Yuan segera bangkit saat teringat dengan janjinya. Dia mengenakan pakaian biasa, kaos, celana dan jaket. Setelah itu segera menuju ke gerbang utama, sepanjang jalan Yuan terus memikirkan tentang dirinya yang bukan anak kandung. Rasanya memang pantas jika ayahanda memperlakukan dirinya dan kakaknya berbeda, karena mereka memang berbeda. Yuan bukan lah anak dari Raja Edward jadi sangat wajar jika sang raja tidak menyayanginya sepenuh hati.
Saat melihat Rainsword yang sudah menunggu, ditepisnya semua kegalauannya. Untuk apa dipikirkan jika masih ada kakak yang begitu menyayanginya. Ia berlari ke arah kakaknya.
“Kamu kangen sekali dengan kakak ya,” ucap Rainsword mencubit pipi Yuan dengan gemas.
“Iya donk, kangen banget. Jadi mau ke mana sekarang?”
“Jalan-jalan saja, sudah lama tidak melihat Silverstone.”
Mereka memilih berjalan kaki, melewati ramainya penduduk yang sedang beraktifitas. Tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. Keduanya sengaja
Hutan Onyx. Yui berlatih bersama Byakko dan Seiryu kemampuannya meningkat pesat. Hari itu Kakaknya datang ke rumah Rafael. Kakaknya datang dengan keadaan yang tidak biasa, dia seperti telah melakukan perjalanan jauh. Baju dan tubuhnya terlihat kotor dan penuh luka. Yui belum sempat menyapa, Kakaknya langsung mengistirahatkan diri di kamar. Hari berikutnya, Yuasa terlihat lebih baik. Dia mencari vas dan meletakkan sekuntum bunga mawar berwarna merah delima. “Cantik sekali, apa ini bunga mawar dari pegunungan Jade?” ucap Yui mengagumi bunga yang sedang dipandangi kakaknya dengan penuh cinta. “Ya, ini mawar dari pegunungan Jade,” jawab Yuasa tanpa menoleh ke arah Yui. Light yang melihat Yui memandangi mawar itu tak kuasa tidak berkomentar. “Kau juga mau, Yui? Petik saja sendiri. Monster pegunungan Jade sudah kabur begitu melihatmu,” celetuk Light. “Apa maksudmu, tidak romantis kalau memetik sendiri, suatu saat nanti pasti ad
Semalaman Rafael membaca kembali buku tentang Ergions. Dia tertidur di ruang tamu dengan buku masih berada tak jauh dari tempatnya berada. Sebuah pena dan kertas berisi coretan tulisan tangan di sebelah buku besar bergambarkan pohon dan elf. “Apa Paman tidak tidur semalaman, dia terlihat baru saja tertidur,” gumam Yui memperhatikan Rafael yang tertidur di ruang tamu. Awalnya Yui ingin membangunkan Rafael, tetapi mengurungkan niatnya melihat Rafael yang masih tertidur pulas. dia mengambil selimut dari kamar terdekat dan menyelimuti tubuh kekar Rafael. “Yui, kenapa belum ada sarapan?” suara Light dari arah dapur yang melihat tidak ada apapun yang bisa dimakan disana. “Tunggu, biar aku yang masak,” sahut Yui meninggalkan Rafael yang masih terlelap. Mereka be
Kota Blue Amethyst, selalu ramai dengan banyaknya pengunjung dari segala penjuru. Kota ini tidak pernah sepi mulai dari terbit matahari hingga rembulan menggantung di langit malam. Rasanya mata selalu dimanjakan dengan segala yang ada, hal kecil hingga besar ada di sini. Sesuatu yang remeh hingga barang langka juga ada di sini. Para pengunjung yang bukan hanya dari bangsa kristal, melainkan bangsa lain seperti elf, manusia hingga mereka yang merupakan perpaduan setengah manusia setengah yang lain. Semua berbaur dalam harmoni tanpa ada pertengkaran, karena saling membutuhkan dan saling menghormati satu sama lain. Di tempat inilah kami berada, sebuah toko pakaian yang sepertinya jarang dikunjungi dengan display pakaian yang bisa dibilang ketinggalan jaman. Entah kenapa Paman Rafael membawa kami ke sini. “Rentangkan tanganmu, Nona,” pinta seorang wanita paruh ba
Kereta kuda mulai bergerak, jalanan mulus mulai berganti menjadi jalanan berbatu yang tidak rata. Mereka mulai memasuki wilayah pegunungan menuju kota Avari. Kota itu dikelilingi pegunungan yang membuat kota Avari terisolir. Meskipun terisolir kota Avari tidak kekurangan apapun, peri memiliki semua yang mereka perlukan untuk memenuhi kehidupannya. "Kalau tahu akan melewati jalanan seperti ini lebih baik tadi naik kuda saja," keluh Yui, rasa tidak nyaman setiap kali roda kereta terhantuk jalanan berbatu. "Tidak perlu mengeluh nikmati saja perjalanannya, lihat pemandangannya sangat indah," sahut Light mengalihkan perhatian Yui dengan indahnya deretan gunung dan pepohonan. Memang benar pemandangan sangat indah di luar sana. Akhirnya Yui mengabaikan ketidaknyamanan jalanan berbatu dengan pemandangan yang indah.
Rafael berdiri mematung karena bayangan yang baru saja melompat adalah kelinci hitam. Hampir saja dia menebas makhluk tidak bersalah itu. Dia kembali duduk di dekat tenda dan berjaga. Suara itu kembali terdengar, dalam pikirannya mungkin kelinci atau binatang malam sedang mencari mangsa. Asalkan bukan mereka yang masuk dalam mangsa mereka maka Rafael tidak akan ikut campur dalam perburuan rantai makanan tersebut. Saat pukul tiga dini hari, Rafael membangunkan Adrian, mereka berganti berjaga. Tidak ada apapun yang terjadi malam itu hingga pagi hari. Para gadis segera bangun dan membersihkan diri di danau. Tentu saja mereka mencari tempat yang tidak terlihat, tertutup oleh rimbunnya tanaman. Segar setelah mandi, mereka menyiapkan sarapan. Para pemuda membongkar tenda dan merapikannya lalu memasukkannya ke dalam kereta kuda. Mereka juga membersihkan diri dengan air jernih di danau dekat mereka berkemah. Sele
Kota Avari terlihat, sebuah istana yang seperti permata menjulang tinggi, bersinar dengan kilauan pelangi. lantai jalanan terbuat dari bebatuan alam yang mengeras dan tertata rapi. Rumah-rumah penduduk hampir sama dengan kota pada umumnya, padat dengan gang sempit dan bertingkat. Penduduk di Kota Avari lebih suka menggunakan bentuk manusia dibandingkan bentuk peri mereka. Yui membuka matanya saat peri pohon mengatakan mereka sudah sampai di Kota Avari, memandang pemandangan yang tidak biasa membuat Yui kagum dan takjub. Belum pernah dia melihat kota yang begitu indah penuh warna-warna, seperti di negeri dongeng. Peri pohon masih berjalan, tujuan mereka adalah istana peri yang sangat megah dan indah di pusat kota. Gerbang istana dibuka, peri pohon setinggi 3 meter dapat masuk dengan mudah, ada empat orang penjaga yang mendorong pintu gerbang terseb
Pelayan menunjukkan ruangan untuk mereka berlima beristirahat, masing - masing mendapatkan satu kamar, namun Yui meminta satu kamar dengan Leila. Rafael, Light dan Adrian mendapatkan kamarnya masing-masing. “Hari ini kalian istirahat dulu, kita bicarakan besok. Acara panen sinar rembulan masih satu minggu lagi,” ucap Rafael disertai anggukan oleh semua orang yang ada di sana. Satu minggu berada di kota Avari, ada rasa bercampur cemas. Hari ini setelah jamuan yang diberikan oleh Ratu Esmeralda mereka berkumpul, membicarakan tentang taruhan yang dibuat Rafael. “Ini adalah tongkat bulan.” Rafael mengeluarkan tongkat dari penyimpanannya dan menunjukkannya kepada semua orang. “Satu hal, tongkat ini rusak,” ucap Rafael dengan ringannya. “Paman bertaruh dengan t
Yui menunggu Kyara sambil meregangkan tangannya. Lalu dia berdiri, “Aduh duh kenapa ini?” lirih Yui mengaduh saat dia merasakan persendian kaki dan tangannya terasa sakit. Akhirnya dia meluruskan kaki dan tetap duduk di sana. Sepertinya menggunakan kekuatan Seiryu dan Byakko dalam waktu cukup lama membebani tubuhnya. Karena lama menunggu Yui merebahkan diri, dipandanginya langit yang cerah dengan awan berarak.“Yui!” seru Rafael saat melihat Yui yang terbaring di tanah. Wajahnya terlihat cemas. “ Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?” tanya Rafael beruntun.Yui hanya memperlihatkan telapak tangannya yang memerah tanpa bangun dari posisinya maupun membuka mulutnya untuk bicara. Rafael memeriksa tangan Yui, lalu mengerutkan keningnya.“Jangan bercanda, kukira