Beranda / Rumah Tangga / Cupang Di Leher Suamiku / Nathan yang merasa nyaman pada Arka

Share

Nathan yang merasa nyaman pada Arka

Penulis: Liya Mardina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-29 17:15:22

"Ini bukannya mantan pacar Mas Bayu?" batin Kinara.

Mata Kinara terbelalak seketika, ketika mengingat wajah mantan pacar suaminya.

"Kamu kenal?" tanya Arka.

Arka sedikit penasaran melihat ekspresi wajah Kinara saat ini, ia sudah lama mempertegas gambar dalam layar itu, namun ia tak kunjung bicara hingga saat ini.

"Itu mantan pacar Mas Bayu," ucap pelan Kinara, ia seakan tidak percaya dengan semua ini, ia beberapa kali pernah bertemu dengannya, dan menurutnya Intan adalah orang yang baik, bagaimana mungkin Intan adalah selingkuhan suaminya?

"Apa kamu tidak salah?" lanjutnya, dia takut Arka salah mengenali orang, mungkin saja selingkuhan Bayu itu hanya sedikit mirip dengannya.

"Astaga Kinara! apa aku pernah salah ketika mencari informasi seseorang?"

Arka tidak percaya jika Kinara meragukan kemampuannya.

Kinara terdiam sejenak, ia mulai berfikir, Arka memang tak pernah salah ketika mencari informasi tentang seseorang, mungkin Intan ini memang benar berselingkuh dengan suaminya.

"Ya, berarti cinta lama mereka kini bersemi kembali," ujar Kinara sembari tersenyum kecut.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya Arka, Arka menyadari ada raut wajah kebencian dari Kinara, ia sangat mengenal Kinara, Kinara akan membuat orang-orang yang menyakitinya membayar semua perbuatannya.

"Aku akan membuat mereka menderita satu per satu," cecar Kinara.

Kinara sedikit ragu dengan tekadnya, ia menyadari bahwa dirinya tidak akan bisa berbuat apa pun seperti harapannya, pada siapa dia akan meminta bantuan, sedangkan dirinya kini hanya tinggal seorang diri, tanpa orangtua atau pun saudara.

"Baiklah, aku akan membantumu melakukannya," ujar Arka datar, dia terus menatap layar laptopnya, tidak mempedulikan tatapan kaget dari Kinara.

Kinara tertegun dengan ucapan Arka, dia bersedia membantu Kinara tanpa harus memintanya.

Ada sedikit perasaan sedih ketika melihat kenyataan bahwa suaminya telah berselingkuh, bercampur sedikit rasa bahagia, ternyata masih ada orang yang peduli dengannya di dunia ini.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" lanjut Arka.

"Aku akan memikirkannya, setelah itu aku akan menghubungimu, aku harap jika kamu memiliki waktu senggang, kamu bersedia membantuku."

Kinara sedikit ragu dengan ucapan Arka, tidak mungkin Arka akan membantunya saat ia sedang bekerja, terlebih lagi, kini ia tidak memiliki hubungan spesial apapun dengannya selain sebagai teman.

"Aku akan selalu ada ketika kamu membutuhkanku."

Tanpa sadar Arka mengusap lembut puncak kepala Kinara, yang membuat Kinara terperanjat kaget.

"Maaf," ucap Arka.

Arka segera menarik kembali tangannya dari kepala Kinara, ia semakin merasa mati kutu di hadapan Kinara, bisa-bisanya dia melakukan kebiasaan saat mereka pacaran dulu.

"Ah, tidak apa-apa."

Kinara tak kalah canggungnya dari Arka, Kinara merasa tidak ada yang berubah sama sekali dari Arka sejak perpisahan mereka lima tahun lalu, Arka masih menjadi sosok yang sangat memperhatian pada Kinara.

Lima tahun yang lalu, Arka yang mendapatkan biaya siswa di luar negeri harus meninggalkan Kinara untuk mengejar mimpinya, Arka melakukan itu semua bukan tanpa alasan, selain untuk mengangkat derajat keluarganya, ia juga ingin membahagiakan Kinara, mengingat dirinya yang tidak terlahir dari keluarga yang berada, ia tidak ingin Kinara hidup kekurangan setelah mereka menikah nanti, ia ingin menjadi orang yang sukses sebelum meminang Kinara ke pelaminan.

Namun takdir berkata lain, tiga tahun kemudian, Arka kembali dari luar negeri untuk menemui Kinara, namun alih-alih bertemu pujaan hatinya, ia malah menjumpai pesta pernikahan di rumah Kinara, ia melihat Kinara yang tangah memakai baju pengantin bersanding dengan seorang pria yang tidak di kenalnya, ternyata ibu Kinara yang sedang sakit parah menyuruh Kinara untuk segera menikah dengan pilihan sang ibu sebagai permintaan terakhirnya, setelah tiga bulan, ibu Kinara meninggal dunia.

Arka terus mencoba menghubungi Kinara untuk meminta penjelasan, dulu Kinara berjanji untuk menunggunya, namun kenapa ia harus menerima kenyataan pahit seperti ini?

Arka meretas kamera hp milik Kinara, ia hanya ingin mengetahui, kenapa Kinara terus memblokir nomornya ketika Arka menghubunginya? Kinara yang tengah menangis terlihat dari layar hp milik Arka, ada rasa penyesalan dari raut wajah Kinara.

Arka yang awalnya salah paham dengan Kinara yang di kira mengkhianatinya, perlahan menemukan kebenaran bahwa Kinara hanya terpaksa menikah atas permintaan terakhir ibunya.

Hal itu membuat tekad Arka semakin kuat untuk merebut kembali pujaan hatinya.

"Kamu kerja di mana sekarang?"

Kinara mencoba sedikit berbasa-basi untuk memecahkan kecanggungan di antara mereka.

"Ah, aku menjadi supir pribadi, aku punya banyak waktu senggang, jadi jangan sungkan-sungkan kalau ingin meminta bantuanku."

Arka berbohong pada Kinara, ia masih belum siap mengakui bahwa sebenarnya dia adalah pemilik perusahaan ternama di kota ini.

Kinara sedikit meragukan pengakuan Arka, ia tidak yakin dengan pekerjaan Arka sebagai supir pribadi, dengan tampilannya saat ini, ia lebih mirip dengan seorang CEO pemilik perusahaan.

"Hwaaaaa..."

Tiba-tiba mereka di kejutkan dengan tangisan Nathan, tanpa sebab yang jelas, Nathan yang sedang bermain mendadak menangis kejer.

Kinara bergegas menggendong Nathan, mengayun-ayunkannya perlahan agar Nathan menghentikan tangisannya, namun tangisan Nathan tak kunjung berhenti, tangisan Nathan semakin keras, membuat Kinara sedikit kualahan.

"Sini biar ku gendong, kamu buatkan susu atau apa, mungkin dia lapar."

Arka dengan sigap mengambil alih Nathan dari gendongan Kinara, Arka nampak mengayun-ayunkan badannya perlahan agar Nathan menghentikan tangisannya, sedangkan Kinara bergegas menuju dapur untuk membuatkan Nathan sebotol susu.

Ketika berada di dapur, suara tangisan Nathan tiba-tiba terdengar sunyi, Kinara yang merasa penasaran memutuskan untuk mengintip dari celah pintu dapur, terlihat Nathan yang telah tertidur di gendongan Arka, sembari Arka yang masih mengayun-aynkan tubuhnya perlahan, sambil sesekali Arka mengusap lembut kepala Nathan yang tengah bersandar di pundaknya.

Kinara bergegas membawa sebotol susu kepada Nathan yang tengah tertidur, Arka menepis tangan Kinara yang akan mengambil alih Nathan dari gendongannya sembari meletakkan telunjuknya di ujung bibir, ia menyuruh Kinara untuk diam sejenak.

"Tidurnya belum pulas, biarkan sebentar lagi," ucap Arka sedikit berbisik pada Kinara, Kinara yang mengerti maksud Arka pun hanya menganggukkan kepalanya.

Kinara melihat pemandangan yang cukup berbeda, terlihat Nathan yang begitu nyaman tidur di pelukan Arka, membuat Kinara sedikit berimajinasi, seandainya Arka adalah ayah dari Nathan, mungkin hidupnya akan sedikit lebih bahagia dari yang di alaminya sekarang.

"Apa kamu tidak lelah?" tanya Kinara pada Arka, mengingat tubuh sang anak cukup berat menurutnya.

"Tidak, menggendongmu saja aku kuat, mau coba?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cupang Di Leher Suamiku   Happy ending~

    Tawa itu seketika menghilang, menyisakan kesunyian yang begitu mencekam. Raut wajah panik menyoroti seorang pria yang tengah terdiam, masih duduk di atas tempat tidur pasiennya. Sorot mata tajam itu terasa begitu mengiris, menatap lekat lantai rumah sakit yang berada di bawah tubuhnya."Sayang, ikutlah denganku besok, aku hanya ingin Nathan melihat wajah Ayah kandungnya untuk yang terakhir kali. Tidak ada maksud lain," ucap Kinara. Dirinya berusaha meyakinkan sang Suami yang masih meragukan kesetiaannya.Arka seketika mendongak. Menatap Kinara dengan wajah tak percaya. Mulut itu terasa kaku untuk sesaat, sampai akhirnya memutuskan sesuatu yang tidak dipercayai oleh semua orang. "Baiklah, besok kita pergi ke sana."Saking tidak percayanya, kedua Pengawal dan Risa saling bertukar pandang. Dengan tatapan penuh kebingungan.***Keesokan harinya. Setelah keluar dari rumah sakit. Arka dan Kinara segera berangkat menuju rumah sakit jiwa yang sebelumnya merawat Bayu. Mereka meninggalkan buah

  • Cupang Di Leher Suamiku   Nama yang begitu membekas di hati

    Kinara berharap cemas, ketika mendengar suara langkah kaki beriringan yang semakin mendekati ruangannya. Tubuhnya terasa kaku untuk sekedar berdiri meminta pertolongan. Jahitan di bawah perut masih terasa begitu nyeri hingga menusuk tulang."Mbak Risa, tolong segera panggil Dokter. Arka pingsan," ucapnya dengan suara serak ketika mendapati seorang wanita yang ia kenal baru memasuki ruangan. Nampak seorang wanita cantik yang tengah menggendong anak laki-laki berusia dua tahun. Dua pria bertubuh besar di belakangnya pun ikut panik. Mereka berlari keluar ruangan untuk mencari bantuan dari tenaga medis yang bertugas di sana.Selang beberapa menit, ketiga orang itu kembali dengan seorang Dokter pria yang tengah mengekor di belakang mereka."Tolong bantu baringkan Pasien di tempat tidur, untuk memudahkan saya dalam memeriksa," ujar sang Dokter dengan nada panik.Kedua Pengawal Arka segera membaringkan tubuh atasannya di atas tempat tidur rumah sakit di samping Kinara. Setelahnya mereka berd

  • Cupang Di Leher Suamiku   Titik terang

    Arka membelalak. Risa tidak tahu bagaimana perasaan atasannya saat ini. Dengan kekhawatiran bercampur rasa takut yang amat sangat, bagaimana mungkin dirinya akan pulang meninggalkan sang Istri dan buah hatinya untuk sekedar beristirahat di rumah."Apa ada masalah, Pak?" tanya Risa khawatir saat melihat raut kebingungan dari wajah atasannya."Bisakah kamu menutup mulut? Lebih baik kamu pergi jemput Nathan dan bawa kemari," ucap Arka seraya memegangi kepalanya.Pria tampan dengan kemeja putih yang terlihat lusuh kini melangkah pasti menuju salah satu ruangan rawat di rumah sakit itu.Risa masih membeku di tempat, menatap iba pada punggung lebar sang atasan yang semakin menghilang dari pandangan matanya. Sorot mata penat terlihat begitu jelas dari sana.Wanita yang kini telah mendapatkan kembali kesadarannya, terlentang di atas ranjang rumah sakit dengan membuang muka ketika sang Suami datang menghampiri. Rasa sesak masih terasa memenuhi dada. Setelah pernikahan pertamanya yang kandas ak

  • Cupang Di Leher Suamiku   Masa kritis

    Tatapan sendu bercampur dengan kekhawatiran yang terpancar dari wajah lelah itu, membuat Dokter sedikit merasa iba, hingga mengizinkan Arka untuk menemani sang istri yang tengah berjuang antara hidup dan mati ketika berusaha melahirkan buah hati mereka di meja operasi.Dengan pakaian serba hijau dan jaring penutup kepala, Arka berdiri di samping meja operasi. Menatap nanar wajah yang kini tengah terpejam erat. Emosi yang baru saja meledak-ledak mengakibatkan tekanan darah meningkat hingga terjadi eklamsia pada Kinara. Kondisi darurat di mana ibu hamil kehilangan kesadaran hingga mengalami kejang.Memori Arka seketika berputar mundur, mengingat penjelasan sang Dokter mengenai kondisi kesehatan sang Istri yang kini terbaring lemah di meja operasi. Eklamsia bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi dalam waktu bersamaan.Arka berlutut menghadap kepala sang Istri, memegangi tangan Kinara yang tengah terlentang dengan erat."Kinara, bangunlah." Satu kalimat itu berulang kali ia ucapkan dengan l

  • Cupang Di Leher Suamiku   Kondisi darurat

    "Tidak! Lepaskan aku! Aku membencimu!" Kinara berteriak kencang seraya memberontak. Ia tidak bisa mengendalikan diri akibat emosi yang membara dalam hati. Rasa nyeri akibat luka lama yang kembali terbuka mengalahkan rasa sakit pada kontraksi pertamanya. Masih terlintas jelas memori otaknya ketika mendapati Arka bermain api di belakang."Aku tidak akan melepaskanmu. Setelah ini aku janji akan menyelesaikan kesalah pahamanmu padaku."Meski kualahan dengan sang Istri yang terus meminta turun dari gendongannya, Arka tidak menyerah, kaki jenjangnya melangkah cepat menuju mobil yang terparkir di halaman perusahaan miliknya. Dengan nafas menderu, ia merasa acuh tak acuh pada beberapa karyawan yang menatapnya terheran-heran.Salah satu sorot mata, nampaknya mampu menerka hal yang begitu membuat sang atasan merasa panik. Hingga ia memutuskan untuk mengekor dengan langkah cepat dari belakang."Pak Arka, apakah Mbak Kinara akan melahirkan?" Terdengar suara panik dari seorang wanita yang dengan c

  • Cupang Di Leher Suamiku   Kontraksi

    Drrttt ... Drrttt ....Suara getaran ponsel menghentikan aktivitas mereka. Arka dengan cepat menyambar ponsel yang tengah bergetar di atas meja kerjanya."Pak, Anda harus cepat pergi ke kantor, ada salah satu Klien yang meminta Anda untuk membahas masalah saham perusahaan secepatnya." Terdengar suara panik dari seorang pria dari seberang telepon.Arka dan Kinara terlihat saling bertukar pandang untuk sesaat."Baiklah, saya akan segera pergi ke sana," jawab Arka dengan perasaan gusar sebelum menutup sambungan telepon."Ada apa, Sayang?""Belakangan ini saham perusahaan tiba-tiba turun secara misterius. Banyak Investor yang meminta penjelasan. Aku harus segera pergi," jelas Arka dengan raut wajah panik. Pria itu dengan cepat bangkit dan menyambar kasar jas hitam yang tergantung di senderan meja kerjanya."Tapi kamu bahkan belum beristirahat semenit pun." Kinara menatap khawatir pada tubuh pria yang terlihat panik di depannya.Arka perlahan mendekatkan tubuhnya. Kedua tangannya memegangi

  • Cupang Di Leher Suamiku   Kerinduan yang kini terobati

    Kinara hanya tertawa kecil. Meski sang suami bersikap seperti itu, dirinya tetap merasa bersalah karena menambah beban pekerjaan untuk suaminya. "Apa kamu lelah? Setelah membersihkan kekacauan ini aku akan memijat punggungmu sebentar.""Tidak! Lebih baik sekarang kamu istirahat. Biarkan Pelayan saja yang melakukan pekerjaan ini."Wajah wanita itu seketika berubah setelah persekian detik. Sorot mata tajam ia layangkan pada suaminya, karena salah menangkap maksud ucapan dari Arka. "Jadi maksudmu, lebih baik Pelayan saja yang memijat punggungmu? Lalu untuk apa menikahiku jika semua bisa dikerjakan oleh Pelayan?"Arka terdiam sejenak sembari mencerna ucapan ketus dari sang istri yang tidak bisa ia tangkap dengan baik. Sikap Kinara terlalu sensitif semenjak kehamilannya. Menjadikannya sering kali berseteru dengan sang suami hanya karena salah menangkap maksud ucapan lawan bicaranya. "Memangnya aku ada salah bicara?""Huh! Sudahlah, aku tidak ingin berbicara denganmu hari ini," ketus Kinara

  • Cupang Di Leher Suamiku   Ini salah gagang pel, bukan salahmu!

    "Kenapa diam? Ayo tertawa lagi!" ucap Arka lantang dengan gestur menantang.Dua pria berbadan kekar itu seketika terdiam membisu. Tak ada sedikit pun keberanian untuk menampik ucapan sang atasan."Se-sebenarnya, Tuan, kami tidak memiliki saran apa pun untuk hal ini." ucap Tono dengan tubuh yang sedikit bergetar."Apa maksudmu?" Sorot mata tajam nan mengintimidasi mulai dilayangkan pada kedua pria di depannya."Begini, Tuan. Seorang Ibu hamil yang menginginkan sesuatu cenderung tidak bisa dibantah. Jika itu nekat dilakukan, hal itu akan menjadi bumerang bagi diri Anda sendiri."Sorot mata tajam itu kini berfokus menatap arah lain. Otaknya mencoba berpikir keras. Menerjemahkan bahasa yang sedikit tidak ia mengerti."Singkatnya begin, Tuan. Jika Anda menentang keinginan Nyonya, bisa saja Nyonya pergi dari rumah meninggalkan Anda. Karena perasaan hati Ibu hamil cenderung lebih sensitif," jelas Toni ketika berhasil mengumpulkan keberanian beberapa detik yang lalu.Arka membelalak, "Hah? Se

  • Cupang Di Leher Suamiku   Meminta saran dari Pengawal

    Setelah melakukan ritualnya hingga dua kali di dalam kamar mandi, akhirnya sepasang kaki itu berjalan keluar mendekati sang Istri yang terlihat meringkuk di balik selimut.Air hangat masih terlihat mengucur melalui kaki jenjangnya. Handuk putih masih melilit tubuh bagian bawahnya. Namun lagi-lagi sang Istri merasa enggan untuk didekati."Sayang, bisakah kamu tidur di kamar lain untuk malam ini? Aku benar-benar tidak tahan dengan aroma tubuhmu."Belum juga kedua kaki itu menaiki ranjang. Aktivitas itu sudah dihentikan oleh penolakan sang Istri yang meminta Arka untuk tidur di tempat lain."Astaga, Sayang. Aku sudah mandi, bahkan ini sudah yang ke dua kali loh! Kamu mau aku bagaimana lagi?" pekik Arka frustasi. Kedua tangannya mengacak rambutnya kasar."Sayang, maafkan aku. Tapi sepertinya Anak kamu tidak menyukai aroma tubuh Papanya."Duar!Kalimat itu seolah membuat Arka bagaikan disambar petir di siang bolong. Matanya membelalak, ada perasaan tak percaya dengan apa yang baru saja mem

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status