Share

23. Pepatah Waktu

“Apa kalian sedang membicarakanku?”

Suara yang tidak asing itu datang dari arah pintu. Rambut panjangnya yang melewati pundak dibiarkan tergerai bebas di antara bingkai wajahnya. Seringai di bibir pria itu melebar menatap kami.

Itu Aldrich. Dia berdiri di sana, menyandarkan satu sisi tubuhnya yang dibalut piama untuk pasien—persis sepertiku, sementara kedua tangannya terlipat di dada. Dia tampak jauh lebih sehat daripada terakhir kali aku melihatnya—kulit pucat dan kantong yang serupa dengan luka memar di bawah matanya, dia telah mendapatkan warna kulitnya kembali.

“Apa aku boleh masuk?” tanyanya lagi dengan satu alisnya yang menukik ke atas.

“Bukankah kamarmu ada di ruangan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status