Share

3 : Hari Bersamanya

"Good morning Ri. Aku udah buat sarapan untuk kamu," ujar Tian yang baru memasuki apartemen.

Ria menuju ruang makan tanpa membalas sapaan Tian. Ia duduk dan memperhatikan Tian dengan seksama, menunggu pengakuan darinya.

Tian yang ditatap seperti itu hanya melongo. Ia tak paham maksud tatapan Ria.

Ria yang malas menjelaskan, memilih untuk menyantap sarapannya.

Tian yang diperlakukan seperti itu, menggaruk belakang kepalanya. Apa yang salah dengannya? Ikut sarapan bersama Ria dan terus mencuri pandang ke arahnya.

"Kenapa sih? What's wrong?" tanya Tian karena ia terganggu dengan keterdiaman Ria.

Ria hanya menggelengkan kepala dan mengabaikan pertanyaan Tian.

"Dari mana?" akhirnya Ria buka suara.

"Gym."

"Aaaaa, I see. Iyaa aku pakai kartu akses kamu." Tian akhirnya sadar apa yang dipertanyakan Ria.

Kartu akses ini bisa mengakses segala fasilitas yang ada di tower 3. Mulai dari sport center like gymnasium, bar and cafe, rooftop, casino, swimming pool, botanical garden, green house, pujasera dan lainnya.

Segala biaya pemeliharaan fasilitas tersebut sudah masuk ke dalam iuran bulanan tower 3. Kartu akses tersebut dapat juga digunakan untuk mengutang, jika lupa membawa dompet ataupun uang, bisa digunakan hanya pada tower 3. Tagihan biasanya akan langsung masuk ke rekening pemilik kartu akses setelah pembayaran selesai. Karena dapat juga digunakan untuk akses lift maupun pintu kamar, maka kartu ini sangat berharga dan tidak boleh sampai hilang atau jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab.

"Aku suka deh Ri fasilitas tower ini." Tian mengungkapkan kepuasannya terhadap kualitas apartemen ini.

"Yaudah beli unit di sini satu," ujar Ria dengan mudahnya seolah menyuruh membeli kacang goreng.

"Pengennya sih."

"Kemarin di lantai bawah kosong, dijual." Ria memberitahu informasi yang diketahuinya dari marketing tower 3.

"Aku nunggu unit yang satu lantai sama kamu kosong. Kalau ada yang kosong langsung ku beli detik itu juga," ujar Tian dengan bersemangat. Ia sangat menginginkan bisa satu lantai dengan Ria.

"Terserah." Ria bangkit untuk mencuci piringnya.

"Liburan yuk. Aku off seminggu nih," ajak Tian tanpa pikir panjang.

"Gak bisa. Lagi ada big project dan gak boleh ada yang cuti," tolak Ria detik itu juga.

"Tapi kamu kan gak pernah ambil cuti. Masa gak boleh?" Tian memulai perdebatan.

"Kalau kamu lagi tour dan aku off emangnya boleh kamu ambil cuti?" balas Ria dengan pertanyaan.

"Gak boleh, kan aku lagi kerja dan harus menjalankan yang udah disiapkan jauh-jauh hari sama staf aku," jawab Tian yang sepertinya masih belum mengerti arah pembicaraan ini.

"Lalu bedanya sama aku apa? Big project ini sudah disiapkan jauh-jauh hari dan harus dilakukan!" Ria menekankan jawabannya.

"Tapi kan-"

"Jangan mengeksklusifkan suatu pekerjaan kalau di dalamnya sama-sama terlibat banyak orang dan perencanaan yang tidak mudah. Bukan berarti pekerjaan aku yang kelihatannya bisa disambil sambil dan itu bisa dikesampingkan gitu aja," ujar Ria dengan berusaha merendahkan intonasinya agar tak berujung jadi pertengkaran hebat.

"Ya mungkin HRD akan nerima pengajuan cuti aku, tapi apakah itu worth it? Di tengah kesibukan perusahaan yang sedang melakukan big project?" tanya Ria kembali.

"Worth it kok. Terus kalau gini kapan quality time kita nya Ri?" Tian kembali mengajukan pertanyaan diiringi sedikit paksaan.

"Kenapa harus aku yang ngalah untuk ambil cuti? Bahkan kamu sehari pun untuk quality time sama aku di tengah shooting variety show kamu gak pernah bisa!!!" Emosi Ria mulai terpancing, terlihat dari cengkramannya pada gelas yang mulai kencang.

Tian tertohok mendengar perkataan Ria. Dia memang tak pernah sadar selama ini jika banyak menuntut ini itu, padahal ia sendiri pun sulit untuk berkorban.

"Okay kita sudahi perihal cuti ini. Kita keliling sekitar sini aja gimana?" Akhirnya Tian mengalah dan menawarkan opsi lain.

"Yakin boleh pergi sama agensi kamu?" Ria sudah tahu betapa ribetnya pihak agensi GMC.

"Boleh. Kan lagi libur seminggu." Tian menjawab dengan yakin.

"Yaudah."

Ria keluar dari kamar setelah mengambil peralatan tempurnya.

"Loh kok gak jadi siap-siap?" Tian bingung dibuatnya, ia pikir Ria akan langsung bersiap.

"Banyak yang harus di follow up dulu," jawabnya sambil tetap fokus pada laptop dan kertas-kertas yang ada di hadapannya. Ria melakukan zoom meeting bersama timnya untuk memastikan semua persiapan proyek mereka berjalan sesuai rencana.

"Rangga tolong cek lagi ke tim legal sudah siap belum terkait kepastian hukum ini, Dita tanya finance dana nya sudah turun belum dari big boss, minta anak marketing pending dulu ributnya sama produksi dan finance selama proyek ini jalan," dan lainnya yang tidak dipahami oleh Tian.

"Aku siap-siap duluan ya" Tian dengan sengaja malah mengecup kening dan pipi Ria dan membuat meeting mereka terhenti.

"Wah siapa tuh Mbak Ri?"

"Ternyata selama ini Mbak Ria gak jomblo."

"Otw go public nih Ria."

"Anjir." Menutupi wajah dengan kedua tangannya, Ria sangat malu. Suka tidak tahu diri memang Christian Hartanto ini.

"Yuk fokus lagi yuk." Ria menyudahi intermezzo yang baru terjadi. Rapat pun dilanjutkan dengan tenang dan lancar.

"Btw mbak, lo hari ini gak ke kantor mau nge-date ya? Segala ditungguin Mas Pacar tuh." Dita kembali mengangkat topik mas pacar. Yang lain ikut heboh kembali.

"Gak juga," sanggah Ria dengan wajah yang mulai memerah karena terus digoda oleh teman satu tim nya.

"Eciee mbak Ria mukanya merah."

"HAHAHAHA." Mereka semua menertawakan Ria, tak terkecuali Christian-si biang kerok yang sudah berada di sampingnya saat ini.

"Udah lah. Udah selesai kan. Bhayyy maksimal." Ria langsung meninggalkan zoom meeting karena mereka yang terus menggodanya.

"Kamu jangan begitu dong. Aku gak pernah dengan sengaja masuk frame kalau kamu lagi live di depan penggemar kamu." Ria memprotes tindakan Tian barusan.

Yang benar saja, jantungnya hampir copot jika teman-temannya tahu bahwa tadi adalah seorang Christian Hartanto-salah seorang anggota boys group yang sedang santer dibicarakan seluruh penjuru dunia.

"Kamu lucu soalnya kalau lagi rapat serius begitu." Tian menanggapinya dengan terkekeh.

Ria mengabaikan perkataan tersebut dan membawa masuk peralatannya ke kamar kemudian pergi bersiap.

30 menit kemudian, Ria sudah siap dengan outfit yang akan menemaninya berkeliling sekitaran ibukota.

Christian dibuat melongo dengan apa yang digunakan Ria saat ini. "Kamu gak takut menggelap Ri? Di luar panas banget." Tian mencoba peruntungan dengan mengajukan pertanyaan tersebut.

Sumpah. Tian tidak terima jika Ria harus memperlihatkan kaki jenjangnya pada khalayak ramai. Ria mengenakan jumpsuit bewarna kuning setinggi paha. Kulit putihnya semakin bersinar dengan perpaduan kuning pisang seperti itu. 

"Justru karena panas, pakai ini biar gak gerah," balas Ria sambil menggunakan jam tangan. iWatch nya belum dipulangkan oleh Tian.

"Bawa kartu apa aja?" Ria sedang memilih kartu untuk dibawa. Ia memiliki cukup banyak kartu yang semuanya memiliki isi yang tak sedikit.

"KTP, ATM satu, e-money, kartu akses, hmm udah kali ya." Bertanya sendiri menjawab sendiri.

"Kita naik mobil kan?" tanya Tian begitu mereka sudah siap berangkat.

"Siapa yang bilang?" Alis Ria mengernyit.

"Loh? Terus?"

"Transportasi umum. Merakyat lah kau sedikit. Mentang-mentang sedang jadi boyband go international ndak mau kau merakyat?" tanya Ria dengan sedikit sewot.

"Yaa gak gitu maksud ku Ri. Penyamaran dong kita?"

"Kau aja lah. Kan kamu doang yang punya penggemar garis keras." Ria masa bodo dengan kondisi Tian saat ini. Siapa suruh mengganggunya tadi ketika rapat. Pembalasannya tak kira-kira.

Mereka keluar dari apartemen Ria dan menuju lift.

"Hai Ri, mau turun juga?" Salah seorang tetangga bertegur sapa dengannya.

"Iya mba. Sekalian aja ya pakai lensa Mba." Ria menyengir setelahnya karena ia malas membuka kacamatanya.

"Hahaha okay."

"Mau kemana nih rapi gini?" Mba tersebut kembali bertanya.

"Keliling sekitar sini aja kali ya. Kulineran yang enak dekat sini di mana mba?"

"Dekat kampung Cina banyak makanan enak-enak tuh Ri. Bisa dicoba," balas Mba tersebut dengan semangat.

"Eh tapi mobil gak bisa masuk. Paling naik motor atau jalan kaki."

"Oh gak masalah mba, kita mau naik transportasi umum." Ria tersenyum dengan semangat.

"Kamu yakin Ri? Hati-hati yaa orang secantik kamu bisa jadi pusat perhatian ntar." Entah Mba tersebut memuji atau menakutinya.

"Bisa aja Mba. Duluan yaa," pamit Ria begitu mereka sudah tiba di lobby.

Benar saja. Begitu tiba di lobby semua mata tertuju pada Ria dan Christian yang memang memiliki daya tarik luar biasa. Bak intan permata yang berkilauan dan tak bisa dilewatkan begitu saja.

"Emang aku secantik itu Yan?" tanya Ria dengan terheran-heran.

"Sepertinya karena aku yang terlalu ganteng deh," balas Tian dengan percaya diri yang tinggi.

"Dahlah."

############################

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status