Aryan menatap wajah damai sang tunangan setelah kembali disuntikkan obat penenang. Setelah sadar dari kecelakaan yang dialaminya dan Juna, Ran terus berteriak ‘darah dan mama’. Walaupun kecelakaaan itu tidak membuatnya sampai terluka parah, tapi Ran sepertinya mengalami trauma hebat.
Juna menabrak pohon besar di sisi jalan raya. Pria itu kini sedang koma dengan kondisi mengenaskan. Saat dievakuasi, Juna terlihat memeluk tubuh Ran, melindunginya sampai beberapa pecahan kata depan mobil pria itu mengenai punggungnya sendiri. Kepala Juna pun terbentur cukup keras. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama.
Sudah empat hari pasca kejadian itu, dan Ran masih belum bisa berkomunikasi walaupun kini ia sudah dipindahkan di ruang inap. Saat matanya terbuka, Ran akan kembali berteriak histeris. Hal ini tentu saja membuat hati Aryan campur aduk, antara sedih, marah, dan penasaran.
Bagaimana bisa tunangannya itu dan Juna berada dalam satu mobil bersama?
Saa
Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian kecelakaan itu. Ran sudah kembali ke rumahnya sejak dua hari yang lalu. Wanita itu masih belum bisa masuk bekerja seperti biasa untuk pemulihan fisik dan mentalnya.Sang tunangan tidak berhenti menemaninya. Bahkan pria itu bekerja dari ruang inap Ran, dan hanya akan pergi jika ada pertemuan yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Ruang inap Ran menjadi rumah kedua bagi Aryan. Pria itu banyak menghabiskan waktu untuk menghibur sang tunangan. Ran tidak dibiarkan untuk berpikir hal lain selain hal-hal menyenangkan.Dan terbukti sekarang, wanita itu perlahan kembali bersikap seperti biasa. Bahkan, Ran terlihat banyak mengeluarkan senyum.Untuk kondisi Juna, Ran tidak mengetahuinya sama sekali. Entah mengapa, Ran malah seperti tak pernah mengalami kejadian kecelakaan bersama pria itu. Ran tidak pernah menyebut nama pria itu sama sekali. Aryan tidak akan bertanya, karena baginya yang terpenting adalah kondisi sang tunangan ya
“Kakimu bagaimana? Apakah masih belum bisa digerakkan?”“Aku sudah.. mulai terapi.. tadi. Sudah bisa.. bergerak.. sedikit-sedikit.”“Syukurlah.”Setelah percakapan itu, mereka kembali saling diam. Larut dengan pikiran masing-masing.“Ehm, Juna, maaf baru bisa menjengukmu sekarang.”Juna diam, menatap dalam wanita yang sudah ia celakakan hampir satu bulan yang lalu. Terdapat bekas luka yang berada di dahi wanita yang duduk dengan kaku di sampingnya ini.Mata Juna berkaca-kaca. Ia menyesal luar biasa atas apa yang dia perbuat ketika itu. Kecemburuan menghilangkan akal sehat saat tahu Ran kembali terlihat bersama sang tunangan. Juna pikir, setelah skandal yang diciptakan Aryan Kusumo, Ran akan meninggalkan pria itu. Persis ketika dulu wanita ini menjalin hubungan dengannya, meninggalkannya setelah tahu kalau Juna sudah memiliki kekasih, bahkan tunangan.Dulu, Juna memohon pada Ran untuk mem
Deg!Aryan terdiam. Tangannya yang memegang bingkisan buah yang sengaja dibawanya untuk Juna mengerat kencang. Seluruh tubuhnya sudah merasakan panas, tentu saja karena pikiran tentang Ran dan Juna yang kembali bersama suatu saat nanti.“Mengapa Anda bertanya seperti itu?” tanya Aryan datar, berusaha meredam emosi yang siap meledak.Stevi menghela napas berat. “Anda pasti bertanya-tanya mengapa Juna bisa bersama Nona Callia saat itu. Itu pun yang saya pertanyakan sejak kecelakaan itu terjadi. Benar begitu, bukan? Atau, Nona Callia sudah menjelaskan pada Anda?”Aryan diam. Pria ini tak dapat menjawab karena belum mendapat penjelasan apa pun dari sang tunangan.Tring!Mereka tersadar saat pintu lift terbuka. Dua orang ini sama-sama melangkah keluar, karena sudah sampai di lantai rumah sakit yang mereka tuju.“Saya sudah bertahun-tahun bersama Juna. Melakukan segala cara agar Juna bisa melihat saya kembali.
“Cukup, Aryan, kamu tidak bisa minum alkohol.”“Lepas, Ken!”Kendrick Gevan Bagaskara, sahabat yang sudah menganggap Aryan seperti adiknya sendiri ini hanya mampu menghela napas pasrah saat Aryan lagi-lagi mencoba kembali menenggak minuman haram itu. Ken, begitu Aryan memanggilnya, sudah mencoba menghalangi Aryan, tapi tangannya selalu ditepis pria yang saat ini duduk di sampingnya itu. Ken sangat tahu Aryan bukanlah orang yang lihai dalam hal meminum minuman keras.Pewaris Kusumo Group ini memang sering menghabiskan waktu di kelab malam, tapi tak sekali pun Aryan menyentuh minuman yang mengandung alkohol itu, apa pun jenisnya. Disamping karena tubuhnya tak bersahabat dengan minuman itu, Aryan juga tak suka rasanya.Aryan sempat mencoba meminum minuman itu saat dulu pria tampan ini lulus SMA. Dan di tegukan ke dua, Aryan langsung tumbang begitu saja. Untung saja saat itu Ken ada bersama pria ini karena permohonan Kania. Coba kalau
“A-Aryan..duduklah dengan tenang.”“Pumpkin~ Kamu.. tau kan, kalau.. aku gak.. mau pisah? Tapi.. aku terpaksa… Kamu bohong.. sama.. aku…”“Aryan…” Geram Ran saat tunangannya ini terus saja bergerak sambil berusaha memeluk tubuhnya. Wanita ini melirik malu-malu ke arah supir taksi online yang dia naiki. Supir itu beberapa kali melirik ke arah spion depan, mencuri pandang keributan yang terjadi di kursi tengah.Sejak lima menit yang lalu, Aryan membuka mata dan meracau. Membuat wanita ini kesulitan menenangkan sang tunangan.“Kenapa si.. berengsek itu.. masih ada di.. hatimu?! Aku gak terima!”“Aryan kamu salah pa—hey! Bisakah kamu diam?!” kesal Ran kembali. Sang tunangan kali ini mencoba menyusupkan kembali kepalanya ke ceruk leher Ran.Sumpah, Ran tidak ingin mati membeku saat ini juga karena bibir aktif pria yang terus meracau ini. Bibir yang sama yang ta
“Euungghh…” Lenguhan panjang keluar dari bibir Aryan. Matanya terbuka perlahan. Pria ini menekan kepalanya yang terasa nyeri.Aryan bangkit dari tidurnya sambil mengiris, dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Pria ini mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Beberapa saat terdiam untuk menjernihkan pikiran, tiba-tiba mata terbelalak ngeri setelah sadar ia berada di mana saat ini. Pria ini mengingat jelas bahwa kemarin malam ia nekat meminum minuman yang selama ini ia hindari, alkohol.Terakhir kali dan sekali-sekalinya pria ini mabuk sudah sangat lama, saat kelulusan SMA. Kini, dia kembali melakukannya. Dulu sang mama marah besar setelah dia sadar dari mabuknya, walaupun tak bertahan lama karena dirinya malah jatuh sakit.“Mama pasti marah,” panik pria ini. “Gue harus minta maaf sama Mama!” Saat hendak bangkit dari ranjang, Aryan menghentikan pergerakannya. Pria ini kembali menyandarkan punggung, lal
“Aku rasa, kita udah.. gak ada.. hubungan apa pun lagi,” balas Aryan terbata. Pria ini terdengar tak rela saat mengatakannya. Tapi ini harus ia katakan demi kebahagiaan Pumpkin-nya.“Begitu? Kenapa?”Aryan kembali menatap wanita yang dicintainya ini. “Apakah kamu mau aku mengatakan alasannya? Biarkan aku menyelamatkan harga diriku kali ini aja…” Aryan terlihat gusar. Tatapan pria ini kembali beralih ke arah lain. Dia tidak sanggup menatap wanita sudah ia lepaskan ini. Dia takut akan kembali bertindak egois. “Kamu tentu udah tau karena apa.”“Apakah ada hubungannya dengan pembicaraanku dan Juna di rumah sa—”“Pulanglah. Aku mohon…” potong Aryan segera. Bahkan pria ini tak sanggup mendengar nama pria itu.“Kamu mengatakan akan egois jika berhubungan denganku. Tapi ternyata yang kamu perlihatkan tidak seperti itu. Kamu menyerah atas hubungan ini? Segampan
Wanita ini segera menekan bibirnya saat merasakan akan terisak. Oh sial! Air mata keluar tanpa sanggup ia cegah lagi. Dia-harus-segera-keluar-dari-sini! Ran melangkah, memantapkan hati untuk tidak semakin terbawa suasana. Jika mengikuti kata hati, ia ingin tetap bertahan di sini dan meyakinkan Aryan sampai pria itu percaya padanya. Tapi dia sadar, jika dia tidak bisa memaksakan kehendak di saat seperti ini. Namun, baru satu langkah menjauh pergi, Ran terpekik merasakan tubuhnya melayang. Pekikan kembali keluar dari mulutnya saat wanita ini merasakan benda empuk berbenturan dengan punggungnya. Matanya terbelalak ngeri. Kedua tangannya dengan refleks meraba benda empuk ini. Ini ranjang? Tubuhnya terhempas ke atas ranjang??? Walaupun tubuhnya tak merasakan kesakitan sama sekali, tapi tetap saja cukup membuatnya terkejut luar biasa. Napas Ran tertahan saat matanya menangkap sosok Aryan tepat berada di atasnya. Pria ini meni