Share

Crazy Rich Baby
Crazy Rich Baby
Author: Adinasya Mahila

Bab 1 : Melakukannya Dengan Sadar

“Sean, hentikan! Sampai kapan kamu akan terus seperti ini?”

Rai mencoba menyambar gelas kristal di tangan sang kakak tapi ditampik dengan kasar. Sean, pria berumur dua puluh sembilan tahun dengan wajah tampan dan rahang tegas itu nampak tidak suka.

“Aku bukan pasienmu, untuk apa kamu urusi? pergi dari sini!” usir Sean dengan nada suara tinggi.

Adikara Sean Tyaga, Putra tertua dari orang terkaya nomor satu di negara ini sedang patah hati, nenek yang sangat dia kasihi baru saja meninggal dunia dan wanita yang dia cintai menghianati.

“Omano pasti akan sedih melihatmu seperti ini, Sean!” bujuk Raiga, adik kandung Sean yang berumur dua tahun di bawahnya.

Rai menyugar rambut frustrasi, dia tak menyangka kakaknya akan terpukul sampai seperti ini, setelah Nova – sang nenek meninggal dunia. Sean bahkan memilih untuk pergi dari rumah, sudah tiga hari dia menginap di sebuah hotel bintang lima di kotanya.

“Sudahlah kamu memang butuh waktu, tapi dengarkan aku! Mama sedih, dia tidak mau makan karena kamu pergi.”

Rai akhirnya memilih keluar kamar tipe president suit yang ditempati Sean. Kakaknya sangat keras kepala dan tidak bisa dibujuk.

Sementara itu, di private room hotel yang sama. Beberapa orang tengah berpesta. Mereka adalah orang-orang dari sebuah kantor bernama LPA. Direktur mereka akan mencalonkan diri sebagai wali kota, sebuah prestasi membanggakan karena menjadi wanita pertama sepanjang sejarah, yang maju ke kancah pemilihan melalui jalur independen.

Zie mengangkat gelas minuman sodanya, meski tengah berpesta tapi Zie melarang teman-temannya untuk memesan minuman keras. Namun, siapa sangka di antara orang-orang itu ada satu musuh dalam selimut yang ingin menjatuhkannya.

Beberapa jam setelah pesta selesai dan semua temannya pulang, Zie merasakan sesuatu yang aneh di tubuh, badannya terasa panas hingga menggesekkan kedua pahanya. Zie memilih berjalan cepat untuk keluar dari hotel dengan menahan perasaan tidak nyaman. Hingga seseorang menarik tangannya dan merapatkan tubuh Zie ke dinding.

“Si-si- siapa kamu?” tanya Zie terbata.

“Aku pendukungmu, tapi aku juga … “ 

Pria berwajah manis itu menjeda kata, dia bingung harus menjelaskan bahwa dirinya adalah gigolo yang dibayar untuk melakukan hal tak senonoh pada Zie.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya pria itu sambil menyeret Zie masuk ke dalam lift agar orang yang sedang memata-matai tidak melihat. 

“Tolong dengarkan aku! pergilah ke kamar president suit nomor 712, tinggal di sana malam ini dan kunci kamarnya, kamu bisa berguling-guling, mandi air dingin atau apapun tapi jangan keluar sampai reaksi obat itu hilang.” 

Pria itu memberikan kunci kamar ke tangan Zie. 

“Obat? Obat apa?” 

Zie mulai kehilangan kontrol diri, dia merasa sangat nafsu bahkan ingin menerkam pria asing di depannya ini. 

“Aku mohon! Aku tidak bisa melakukan ini, percayalah! Aku pendukungmu!” 

Pria itu kabur begitu saja saat lift terbuka di lantai lima, meninggalkan Zie yang kepanasan dengan mulut terbuka dan tertutup, menahan gelenyar aneh yang menggerayangi tubuh.

Zie akhirnya berpikir, mungkinkah dia baru saja menenggak semacam obat perangsang, tapi bagaimana bisa, siapa yang memberikan obat itu padanya?

Inti tubuhnya terasa sangat gatal, bahkan dia ingin mencengkeram dan mencakar apapun karena birahinya terasa menggebu-gebu.

Tiba di lantai tujuh, Zie bergegas mencari kamar 712, hingga langkahnya terhenti karena melihat Sean berjalan sempoyongan keluar dari kamar nomor 711. 

Zie mematung karena kaget bertemu Sean di sana, baginya pria itu bukanlah pria biasa, Sean adalah pria yang disukainya sejak remaja.

Dada Zie naik turun, apa lagi melihat wajah Sean yang sangat rupawan. Dua kancing teratas kemeja pria itu nampak terlepas, tapi dia memilih untuk tak peduli dan tetap melangkahkan kaki, sudah lama dia tidak berinteraksi dengan pria yang sangat dingin kepadanya itu. 

Zie berhasil mengabaikan Sean, hingga tak disangka pria itu tiba-tiba ambruk, dan membuatnya seketika menoleh untuk memastikan. Perasaan cinta yang terpendam di hati Zie membuatnya tak bisa lagi abai. Ia mendekat meski perasaan aneh akibat obat perangsang terus menggerogoti.

“Sean, apa kamu baik-baik saja?” tanya Zie. 

Gadis itu seketika menjauh karena mencium aroma alkohol yang begitu pekat dari tubuh Sean. 

“Sean, apa kamu mabuk?” tanya Zie lagi, kini dia berusaha mengangkat tubuh putra tertua Daniel Tyaga itu. 

Sekuat tenaga, Zie memapah Sean masuk ke dalam kamar kembali. Tak berniat menutup pintu, tapi pintu kamar president suit itu mengayun dan menutup sendiri. Zie pun merebahkan tubuh Sean ke ranjang, dia hendak pergi karena takut, melihat Sean tubuhnya semakin bereaksi. Zie mencoba menahan diri dengan mengepalkan telapak tangan sampai kukunya memucat dan tiba-tiba saja Sean meracau.

“Wanita jahat!”

Zie memutar tumit kembali, dia menalan saliva bertekad untuk tak lagi peduli dengan Sean. Namun, pria itu malah bangun dan langsung memeluk pinggangnya dari belakang. 

“Ra, apa kamu datang untuk membujukku? apa kamu merasa bersalah sudah mencium pria itu?”

Zie terbeku, tangannya meremas celana bahan yang dikenakan. Dia tahu Sean sangat mencintai kekasihnya. Gadis itu memejamkan mata, tubuhnya serasa hilang kendali karena nafsu semakin tak terbendung. Ia berontak, tapi di saat mencoba sekuat tenaga untuk lepas dari pelukan Sean, pria itu malah membalik tubuh dan menyatukan daging tak bertulang mereka. Sean melumat bibir atas dan bawah Zie bergantian dan semakin membuat gadis itu kehilangan akal sehat.

“Apa yang aku lakukan? apa aku sudah gila?”

Zie yang sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang membiarkan Sean menggerayangi tubuhnya. Dia malah senang dan merasakan sensasi nyaman. Zie terbuai, cintanya bertahun-tahun ke Sean dan efek obat perangsang membuat logika tak lagi berjalan, hingga dia membiarkan saja Sean melucuti pakaian mereka, pria itu mencurukkan kepala ke leher dan mencumbui dadanya dalam kondisi mabuk. 

Meski berada di bawah pengaruh obat, Zie dengan sadar melepas mahkotanya yang berharga. Ia meremas bagian belakang kepala Sean saat pria itu menindih dan mengambil kesuciannya. Zie menggigit bibir bawah, dia memejamkan mata karena merasakan rasa sakit bercampur nikmat di bawah sana. Cengkeramannya ke tubuh Sean semakin erat, dia pasrah saat tubuhnya terhempas mengikuti hentakan pria itu.

“Sean!” lirih Zie. 

Comments (15)
goodnovel comment avatar
~kho~
omano ...hiks...jd inget patin
goodnovel comment avatar
Mamahna Ainun Bae
omano semoga m3nigal dalam.tenang karana cota"sudahtercapi puya cicit
goodnovel comment avatar
Riyanti Indar
sangat bagus cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status