Home / Romansa / Crazy Woman / 2 : Saling Cinta

Share

2 : Saling Cinta

Author: Riani Mochi
last update Last Updated: 2021-06-22 18:00:16

"We did it boys. You are guys really awesome." Januar mengapresiasi GMC yang baru selesai melakukan conference.

"You too Jan." Tian menepuk pundak Januar. Sang ketua juga harus diapresiasi.

Tian berjalan menuju sofa dan mengistirahatkan punggungnya yang sedari tadi tegang.

"Lo naik apa kesini tadi? Kenapa dekil banget?" tanya Septa yang baru sempat berbicara dengan Tian.

"Naik motor ojek online," jawab Tian sambil makan, karena ia belum sempat makan sedari pulang tadi.

Semua member terkejut, terheran-heran. Seorang Christian Hartanto menggunakan motor?

Tian yang merasa diperhatikan oleh seluruh orang di ruangan, menghentikan makannya dan ikut melihat sekeliling.

"Kenapa?" Ia mengernyitkan dahi. Bingung dengan reaksi mereka.

"Lo? Naik motor? Ojek online? Lagi ngelucu atau bagaimana?" Jimmy menertawakan pertanyaannya sendiri, dan seluruh orang di ruangan ikut tertawa.

"Christ, Christ, aduh gak bisa berkata-kata gue." Septa menggelengkan kepala, seolah memaklumi kehaluan Tian.

"Yaudah kalau gak percaya." Tian memilih melanjutkan makannya dari pada meladeni member lainnya.

"Jaket punya siapa? Gue gak pernah lihat lo pakai itu." Samuel yang dari tadi diam akhirnya melayangkan pertanyaan.

"Adaa lah, udah lama kok." Tian lupa, para member sudah hafal dengan pakaian yang dimilikinya.

"Tumben juga lo pakai iWatch, kemana Rolex nya?" Jimmy ikut menimpali karena melihat style Tian yang tak seperti biasanya.

Elang mendekati Tian dan mengendus jaket yang dikenakannya.

"Wah baunya bukan bau Tian ini. Soft sekali wanginya," ujar Elang dan membuat member yang lain ikut mencium bau dari jaket yang Tian kenakan.

"Bau siapa hayooo Tian ngaku, ini bukan bau lo." Septa mencolek dagu Tian diikuti yang lain juga.

"Apaa sih, bukan bau siapa-siapa."

"Muka Tian merah guys, mukanya merah." Septa senang sekali menggoda Tian kali ini.

"HAHAHAHAHAHA." Tawa kembali mengudara di ruangan tersebut. Ruangan yang penuh canda tawa ya, GMC memang terbaik di kelasnya.

Pukul 11 malam, semua urusan GMC di hotel Santika sudah selesai. Member dan para staf bersiap untuk pulang. Ada yang menuju apartemen milik kantor, ada yang kembali ke apartemen masing-masing dan tentu saja ada yang tak kembali di antara kedua tempat tersebut.

"Gue capek banget hari ini." Tian memijat kepalanya yang terasa sangat berat.

"Iya, semua juga cape Yan, kan kita tour nya barengan." Jimmy yang satu mobil dengan Tian menimpali dan menyandarkan kepalanya pada pundak Tian.

"Lo pulang kemana?" Jimmy kembali bersuara.

"Apartemen Rajawali tower 3 pak." Tian memberitahu supir mereka.

"Lo baru beli apartemen di Rajawali? Gue ikut nginap tempat lo aja deh"

"Bukan punya gue, dan gak bisa ikut nginap," terang Tian tak mau dibantah dan tak mau disanggah.

"Aduh gue lupa bawa kartu akses nya." Tian menepuk dahinya begitu ingat bahwa ia lupa membawa kartu akses yang ia tinggalkan di meja resepsionis.

"Yaudah lo pulang ke apartemen kantor aja bareng gue Yan." Jimmy sudah makin mengantuk terdengar dari suaranya yang mulai melemah.

"Gak bisa, gue takut dia nungguin." Tian teringat Ria yang kemungkinan akan menunggunya pulang.

"Hah? Dia siapa?" Jimmy sudah menuju alam mimpi dan tidak peduli lagi dengan jawaban Tian.

"Terima kasih pak. Saya titip Jimmy, tolong antar sampai kamarnya ya." Tian pamit pada supir dan bodyguard yang memang disediakan oleh perusahaan untuk mereka.

Tian berjalan menuju resepsionis dan menyerahkan KTP miliknya sebagai tanda ia memang salah satu pengunjung yang diberikan akses menuju kamar di lantai atas.

"Bisa tolong dibuka dulu masker, kacamata dan topinya mas? Untuk memvalidasi KTP dengan pemiliknya," ujar resepsionis tersebut.

"Aduh, topinya gak usah ya mbak. Lagi ramai lobinya soalnya." Tian melakukan penawaran demi keamanan privasinya.

Lobby tower 3 memang baru ramai menjelang tengah malam karena banyak pekerja yang baru pulang dan beberapa baru kembali dari jalan-jalannya.

Resepsionis tersebut mengiyakan dan mencocokan wajah yang berada di KTP dengan Christian Hartanto yang berdiri di depannya saat ini.

Resepsionis tersebut mengecek nama Christian pada komputer di depannya, apakah termasuk ke dalam daftar tamu yang diberikan akses oleh pemilik unit apartemen Rajawali tower 3.

"Baik, sudah sesuai semuanya. Mas Christian akan diantar oleh security sampai depan kamar yang dituju ya. Selamat malam, have a nice dream." Resepsionis tadi menelepon security dan meminta untuk mengantar Tian menuju kamar unit di lantai atas.

Keamanan pada apartemen ini memang tidak diragukan lagi. Apartemen ini juga mendapat berbagai penghargaan dalam segi keamanan dan kenyamanan penghuni. Walaupun terkesan berbelit-belit, tapi tak masalah, demi keamanan dan kenyamanan penghuni apartemen di tengah maraknya kejahatan di ibukota saat ini.

Pemilik unit sendiri, tentu saja tidak memiliki akses yang sulit dan rumit seperti pengunjung. Mereka cukup mendaftarkan wajah dan iris mata untuk dapat mengakses lift dengan mudah.

Harga yang ditawarkan pihak manajemen apartemen memang sebanding dengan fasilitas dan pemeliharaan yang dilakukan mereka. Tidak sembarang orang yang dapat memiliki satu unit di sini. Mereka dengan pendapatan bersih mendekati tiga digit yang biasanya mampu tinggal di apartemen ini dan memiliki satu unit.

Letaknya yang berada di kawasan pusat perekonomian negara, di mana terdapat gedung-gedung tinggi yang mampu menghasilkan profit hingga puluhan bahkan hingga ratusan milyar per tahun lah yang membuat harga unit apartemen tersebut melambung tinggi. Tak jarang, Rajawali ini menjadi incaran para crazy rich untuk ditempati.

"Sudah sampai mas," ujar security tersebut begitu mereka tiba di depan kamar Ria.

"Terima kasih pak." Satpam tersebut pamit undur diri.

Tian tidak memberinya tips, karena ia sedang tak memegang uang cash. Tak apa, satpam tersebut sudah memiliki gaji yang sangat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Tian memasukkan sandi untuk membuka pintu tersebut.

Klik..

Beruntung Ria hanya mengunci satu lapis. Mungkin ia tahu bahwa Tian pasti akan kembali lagi.

Biasanya Ria mengunci hingga tiga lapis, dengan kata sandi, iris mata, dan kartu akses. Dan itu semua bisa di custom sesuai keinginan pemilik unit.

Tian langsung menuju dapur untuk mengambil minum. Sepanjang perjalanan ia menahan haus.

Setelah mengambil minum, ia menuju meja makan dan melihat sudah tersedia makan malam yang sepertinya dimasak sendiri oleh Ria, karena itu makanan kesukaannya.

Tian merasa bersalah karena ia sudah makan banyak di ballroom tadi. Tian beranjak menuju ruang keluarga untuk sekedar merebahkan tubuhnya di sofabed. Ia kembali dikejutkan dengan sosok Ria yang masih mengenakan pakaian kantornya dan sedang terlelap di sofabed tersebut.

Rasa bersalah kian menggebu tatkala melihat Ria yang baru pulang kerja dan masih menyempatkan diri untuk memasak. Terlihat dari makanan yang masih hangat dan perabotan yang belum kering sempurna.

Tian mengangkat tubuh Ria dan membawanya menuju kamar milik Ria. Ia melakukan rutinitas sebelum tidur yang biasa dilakukan Ria. Membersihkan wajah Ria menggunakan micelar water, memberikan toner pada wajahnya, beberapa serum wajah yang diketahuinya, dan sentuhan terakhir yaitu vitamin rambut. Rambut berkilau, hitam legam dan tebal milik Ria tentu saja didapat dari hasil merawat dirinya selama ini.

Megapa Christian tahu? Karena mereka sering video call ketika malam hari sebelum tidur dan Tian akan bercerita tentang hari yang dilaluinya. Tentu saja Ria hanya mendengarkan dan diam sepanjang mereka video call. Dan Tian yang memperhatikan Ria melakukan night routine ala Ria Ananta.

Ria hanya punya waktu ketika malam hari sepulangnya bekerja, dan tak jarang mereka sulit untuk menghubungi satu sama lain karena Tian yang sering keliling dunia untuk pekerjaannya. Perbedaan waktu dan jam kerja tersebut lah yang membuat Tian sangat mencari momen yang tepat untuk mereka berkomunikasi.

Tian mengatur suhu ruangan melalui AC dan dibuat sesuai nyaman versi Ria. Memandang sang pujaan hati, tersenyum dibuatnya.

"Good night, have a nice dream Ri. You know that I'm still loving you. I hope you too." Tian mengecup kening Ria cukup lama dan mengucapkan doa-doa di hadapannya. Segala doa ia panjatkan demi bisa terus bersama dengan orang terkasihnya.

Begitu dirasa cukup, Tian keluar dari kamar Ria dan melanjutkan aktivitasnya yang belum terselesaikan.

"Me too, Tian," ujar Ria menahan tangis begitu Tian keluar dari kamarnya.

Ria terbangun begitu Tian mulai berbicara. Ia begitu mudah terbangun jika ada yang bicara di sekitarnya. Tapi terkait sentuhan, tak mampu membuatnya terbangun.

Hhhhh. Seberapa berat sebenarnya hubungan mereka...

############################

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crazy Woman   Salam!

    Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.

  • Crazy Woman   121 : Last but not least

    Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan

  • Crazy Woman   120 : Ulang Tahun Wira

    Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa

  • Crazy Woman   119 : Kandas

    “Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p

  • Crazy Woman   118 : Tian Sakit Hati

    “Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas

  • Crazy Woman   117 : Terungkapnya Ananta

    “Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika

  • Crazy Woman   116 : Penganiayaan

    "Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi

  • Crazy Woman   115 : Penolakan

    "Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya

  • Crazy Woman   114 : Hari Bersamanya

    “Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status