Home / Horor / Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain / Yang Tidak Tampak Tapi Mendekat

Share

Yang Tidak Tampak Tapi Mendekat

Author: Kelaras ijo
last update Last Updated: 2025-06-24 06:42:02

Sudah tiga hari sejak peristiwa di Curug Kembar. Arga masih tinggal di rumah Ki Kromo, menjalani hari-hari seperti biasa—atau setidaknya berusaha seperti itu.

Pagi itu, suara ayam berkokok terdengar nyaring. Embun menyelimuti halaman rumah, dan langit tampak biru bersih. Tapi ada yang aneh…

Tidak ada suara lain.

Tak ada suara warga menyapu. Tak ada suara motor melintas. Bahkan tak ada suara angin melewati dedaunan.

Arga berdiri di beranda, menatap jauh ke arah jalan desa. Rumah-rumah terlihat tertutup. Jendela-jendela gelap. Seolah seluruh desa sedang tertidur… atau menyembunyikan sesuatu.

> “Ki Kromo... biasanya jam segini orang udah rame,” gumamnya pelan.

Tapi di dalam rumah pun, Ki Kromo tidak menjawab panggilan Arga.

Arga berjalan masuk—dan menemukan Ki Kromo terdiam di kursi, mata terbuka, tapi tidak berkedip.

> “Ki?”

Ia mendekat.

Dan sesaat sebelum Arga menyentuh bahunya—Ki Kromo menarik napas dalam-dalam, seperti orang yang baru bangun dari tidur panjang.

> “Pintu itu… belum se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   penanda

    Pagi hari di desa terasa hampa. Matahari menyinari genting-genting tua, tapi sinarnya seperti tidak sampai ke tanah. Arga berjalan perlahan di jalan utama desa. Wajah-wajah warga menatapnya dengan ragu, heran, dan takut.Beberapa orang berbisik pelan dari kejauhan.> “Itu anak yang katanya udah hilang tujuh hari, ‘kan?” “Tapi dia pulang sendiri… dan liat matanya deh, kayak kosong...”Arga diam saja. Langkahnya berat, tapi pasti. Sejak malam penguncian, ia merasa tubuhnya ringan tapi pikirannya berat. Seolah ia membawa sesuatu yang tak bisa dilihat siapa pun.Ia masuk ke rumah nenek, langsung menuju kamar. Kalung Rino diletakkannya di atas meja. Tidak lagi menyala, hanya batu hitam kusam…Tapi ia tahu, kalung itu bukan kosong. Masih ada Rino di sana. Entah sebagai kenangan, atau lebih dari itu.---Malamnya, Arga kembali didatangi mimpi.Ia berdiri di pinggir curug kembar—sendiri. Kabut tipis menari di permukaan air. Lalu, dari dalam curug, muncul sosok perempuan berpakaian serba putih

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Kutukan Warisan Leluhur

    Pagi itu, kabut turun lebih tebal dari biasanya. Arga duduk di teras rumah Ki Kromo, memandangi langit kelabu. Di tangannya, kalung milik Rino masih berpendar samar, tapi tenang. Tidak menyala terang seperti sebelumnya.Ki Kromo duduk di sampingnya, menghirup teh dari gelas tanah liat.> “Pintu itu udah lo tutup dengan benar,” kata Ki Kromo pelan.> “Tapi rasanya belum kelar, Ki. Gue ngerasa… kayak ada yang nungguin gue. Dari dalam desa ini.”Ki Kromo menatap lurus ke depan.> “Karena desa ini bukan cuma tempat tinggal manusia. Tapi juga tempat tinggal ‘cerita’… dan gak semua cerita pengen dilupakan.”Malamnya, Arga memutuskan untuk berjalan sendiri ke belakang rumah neneknya. Ada satu pohon besar di sana yang selalu bikin bulu kuduknya berdiri. Pohon beringin yang tumbuh dekat gundukan batu. Katanya dulu pernah jadi tempat duduk para sesepuh desa saat bermalam satu suro.Dan malam itu… angin berhenti.Tiba-tiba, tanah di bawah pohon beringin itu bergemuruh pelan, dan Arga mendengar…

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain    Pintu Kenangan Terakhir

    Malam ketiga.Arga akhirnya menyerah dan tidur.Tapi tidur kali ini bukan sekadar istirahat—melainkan panggilan.Begitu matanya terpejam, ia langsung jatuh ke ruang gelap yang pernah ia lihat sebelumnya.Lorong-lorong sempit, penuh pintu tua berderit.Di setiap pintu, tertulis nama. Tapi bukan nama tempat—melainkan kenangan.> "Hari pertama sekolah.""Nenek wafat.""Main petak umpet di pohon belimbing.""Rino jatuh dari sepeda."Arga berjalan pelan, menyusuri lorong. Setiap kali ia melangkah, lantainya berubah menjadi potongan-potongan gambar kenangan—seperti karpet dari masa lalu. Lalu… ia berhenti di depan satu pintu.Pintunya menghitam, berasap tipis, dan dari sela-selanya keluar suara tangisan anak kecil.> “Kalau gue tutup yang ini… apa yang bakal hilang?”Suara lain menjawab, dari arah tak terlihat. Suara yang sama seperti waktu ia diambang kematian:> “Satu pintu… satu kenangan. Tapi jika tak ditutup, mereka akan terus mencari jalan keluar lewat dunia nyata.”> “Dan kalau gue t

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Yang Tidak Tampak Tapi Mendekat

    Sudah tiga hari sejak peristiwa di Curug Kembar. Arga masih tinggal di rumah Ki Kromo, menjalani hari-hari seperti biasa—atau setidaknya berusaha seperti itu.Pagi itu, suara ayam berkokok terdengar nyaring. Embun menyelimuti halaman rumah, dan langit tampak biru bersih. Tapi ada yang aneh…Tidak ada suara lain.Tak ada suara warga menyapu. Tak ada suara motor melintas. Bahkan tak ada suara angin melewati dedaunan.Arga berdiri di beranda, menatap jauh ke arah jalan desa. Rumah-rumah terlihat tertutup. Jendela-jendela gelap. Seolah seluruh desa sedang tertidur… atau menyembunyikan sesuatu.> “Ki Kromo... biasanya jam segini orang udah rame,” gumamnya pelan.Tapi di dalam rumah pun, Ki Kromo tidak menjawab panggilan Arga.Arga berjalan masuk—dan menemukan Ki Kromo terdiam di kursi, mata terbuka, tapi tidak berkedip.> “Ki?”Ia mendekat.Dan sesaat sebelum Arga menyentuh bahunya—Ki Kromo menarik napas dalam-dalam, seperti orang yang baru bangun dari tidur panjang.> “Pintu itu… belum se

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Yang Bangkit di Balik Curug

    Pagi itu, desa terlihat biasa saja. Matahari bersinar terang, suara ayam berkokok, dan para ibu sudah mulai menyapu halaman. Tapi hanya Arga yang tahu: semuanya tidak lagi benar-benar “biasa.”Ia duduk di beranda rumah Ki Kromo, memandangi jalan setapak yang menuju ke arah Curug Kembar. Dari kejauhan, kabut tipis masih menggantung rendah di atas pepohonan, meski hari sudah terang.> “Rin, lo denger gue, kan?” gumamnya sambil meremas batu hitam di tangan.Sekilas, Arga melihat bayangan Rino duduk di kursi sebelahnya, seperti dulu… tapi hanya sekelebat. Lalu hilang.> “Curug itu bukan cuma tempat. Itu penjara. Tapi sekarang, penjaganya udah nggak ada lagi...”Semalam, makhluk kafan itu bicara tentang “Yang Tidur di Balik Curug”. Sesuatu yang dikurung oleh aturan lama, dijaga oleh kasta-kasta tinggi makhluk lelembut. Dan kini, sesuatu itu mulai bangkit — karena manusia membuka celahnya sendiri.---Siang harinya, Arga kembali ke rumahnya sendiri, mencoba mencari catatan lama peninggalan

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Bayangan Kedua

    Pagi itu, udara terasa ganjil. Matahari memang terbit seperti biasa, tapi cahayanya seperti lebih redup, seperti menembus kabut yang tak kasatmata.Arga duduk di beranda rumah Ki Kromo, memandangi batu kecil hitam di tangannya—yang kini sudah dingin, tak lagi berdenyut. Tapi ada sesuatu yang berbeda.Di dalam dirinya, ia merasa ada pengamat lain.Bukan hantu. Bukan roh gentayangan. Tapi… kesadaran yang hidup.> “Lo beneran di situ, Rin?” bisik Arga lirih.Tak ada suara.Tapi tiba-tiba, tatapan matanya mengabur—dan dalam sekejap, ia seperti melihat dunia di sekelilingnya dengan warna yang berbeda. Bayangan-bayangan kelam melintas cepat di ujung pandangan. Rumah-rumah warga tampak seperti memiliki aura samar. Dan di balik batang pohon pisang, sesosok perempuan berkebaya hitam berdiri diam menatapnya—padahal sebelumnya tidak ada siapa-siapa.Arga memejamkan mata. Tarik napas. Buka lagi.Semuanya kembali normal.> “Gue mulai bisa lihat apa yang lo lihat dulu ya, Rin…” gumamnya.Hari itu,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status