LOGIN“Ssssttt! Jangan buka pintu! Jangan-jangan itu debt collector kosan sebelah!”
Sofia panik, nempel tembok kayak cicak, matanya melotot ke arah pintu.DUK! DUK! DUK! Ketukan keras lagi. Bikin kaca jendela ikut bergetar.
Ayla gemetar setengah mati, wajahnya pucat. “Ya Tuhan… jangan bilang itu Damian Lee.”
Sofia refleks nutup mulut Ayla. “SSST! Jangan sebut nama dia! Nanti dia tiba-tiba beneran muncul kayak hantu Bloody Mary!”
DUK! DUK! DUK! Suara ketukan makin keras.
Ayla udah nggak tahan. Dengan napas ngos-ngosan kayak abis lari keliling stadion, dia jalan ke pintu.
Pelan-pelan, tangannya megang gagang pintu.
Klik.
Pintu terbuka.Dan di sana… Damian Lee berdiri.
Kaos hitam polos, jaket kulit kebesaran, rambut agak berantakan, tapi aura songongnya 100% intact. Senyum miring tipikal second lead yang suka bikin orang pengen ngelempar sandal.
“Found you, bra pink.”
Ayla langsung menjerit, “APAAN SIH LO?!!!”
Sofia di belakang udah siap-siap buka kamera HP, bisik panik, “La… kalo dia macem-macem, gue upload ke TikTok detik ini juga.”
Damian santai nyelonong masuk tanpa permisi, liat sekeliling kosan sempit itu. Dia ngelirik kasur tipis kriyet-kriyet, bantal bias ASTRA, dinding yang penuh coretan utang.
Senyumannya makin miring. “Cute. Jadi gini ya, markas cewek savage yang berani ngehina gue di DM.”
***
“LO?!!!”
Ayla refleks nunjuk Damian kayak ketemu maling ayam.Damian nyelonong masuk, santai banget kayak pulang ke rumah sendiri. “Santai dong. Gue cuma mau ngobrol.”
“NGOBROL?!” Ayla melotot. “Lo pikir ini Starbucks?!”
Sofia bisik-bisik ke Ayla, panik. “La… itu beneran Damian Lee, kan? Gila, gue ngeliat dia offline sekarang kayak liat idol debut.”
Damian senyum tipis. “Thanks for the warm welcome.”
Dia duduk di kursi plastik butut kosan itu, nyender sok ganteng. “Keren juga tempat lo… aesthetic miskin.”
Ayla nge-fume. “APA KATA LO?! Nih kosan emang sederhana, tapi jangan lo hina!”
Damian ngakak kecil. “Tenang, gue suka vibe begini. Kayak… real life drama. Cewek fangirl, kasur kriyet-kriyet, tembok utang. Lucu.”
Ayla udah mau lempar bantal bias Sofia. “LO ITU SELEB APA KOMENTATOR KOSAN?!”
Damian santai, tatapan tajem. “Gue penasaran aja… gimana bisa cewek kayak lo berani ngehina gue di DM, padahal sejuta cewek lain ngantri buat dapet reply.”
Ayla balas dengan nada seketus mungkin. “Simple. Karena lo nggak sekeren Leo ASTRA.”
PLAK!
Sofia spontan nutup muka pake bantal bias. “Ya Tuhan… ini perang dunia fandom kalo lanjut.”Damian senyum miring, jelas makin kepancing. “Leo ASTRA, Leo ASTRA… semua orang nyebut dia.”
Dia nunjuk Ayla dengan gaya sok dramatis. “Gue lebih dari Leo ASTRA.”
Ayla bengong satu detik. Terus langsung ngakak sarkas. “HAHA! Please deh, lo modal kamera doang. Jangan sok-sok saingan sama orang yang udah lahir berbakat.”
Damian nyengir, santai banget. “Kamera gue lebih mahal dari karisma dia.”
“KARISMA NGGAK BISA DIBELI, BUNG!!!” Ayla sampai berdiri di atas kasur kriyet, teriak kayak orator demo.
Damian justru makin puas ngeliatnya. “Cute.”
Ayla hampir keselek udara. “CUTE PALA LO! Keluar dari kosan Sof gue sebelum gue sumpahin akun lo ke-hack!”
***
Ayla udah ngos-ngosan karena teriak. Kasur kriyetnya ikut berisik tiap dia gerak, bikin suasana makin absurd.
Damian masih duduk tenang, nyender di kursi plastik seolah itu sofa lima juta.
“Udah puas orasi lo?” Damian nyengir tipis.
“GUE SERIUS! KELUAR!!!” Ayla dorong-dorong pundaknya, tapi Damian malah makin santai.
“Gue nggak bakal keluar sampe lo denger tawaran gue.”
Damian lipat tangan di dada, wajahnya kayak CEO lagi presentasi bisnis.
Ayla melotot. “Tawaran? Apaan lagi? Mau jual bra pink edisi fansign, gitu?!”
Damian ketawa kecil. “Nggak. Lebih gede dari itu.”
Dia majuin badan, suaranya merendah tapi penuh percaya diri.
“Ikut gue ke reality show Couple 90 Days.”
Sofia langsung teriak, “WHATTTT??!!”
Ayla kaget sampe hampir jatuh dari kasur. “Lo gila ya?! Gue siapa?! Kenapa harus gue?!”
Damian senyum miring. “Karena netizen udah ship kita. Chemistry kita chaos, tapi viral. Produser acaranya nunggu jawaban.”
Ayla berdiri, nunjuk Damian kayak nunjuk maling pulsa. “Lo pikir gue mau?!!! Gue udah jadi bahan ketawaan nasional gara-gara bra pink, sekarang lo mau gue jadi badut reality show?!”
Damian malah makin tenang. “Hadiah utamanya rumah.”
Dia celingukan ke kosan Sofia, lalu balik mandang Ayla dari atas sampe bawah. “Dan… lo keliatan banget butuh rumah.”
Sofia langsung terbatuk-batuk panik. “DAMN.”
Ayla merah padam. “GUE NGGAK BUTUH BELAS KASIHAN LO, DAMIAN LEE!!!”
Dia banting bantal bias ke arah Damian. “AMBIL NIH! KELUAR! KOSAN INI NGGAK BUTUH AURA SOMBONG LO!!!”Damian berdiri, nyambar kunci mobilnya dari meja. Tapi sebelum pergi, dia sempet noleh, senyumnya tipis banget.
“Lo boleh marah, boleh ngusir gue. Tapi inget… rumah itu buat lo. Gue cuma butuh nama lo. Think about it.”
Pintu ditutup Damian dengan bunyi cetrek. Ayla langsung jatuh terduduk di kasur kriyet, masih ngos-ngosan.
Sofia bengong. “…La, sumpah demi mie instan di laci gue, ini gila banget. Lo baru aja ditawarin pacaran kontrak sama Damian Lee.”Ayla nepis, masih marah. “GILA!!! Gue nggak bakal mau! Nggak akan pernah!!!”
Tapi dalam hati kecilnya… kata “rumah” masih terngiang-ngiang.
***
Ayla jatuh ke kasur tipis Sofia, muka merah padam. “Dasar cowok sinting! Pacaran kontrak apaan?!”
Sofia nyender di pintu, ngemil keripik. “Tapi… La, lo denger kan dia bilang hadiahnya rumah?”
Ayla banting bantal. “SOFIA! Lo tim gue atau tim dia?!”
Sofia cuma geleng. “La… gue ngerti lo benci Damian. Tapi rumah itu… ”
“ENGGAK! Titik!” Ayla potong. Bayangan kontrakan masa kecil, ibu nangis, tetangga bisik-bisik, langsung muncul. Rumah itu… bikin dada sesek. Tapi pura-pura pacaran? No way.
Di parkiran, Damian duduk santai di kap mobil, vibe rebel. Rico panik mondar-mandir. “Bro, lo ditolak! Cari fangirl lain aja!”
Damian nyengir, nunjuk DM savage Ayla. “Fangirl lain gampang. Tapi cewek itu… bikin gue kepikiran. Dia nggak peduli fame gue, malah ngebandingin gue sama biasnya.”
Rico buang muka. “Lo ke-trigger karena kalah sama idol fiksi?!”
Damian berdiri, lempar kunci ke Rico. “Justru itu menarik. Kalau dia bisa bikin gue kesel, bayangin reality show nge-rekam kita. Couple 90 Days? Cewek bra pink itu partner gue.”
Ayla menatap langit-langit, HP penuh meme #BraPinkCouple. “Ya ampun… jangan sampe hidup gue jadi drama TV…”
Damian cuma nyengir. “Siap-siap aja, Ayla Morgan. Lo nggak akan bisa lari.”
Ayla bersumpah nggak bakal terima, sementara Damian bersumpah nggak bakal mundur. Jalan menuju Couple 90 Days baru aja kebuka.
Satu tahun berlalu sejak Damian Lee berlutut di panggung Grand Finale. Hari ini, udara musim gugur terasa sejuk, dan Ayla Morgan, yang kini sudah menjadi Nyonya Ayla Lee, terbangun bukan oleh alarm studio atau dering telepon darurat, melainkan oleh aroma kopi dan roti panggang dari lantai bawah.Mereka tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian. Mereka tinggal di rumah yang mereka bangun bersama: sebuah duplex modern yang dinamai "T.S." (Terusan Senja). Rumah ini terletak di lingkungan perbukitan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk media, dengan banyak jendela kaca yang menyambut matahari pagi.Ayla ters
Beberapa bulan telah berlalu sejak Grand Finale Couple 90 Days. Sekarang, udara Jakarta sudah selesai musim kemarau, membawa harapan dan aroma bunga yang segar. Ayla dan Damian tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian yang dikepung media. Berkat bonus kemenangan dan reward mereka, mereka sedang dalam proses membangun rumah impian Ayla di pinggiran kota yang lebih tenang.Ayla, yang kini resmi bertitel CEO perusahaan event organizer kecil bernama 'The TS Events' (singkatan dari Terusan Senja), berdiri di lahan kosong tempat calon rumah mereka. Ia mengenakan helm
Alarm di apartemen Damian berbunyi, bukan dari jam weker, melainkan dari dering telepon Ayla yang tak henti-henti. Matahari Minggu pagi sudah terbit, tetapi di luar jendela apartemen penthouse itu, suasana terasa seperti pusat gempa.Ayla menggeliat, merasakan lengan Damian yang melingkar erat di pinggangnya. Mereka terbangun sebagai pasangan tunangan yang nyata untuk pertama kalinya. Tadi malam, setelah gemuruh studio mereda, mereka kembali ke apartemen ini, bukan lagi sebagai partner kasus, melainkan sebagai sepasang kekasih yang baru bertunangan, bebas dari kontrak, dan kaya raya."Pagi, tunanganku," bisik Damian, mencium rambut Ayla. Suaranya terdengar serak dan sangat lega.
Di ruang tunggu yang dingin, di balik panggung Grand Finale, udara terasa tipis karena ketegangan. Ayla dan Damian, yang kini bukan lagi aktor, merasakan beban emosi yang nyata. Mereka sama-sama mengenakan mic yang merekam setiap bisikan mereka."Gue nggak tahu kenapa Bu Lena harus bikin ini se-dramatis ini," bisik Ayla, memutar cincin keychain T.S. di jarinya."Karena kita yang paling dramatis, La," balas Damian, merapikan gaun emerald green Ayla. "Kita adalah plot twist
Minggu ke-12, minggu terakhir Couple 90 Days, terasa seperti berada di dalam pressure cooker. Safe house yang awalnya tempat sembunyi, kini terasa seperti sangkar berlapis kamera. Hanya tersisa dua pasangan: Ayla Morgan dan Damian Lee versus Leo dan Maya.Host Risa membuka sesi Minggu ke-12 dengan senyum bengis."Selamat datang di Minggu Grand Finale! Kalian berdua adalah yang terkuat, yang tersisa setelah drama fake dating dan konspi
Studio Couple 90 Days terasa segar sekaligus tegang. Papan nama baru sudah terpasang, mencerminkan reality show yang kini diposisikan sebagai "Cinta Setelah Konspirasi." Host baru yang energik, Risa, membuka siaran langsung Minggu ke-11 dengan senyum yang dipaksakan."Selamat siang, pemirsa! Minggu ini terasa berbeda! Setelah plot twist yang menggemparkan, kita memasuki babak baru: Minggu Keterbukaan dan Komitmen! Di sofa tersisa dua pasangan: Leo dan Maya, yang dikenal sweet dan







