Mag-log in"I should kill you, not make love to you." Alpha Xavier scoffed, his gleaming hard chest revealed through his blue shirt, "wrong, omega. We won't be making love, I will be fucking you, hard, and as for killing me, why don't you ride me to death?" *** Ophelia was sent to assassinate him, not to marry the beastly Alpha, but all she can think about when she's supposed to be getting her revenge, is having him again and again.
view more“Menikahlah denganku, aku anggap utang keluargamu lunas.”
“Apa kamu gila?! Kamu sudah punya tunangan!” Emosi Ilona mendidih mendengar permintaan enteng itu dari seseorang yang sudah memiliki tunangan. Kemarin, seseorang yang mengaku orang suruhan Reinhard datang ke rumahnya. Orang itu berkata jika Reinhard ingin dirinya membayar utang dengan ‘mengabdi' seumur hidup. Ilona berpikir pengabdian tersebut adalah bekerja pada lelaki itu. Ilona pun tak keberatan karena dirinya bingung membagi keuangannya untuk utang di berbagai tempat. Namun, begitu sampai di sini, dirinya malah mendapat kejutan yang luar biasa. Pengabdian yang Reinhard maksud bukan seperti dalam pikirannya. “Itu urusanku, bukan urusanmu,” jawab Reinhard santai, seolah-olah itu bukan masalah besar. “Aku tidak mau!” tolak Ilona tegas. Ilona tidak mau menjadi duri dalam hubungan orang lain. Masalahnya sudah sangat banyak dan tidak perlu ditambah lagi. Ia datang kemari demi solusi atas utang-utang keluarganya pada Reinhard. Bukan untuk mengikuti kegilaan lelaki itu. “Kamu masih sombong. Sama seperti dulu!” cibir Reinhard. “Kalau kamu merasa sanggup melunasi utang keluargamu, mana uangnya? Selama bertahun-tahun kamu tidak pernah berusaha melunasinya!” Kedua tangan Ilona mengepal di sisi tubuhnya. “Beri aku waktu!” Bukannya ingin lepas tangan atau berpura-pura melupakan utang tersebut. Ilona masih kesulitan mengatur keuangannya sampai sekarang. Utangnya bukan hanya pada Reinhard saja, namun juga pada pihak lain. Hingga sertifikat rumahnya pun telah ia gadaikan. Selama tiga tahun ini Reinhard tak pernah mengusiknya, Ilona mengira lelaki itu masih sabat menunggu hingga dirinya bisa melunasi semuanya. Namun, ternyata di balik ketenangan lelaki itu, tersimpan rencana licik yang sangat tidak masuk akal. “Sampai kapan? Sudah 3 tahun dan belum ada tanda-tanda kamu akan membayar utangmu.” Reinhard melipat tangan di depan dada. Tampak meragukan ucapan Ilona. “Aku akan melunasinya! Tapi, bukan dengan gila yang kamu inginkan!” Ilona tak bisa berjanji kapan akan melunasi utang tersebut. Namun, ia akan berusaha mencari uang lebih. “Dan satu lagi. Aku punya kekasih, jadi kamu tidak bisa seenaknya!” Reinhard bangkit dari kursi kebesarannya dan menghampiri Ilona yang berdiri kaku di dekat pintu dengan tatapan berapi-api. Sebelah sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. Ia sengaja mengangkat dagu Ilona yang menatap dengan begitu berani. “Kekasih? Kurasa kita belum putus. Dia bukan kekasihmu, dia selingkuhanmu,” bisik Reinhard di samping telinga Ilona. Ilona menghempas tangan Reinhard dari dagunya. Matanya semakin menyorot berapi-api ke arah lelaki itu. “Bagiku, semuanya sudah berakhir! Aku akan melunasi utang-utangku secepatnya!” Ilona mendorong Reinhard dan bergegas pergi dari sana. Kedatangannya ke tempat ini hanya membuang waktunya saja. Ia pikir Reinhard akan benar-benar mempekerjakannya. Itu jauh lebih baik dibanding dirinya harus menikah dengan lelaki itu. “Waktumu hanya satu minggu. Uang itu harus ada dalam satu minggu!” seru Reinhard yang masih berdiri di tempat yang sama. “Kamu akan kembali padaku.” Ilona melanjutkan langkah dan bergegas keluar dari ruangan itu sebelum kewarasannya menghilang. Ia menyumpahi Reinhard selama di dalam lift. Lelaki itu benar-benar berubah menjadi sosok yang tak dirinya kenali sama sekali. Dan itu juga karena ulahnya. Menggunakan motor usangnya, Ilona pergi dari area gedung pencakar langit itu. Ia sampai harus izin sebentar di tempat kerjanya demi mendatangi kantor Reinhard. Namun, ternyata lelaki itu hanya ingin mengerjainya. Seharusnya, dirinya tak perlu membuang waktu untuk datang ke sana. Kemacetan menjelang jam makan siang membuat Ilona terjebak lebih lama di perjalanan. Padahal, seharusnya ia sudah sampai di hotel dan melanjutkan pekerjaannya. Begitu tiba di hotel, Ilona langsung menemui rekan kerjanya yang ia minta menghandle pekerjaannya selama dirinya pergi. “Apa aku pergi terlalu lama? Maafkan aku. Aku tidak tahu akan terjebak macet—” “Bu Xena memanggilmu ke ruangannya,” potong teman sejawat Ilona itu. Ekspresinya menunjukkan jika ada sesuatu yanh buruk. “Oke. Terima kasih. Kamu kerjakan bagianmu saja. Biar aku yang melanjutkan bagianku. Maaf merepotkanmu,” jawab Ilona sebelum memacu langkah menuju ruangan managernya. Ilona pikir temannya berekspresi aneh saat melihatnya karena kesal harus menghandle pekerjaannya juga. Namun, begitu masuk ke ruangan sang manager, ia langsung tahu alasannya. Sang manager yang biasanya selalu ramah padanya pun tampak berbeda. “Ilona, laporan kinerja kamu menurun bulan ini. Saya terpaksa mengeluarkan kamu. Hotel ini membutuhkan karyawan yang kompeten. Saya minta maaf karena pemberitahuannya mendadak,” tutur sang manager. “Tapi, Bu. Saya rasa kinerja saya sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Bu, tolong jangan pecat saya. Saya berjanji akan memperbaiki kinerja saya ke depannya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini,” mohon Ilona dengan mata berkaca-kaca. Bulan lalu Ilona mendapat penghargaan karyawan terbaik. Seharusnya, tidak ada masalah dengan kinerjanya. Setiap harinya, ia juga selalu mengerjakan seluruh tugasnya sepenuh hati. Sebab, dirinya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini. Menjadi housekeeping di hotel ini adalah satu-satunya pekerjaan yang ia miliki. Penghasilannya pun masih belum cukup untuk melunasi utang-utangnya. Apalagi jika dirinya dikeluarkan dari sini. Mencari pekerjaan baru bukanlah hal yang mudah. Sang manager menggeleng. “Pak Reinhard sedang melakukan evaluasi besar-besaran. Dan yang terdampak bukan hanya kamu. Maaf, saya tidak bisa membantu.” “Dan untuk gajimu bulan ini, baru bisa diambil minggu depan. Nanti saya transfer ke rekening kamu, seperti biasa. Terima kasih atas kerja samanya selama ini, Ilona,” imbuh wanita itu. Reinhard benar-benar ingin menjebaknya. Ilona baru ingat jika hotel ini juga merupakan salah satu cabang multibisnis yang Reinhard jalani. Selama ini lelaki itu tak pernah mengusiknya. Oleh karena itu, ia yakin Reinhard tak akan mengusiknya di sini. Ilona memejamkan mata sejenak dan menghela napas pelan. “Baik, Bu. Saya mengerti. Terima kasih. Saya akan membereskan barang-barang saya.” Tak ada gunanya ia memohon sebab memang inilah yang Reinhard inginkan. Menghancurkannya. Ilona bergegas pergi dari sana dan membereskan barang-barangnya. Setelah dua tahun bekerja di sini, ia tak menyangka harus angkat kaki hanya karena alasan konyol. “Ilona, apa yang Bu Xena katakan? Tadi aku hanya mengatakan kalau kamu ada urusan sebentar. Apa Bu Xena memarahimu?” tanya teman Ilona yang masih menunggu wanita itu di tempat sebelumnya. Ilona menyunggingkan senyum tipis, seolah-olah semuanya baik-baik saja. “Bu Xena mengatakan kinerjaku menurun dan aku dipecat.” “Dipecat? Bagaimana bisa? Kamu menjadi karyawan teladan bulan lalu.” Wanita muda di samping Ilona itu tampak terkejut bukan main. “Entahlah. Aku harus membereskan barang-barangku. Permisi,” jawab Ilona yang tak ingin memperpanjang pembahasan ini. Ilona bergegas membawa perlengkapan kebersihan miliknya ke gudang. Kemudian, langsung membereskan barang-barangnya di loker. Reinhard akan menertawakannya jika dirinya sampai memohon untuk dipertahankan di tempat ini. Mungkin, memang sudah waktunya Ilona mencari pekerjaan baru. Jika terus berada di sini, Reinhard tak akan berhenti mengusiknya. Sebelum memikirkan rencana untuk pekerjaan barunya, ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Hari ini sangat melelahkan dan dirinya membutuhkan istirahat sejenak. Begitu sampai di rumah, Ilona dikejutkan oleh keberadaan orang-orang dari bank. Ia bergegas turun dari motornya dan menghampiri sang ibu yang mencegah orang-orang itu. “Apa yang kalian lakukan di rumah saya?!”"Thank you, Jessica, that will be all." CIO Luna Ophelia made the picture of a boss lady in a white pants suit, her hair pulled into a ponytail. Her new assistant stood before her, clutching her tablet tightly in her palm, her blue eyes betraying her nervousness. It had now been a month since the Luna assumed her position, and she was already known to be a formidable business woman. She hired experts in IT and PR, boosting the public image of the company within the first two weeks of her stay. And right now, her brown eyes were narrowed to slits as she went through rows of documents. Suddenly noticing that her assistant was still in front of her, the Luna adjusted her glasses and looked up, "Any problem?" Jessica sank her teeth in between her cheeks and sucked in a deep breath, her fingers trembling as she turned the screen of the tablet, "This came to my mail this morning, it's..." She didn't need to complete that sentence, for Ophelia could see the picture on the scre
Luna Ophelia was admitted into the most expensive hospital in the country, and the VIP section swarm with the best pack doctors, flowers and prestigious wolves. "I'm sorry, Alpha, but we are doing everything we can to ensure that she recovers her memories, and gets better."Alpha Xavier paced the ICU, a pensive look of fear in his eyes. He didn't even care about the bruises on his body, but his voice was a growl of rage when he replied to the doctor,"I don't give a damn about the memories anymore, but if my Luna doesn't wake up, I will burn this hospital to the ground, do you fucking get me?"The hospital director came down herself to see to it that the Luna was receiving the maximum medical care, and the staff took pictures secretly, envious of the Luna who had an Alpha that was crazy about her. Two hours later, the Luna opened her eyes, and the country swarm with news headlines,'Insider reveals that Luna Ophelia May Never Recover Her Memories.''Alpha Xavier Valcourt Cancels Al
She was fucked,But she was screwed beautifully. Ophelia Storm stood in front of the mirror in an off the shoulder silver dress that revealed a peek of her cleavage and attractive collarbones. Her black hair was styled in waves, a nude make-up highlighting her high cheeks bones, long regal nose and full lips. However, her mind was a turmoil as she stepped out of the room, walking down the grand marble stairs. Tomorrow, she would have to present a strategy and she hadn't come up with one.She expected to see Xavier downstairs, but instead, she was met with that fucking witch who was always present, flaunting her bleached hair."Oh, you are still here? I thought you left already, and I told that to the Alpha when he sent a limo to pick you up. Oops, my bad."That fucking little...Ophelia Storm sucked in a deep breath.One day, she would knock out all the teeth of that Delta, but it wasn't going to be tonight. She had more important things in mind.Gathering her long dress, she wal
Some things were naturally ridiculous,An exotic dancer was going to become the CIO of a multi-billion dollar Group with chains of companies under it?Xavier fucking Valcourt should have as well thrown her off the roof and asked her to fly instead!"Welcome, CIO, we look forward to working with you."Directors were shaking her hands, but there was a mocking glint in their eyes, and when she looked at Vivian, the Delta was suppressing a laughter as well.Her heart sank as realization washed through her.They were knew...thought, that she was going to flop at this.Wait, was that why Xavier had placed her this high? To watch her fall?Why? To punish her for last night?Damn it, even the mere thought of the previous night had her lips tingling where he had plundered them, and her clit throbbing. "This is your new office, you will be assigned an assistant today. Enjoy yourself."That bitchy Vivian Fletcher had a triumphant look as she walked out, leaving Ophelia alone for the first time
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.