apa kau mau membayarkannya?" tanya Kirana pelan. 

       Edward tidak mungkin dan tidak akan membayarkan hutang Kirana. Karena Edward saja bekerja keras mengumpulkan uang hanya untuk jadi pria kaya yang mungkin akan dilirik Kirana. Padahal tidak usah susah payah seperti itupun Kirana tidak akan melirik Edward. 



        "Berhenti atau tidak. Itu bukan urusanmu! Sudah lebih baik, pergi saja sana! Nanti majikanku melihatmu. Aku akan dimarahin lagi olehnya. Majikanku tidak suka melihatku ada di luar apalagi sepagi ini bersama seorang pria pula." usir Kirana jengkel. Kirana sangat takut kalau-kalau tuan Adam melihat dirinya sedang berduaan sepagi ini dengan pria lain selain dirinya. Kirana pasti akan kena marah lagi. Dan yang paling Kirana Takutkan adalah potong gaji. 

        "Apa? Kau akan datang lagi ke sini? Tidak! Tidak! Kita ketemu di ujung jalan saja nanti malam." tolak Kirana buru-buru. Kirana lebih takut di pecat dan di potong gaji oleh tuan Adam. 

        Bisa makin runyam urusannya kalau sampai Edward datang lagi dan tuan Adam menangkap basah diriku sedang bertemu dengannya. 

       

        "Baiklah, kalau begitu. Aku pulang dulu, ya Kirana. Sampai  ketemu nanti malam.Aku akan tetap menunggumu. Kuharap kamu bisa datang. " ujar Edward sambil melambaikan tangannya. Kirana hanya diam dan melangkah masuk ke dalam rumah sebelum tuan Adam marah karena sarapan pagi belum tersedia. 

       " Kirana, tunggu! "teriak Edward. Membuat Kirana terpaksa menoleh lagi. 

     "Ada apa lagi sih?" tanya Kirana kesal. 

    "Tidak, hanya ingin melihat wajahmu saja." ucap Edward tidak penting. 

      "Astaga, iya. Sarapan pagi? Bisa gawat nih! Apalagi kalo tuan Adam sudah bangun. Bisa potong gaji lagi, nih! Ah, gara-gara Edward. Untuk apa sih, pria miskin itu datang menemuiku pagi-pagi? Awas saja Angel yang membocorkan tempatku bekerja pada Edward. Dasar tidak bisa menjaga rahasia! Padahal sudah kupesan agar jangan memberitahu siapapun. "batin Kirana dalam hati. 

      "Iya, sudah sana cepat pergi!" usir Kirana kuatir kalau-kalau tuan Adam mengetahuinya. 

      Namun, Kirana tidak menyadari dari dalam sana. Tepatnya dari balik gorden abu- abunya. Ada sepasang mata yang sedang mengamatinya dari sana. 

      "Gadis kecil ini benar-benar susah diberitahunya. Sarapan pagi belum disiapkan, sekarang pagi hari sudah berduaan bersama pria pula. Bisik-bisik dan berdekatan. Sedang membicarakan apa sih mereka? Sangat mencurigakan?" batin tuan Adam dalam hati. Tuan Adam semakin penasaran. Tuan Adam tak bisa lagi menahan kesabarannya. Tuan Adam pun berteriak marah, memanggil Kirana karena perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi minta untuk diisi sesuatu yang mengenyangkan. Namun, sarapan belum tersedia. 

        "Siapa laki-laki itu? Untuk apa dia menemui Kirana?" batin tuan Adam dalam hati. Tuan Adam semakin penasaran. Tapi, betapa kesalnya tuan Adam karena dari tempatnya bersembunyi tuan Adam tak bisa mendengar apapun yang dibicarakan oleh Kirana dan pria itu. 

     

         "Tidak akan kubiarkan ia, pergi dengan pria itu," gumam tuan Adam pelan. "Apapun yang mereka bicarakan. Aku tidak akan membiarkan Kirana dekat dengan pria itu." batin tuan Adam pelan. 

       "Pagi, tuan. Tuan sedang apa di sini? Maksud saya sedang mengintip siapa?" tanya Alex penasaran. Alex melihat sekilas dari balik gorden. Dan, tampak Kirana, gadis kecil itu sedang bersama seorang pria. Entah siapa. 

      "Bukan urusanmu! Kerjakan saja tugasmu atau kau mau kupecat? Tampaknya, kau sudah bosan bekerja denganku, ya?" sembur tuan Adam kesal. 


         Alex mengerti keinginan tuannya. Alex pun segera ambil langkah seribu sebelum tuan Adam semakin marah padanya. 

      "Kirana! Kirana! Dimana kau? Mana makanan hari ini?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. Karena tuan Adam melihat Kirana sedang berdua dengan pria lain di depan rumahnya. 

        "Iya, tuan sebentar! Aku akan masak dulu makanannya." sahut Kirana sambil berlari kecil dari luar. Kirana mengatur napasnya lebih dahulu. 

         

      "Darimana saja kamu? Pagi-pagi begini, kau sudah ada diluar! Mana makananku aku lapar!" tanya tuan Adam heran.

          "Maaf, tuan. Makanan tuan belum saya masak. Tunggu sebentar, saya akan masak dulu ya, tuan?"ucap Kirana pelan.

        "Ya, sudah! Cepat masak sana!" usir tuan Adam kesal.

     ****

     Malam pun tiba, jantung Kirana semakin tak karuan. Ia sibuk membongkar satu persatu bajunya memilih mana yang bagus yang bisa dipakai untuk bertemu dengan Edward malam ini.

        "Tidak ada yang bagus. Apa pakai yang ini saja yah?" pikir Kirana dalam hati.

        Kirana pun segera mengganti bajunya dengan dress satu-satunya yang ia miliki.

        Tok! Tok!

        "Iya, masuk." sahut Kirana pelan.

         

       "Kamu sedang apa gadis kecil? Kenapa semua bajumu diberantakin seperti itu?" tanya tuan Adam sambil mendelik kesal.

        "E-eng, itu tuan. Apa boleh malam ini aku keluar tuan? Katanya di jalan D ada pasar malam. Aku ingin melihatnya tuan. Aku belum pernah melihat pasar malam seumur hidupku. Boleh ya, tuan?" tanya Kirana hati-hati.

        "Pasar malam? Kau mau pergi dengan siapa? Kau mau pergi dengan pria yang datang menemuimu tadi pagi ya?" Selidik tuan Adam dengan tatapan penuh kecurigaan.

          "Hah? Kok, tuan bisa tau kalau aku akan pergi ke pasar malam bersama cowok itu?" tanya Kirana heran.

        "Jadi, bagaimana boleh ya tuan?" tanya Kirana lagi. 

        "Tidak! Kau tidak boleh pergi ke pasar malam dengan pria lain. Kau harus bekerja!" sahut tuan Adam kesal.

        "Baiklah, terserah tuan saja." sahut Kirana pasrah.

      Kirana sudah terlanjur memakai baju bagus. Akhirnya, Kirana pun memoles wajahnya dengan bedak dan sedikit pewarna bibir. 

          Wajah Kirana tampak cantik. Tuan Adam diam-diam memperhatikannya. Tuan Adam terpukau dengan pesona kecantikan Kirana. Namun, tuan Adam menyembunyikan rasa sukanya itu.

        "Aku cantik juga,ternyata."batin Kirana dalam hati. 

        "Dasar jelek! Sudah kerja sana! Untuk apa kau berlama-lama di depan cermin. Mau satu jam kau didepan cermin pun wajahmu tidak akan berubah. Tetap jelek!" ejek tuan Adam jengkel. 

      "Baik, baik, aku akan bekerja. Tunggu sebentar, aku akan menghapus makeup ku dulu." sahut Kirana sambil mengambil sehelai tissu dan bersiap untuk menghapus makeup nya. 

        "Sudah, tidak perlu kau hapus makeupmu. Biarkan saja seperti itu. Ayo, kita pergi ke pasar malam!" ajak tuan Adam. 

     

        Mata Kirana melotot. Dan mulutnya menganga lebar. Tak percaya pada apa yang ia dengar baru saja. 

        "Tuan bilang apa tadi?" tanya Kirana penasaran. Sekedar memastikan. 

      "Aku bilang, tidak usah menghapus makeupmu. Kalau kau mau pergi ke pasar malam. Ayo, pergi bersamaku!" ulang tuan Adam. 

            "Apa kau sudah mendengarnya dengan jelas? Atau perlu kuulangi lagi?"tanya tuan Adam dengan ketus. 

          ****

    "Wah, indahnya lampu-lampu itu!" celetuk Kirana sambil menatap keatas melihat lampu-lampu jalanan yang gemerlap. 

        "Dasar norak! Ayo kesini! Kita beli makanan dulu. Perutku sudah berbunyi minta diisi."tarik tuan Adam. Kirana terpaksa mengikuti tarikan tangan tuan Adam. 

      "Aduh, pelan-pelan tuan! Sakit tanganku." keluh Kirana sambil mengusap pelan pergelangan tangannya yang memerah. 

        Tuan Adam pun melonggarkan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Kirana. 

        "Maaf, aku terlalu keras mencengkeramnya." ucap tuan Adam untuk pertama kalinya dalam  seumur hidupnya. 

    "Tidak apa." sahut Kirana pelan. Sambil tersenyum senang. 

        *****

    "Kirana? Kok, kamu ada disini? Katanya kamu tidak boleh pergi oleh majikanmu." tanya Edward heran. 

            "Eh, iya, itu aku memang tidak boleh pergi." sahut Kirana gugup. 

        "Tapi, kenapa kamu sekarang ada disini?" tanya Edward jengkel

     

        "Iya, dia memang tidak boleh pergi dengan pria lain. Tapi, karena dia pergi denganku jadi kuijinkan. Mengerti?" jawab tuan Adam kesal. 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status