Share

Bab 07

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 11:58:45

07 

*Grup Petinggi PBK Original* 

Hisyam Fayadh : Ada yang senyum-senyum sepanjang jalan pulang. 

Yoga Pratama : Siapa? @Hisyam. 

Hisyam : Naysila. Habis berbalas senyuman dan dadah-dadahan sama Yusuf, jadi cengengesan mulu Adik iparku itu.

Aditya Bryatta : Eeaaa! 

Qadry Muharram : Cie, cie! 

Chairil Fahrezi : Uhuy! 

Wirya Arudji Kartawinata: Aku sudah curiga lihat mereka pandang-pandangan. 

Zulfi Hamizhan : Alhamdulillah. Semoga berjodoh. 

Andri Kaushal : Kalau beneran jadi, aku mau sedekah ke anak yatim. 

Haryono Abhisatya : Aku nitip, @Andri. 

Yanuar Kaisar : Gue juga. 

Alvaro Gustav Baltissen : Apa ini yang diomongin Pak Mulyadi waktu itu? @Wirya. 

Wirya : Kayaknya. Karena waktu itu Pak Mulyadi bilang, setelah Ari, Yusuf yang akan nyusul. 

Aditya : Aku, kapan, dong? Sudah panas kupingku diomelin Ibu. 

Zulfi : Sabar, @Aditya. Semoga setelah ini giliranmu. 

Nanang Rahardja : Nasibku ternyata sama dengan Bang Said. Jadi penutup di lapis tiga. 

Haryono : Nanti tak carikan jodoh buat Adit dan Nanang. Biar nikahnya barengan. 

Yoga : Enggak percaya aku, @Yono. Kamu aja, kalau nggak dijodohin sama Rida, mungkin sampai sekarang nggak nikah-nikah. 

Haryono : Aku serius, @Yoga. Kebetulan ada beberapa kerabat istriku yang baru lulus kuliah. Ayu semuanya. 

Aditya : Baru lulus? Berarti beda 10 tahun denganku. Kejauhan jaraknya. 

Nanang : Kalau aku, sih, nggak masalah beda umur segitu. Jadi saat aku umur 50, istriku masih 40 dan tetap molekh. 

Chairil : Gusti! Nanang, bahasanya. Molekh = Demplon.

Ibrahim Kripala : Tidak kusangka, Nanang ternyata suka daun muda. 

Jauhari Devanka : Eleuh-eleuh, Kang Nanang. Mau samaan denganku rupanya. Gasskeun!

Qadry : Aku ngakak, digaplok anakku. 

Fawwaz Priyatama : Puas! 

Yanuar : Papi mau bantu Taza buat menghajar papanya. 

Zulfi : Aku duluan yang bantuin Taza nampol Qadry. 

Andri : Aku ngebayangin Taza nabok papanya, kok, senang, ya? 

Qadry : Kalian memang psikopat! 

Hisyam : Aku maunya ketupat. 

Jeffrey Ekadanta : Tambah sate. 

Fawwaz ; Atau rendang. 

Ibrahim : Opor. 

Jauhari : Sayur pepaya muda. 

Chairil : Sambal goreng peteuy. 

Aditya : Pakai kuah kari aja, udah enak. 

Alvaro : Aku otw ke rumah Emak. Mau minta masakin lontong kari. 

Yoga : Samper aku, @Varo. 

Andri ; Ikut! 

Haryono : Aku mandi dulu. Nanti aku berangkat ke sana sama Baman. 

Wirya : Aku tunggu di teras. 

Zulfi : Aku nyusul. Ini lagi di rumah Mas Arya. 

Yanuar : Tungguin gue! @Bang bule. 

Alvaro : Elu dipanggilin dari tadi, kagak nongol, @Sipitih. 

Yanuar : Tadi gue luluran dulu, supaya tambah cling. 

*** 

Yusuf menarik napas panjang dan mengembuskannya sekali waktu. Dia meremas-remas poni yang memanjang, sambil membatin jika dirinya akan makin sering dicandai di grup petinggi PBK dan PB Baru. 

Yusuf tidak mengira jika adegan perpisahannya dengan Naysila kemarin, dilihat oleh Hisyam dan semua anggota rombongan yang akan pulang ke Jakarta. 

Pria berbibir tipis, memejamkan matanya sembari menenangkan diri. Yusuf merunut peristiwa tempo hari, yang membuatmu terpaksa melakukan hal rumit untuk menyelamatkan Naysila. 

Seperti yang dikatakannya pada Naysila, Yusuf memang tidak sempat melihat punggung gadis itu. Selain karena minimnya cahaya, pikiran Yusuf tengah kalut dan dia harus bergegas untuk membantu Naysila, agar tidak terkena pneumonia. 

Terbayang kembali adegan saat tubuh mereka menempel. Yusuf bingung sendiri, karena saat itu dia sama sekali tidak merasakan apa yang biasanya dirasakan lelaki pada perempuan. 

Yusuf membuka matanya, lalu menggeleng pelan. Dia menggaruk-garuk dagunya yang mulai ditumbuhi janggut pendek, sambil mengingat-ingat untuk bercukur. 

Sekian menit berlalu, Yusuf telah berpindah ke sofa. Dia menonton berita di televisi sambil mengunyah keripik kentang. Kala ponselnya bergetar, Yusuf melirik benda itu sekilas, sebelum cepat-cepat mengangkat panggilan dari rekannya.

"Waalaikumsalam," jawab Yusuf membalas sapaan sang penelepon. 

"Bang, tadi aku meeting bareng Bang Jeffrey. Dia cerita, kalau minggu lalu, Abang kecelakaan helikopter di Cina. Beneran?" tanya Agnia Istara Umapati, dari seberang telepon. 

"Iya." 

"Abang terluka?" 

"Cuma lecet dikit." 

"Syukurlah. Tadi aku kaget banget. Mau langsung nelepon Abang, tapi masih harus rapat kedua." 

"Makasih perhatiannya, Nia." 

"Hmm. Abang, kapan pulang?" 

"Dari sini aku mau ke Sydney dulu. Ke Jakarta, mungkin tanggal 31." 

"Langsung kerja?" 

"Enggak. Mau cuti seminggu." 

"Kita hang out, yuk!" 

"Ke mana?" 

"Aku pengen ke resor 5 sekawan di Pulau Seribu. Belum pernah ke sana, jadi penasaran." 

"Boleh, tapi aku mudik dulu ke Tambun, 3 hari. Setelah aku nyampe Jakarta, baru kita berangkat." 

"Oke." 

"Sahabatmu ikut, kan?" 

"Iya. Aku juga mau ngajak Kak Fairish dan Kak Lova." 

"Ehm, aku bingung mau ngajak siapa. Nggak mungkin juga aku cowok sendirian. Nanti kalian ngeroyok aku." 

Agnia terkekeh dan memancing Yusuf turut tersenyum. Meskipun baru berteman selama enam bulan terakhir, tetapi Yusuf merasa nyaman dengan Agnia yang ramah dan cerdas. 

Berbeda dengan sepupunya, Lova Hanasta Padmana yang sedikit introvert, Agnia pandai bergaul. Bahkan putri bungsu Azmadi Umapati itu tidak sungkan untuk berteman, dengan orang-orang yang berbeda strata dengannya. 

Yusuf pertama kali bertemu dengan Agnia, saat dia mengawal Alvaro ke Amerika, dua tahun silam. Agnia yang tengah meneruskan kuliah pascasarjana di sana, mendatangi kelompok Alvaro di hotel, untuk mengambil titipan dari keluarganya. 

Kendatipun sudah kenal cukup lama, tetapi Yusuf dan Agnia baru akrab sejak sang ajudan tersebut kembali ke Indonesia, setelah bertugas menjaga Jauhari di Sydney selama setahun lebih. 

Yusuf dan Agnia sering bertemu saat mengikuti rapat proyek yang mereka kerjakan bersama. Terkadang mereka berangkat sama-sama untuk meninjau lokasi proyek, tentu saja dengan ditemani para wakil perusahaan lainnya. 

Sementara itu di tempat berbeda, Naysila tengah berbincang dengan kedua Kakak sepupunya yang datang ke kediaman Gamal Dewawarman, untuk berjumpa dengan sang putri bungsu. 

Maudy dan Utari sama-sama terkejut, setelah Naysila menerangkan kejadian malam itu di gubuk hutan. Namun, akhirnya kedua perempuan tersebut memahami tindakan darurat yang diambil Yusuf, tidak lain hanya untuk menyelamatkan Naysila. 

"Yusuf pegang-pegang kamu, nggak, Dek?" tanya Maudy. 

"Aku nggak ingat, Kak. Tapi, kata dia, sih, nggak. Karena tangan kirinya ditaruh di pinggang, sedangkan tangan kanannya nekuk dan jadi bantal," terang Naysila. 

"Waktu bangun, badan kalian masih nempel?" 

"Enggak. Kayaknya dia bergeser dan telentang. Aku memang ngerasa punggung jadi dingin, karena ternyata bajunya tersingkap." 

"Lalu?" 

"Aku bangunin dia, dan kami berdebat. Terus ... aku nampar dia." 

Maudy dan Utari serentak membulatkan mata. Sedangkan Naysila menunduk sambil memilin jemarinya di pangkuan. 

"Dia marah, nggak?" tanya Utari. 

"Hu um, tapi nggak ngomong apa-apa. Cuma melototin aku. Habis itu dia pergi," jelas Naysila sembari menengadah.

"Abang nggak ada cerita tentang itu." 

"Memang dirahasiakan, Kak. Mas Damsaz yang minta semua orang tutup mulut. Aku bahkan dilarang cerita ke orang tua, takut Papa marah dan urusannya jadi panjang." 

"Ehm, ya. Itu benar. Apalagi Bang Yusuf cuma berusaha menyelamatkanmu. Buktinya, dia nggak memanfaatkan situasi. Padahal bisa aja dia maksa kamu buat ... ehm ... kamu pasti tahu maksudku." 

Naysila mengangguk mengiakan. "Itu juga kata Mas Damsaz dan Mas Aric. Kalau bukan Bang Yusuf yang nemenin aku, bisa jadi akan beda ceritanya." 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwwk ucup jadi bahan gosip di group pbk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cutie Bodyguard    Bab 18

    18 Aroma harum menguar dari dapur seunit rumah di permukiman sederhana, di kawasan Bekasi Timur. Suara obrolan dan gelakak beberapa orang di dapur bernuansa hijau itu, terdengar hingga ke ruang depan di mana Thalib Bhranta berada. Pria tua berkaus putih, menggeleng pelan saat mendengar gelakak istri dan anak-anaknya, seusai mendengar cerita Yusuf, tentang acara di Sydney beberapa hari silam. Thalib mengulum senyuman. Dia menyukai jika ketiga anaknya bisa berkumpul. Sebab kesibukan anak-anak muda tersebut menjadikan mereka jarang bisa datang berbarengan. Yusuf yang paling jarang pulang, akan membawa banyak cerita baru yang menghibur orang-orang rumah. Bila kebetulan dia bisa libur, maka kedua adiknya juga akan mengajukan cuti, agar bisa menghabiskan waktu bersama. Kelvan Nafeda, putra kedua Thalib dan Laksmita, juga bekerja sebagai pengawal PBK. Kelvan ditugaskan menjadi ajudan Adwaya Lakeswara, anggota tim 5 PC, yang baru beberapa bulan lalu pindah ke Jakarta. Malya Arsyana, beke

  • Cutie Bodyguard    Bab 17

    17Sepanjang malam itu, Naysila kesulitan untuk tidur. Ucapan Yusuf di bus tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Hingga Naysila susah untuk terlelap. Kendatipun sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tetapi kali itu rasanya berbeda. Terutama karena hampir semua kakaknya langsung menyetujui, bila Yusuf yang menjadi kekasih Naysila. Gadis berhidung bangir itu terbangun setelah tangannya diguncangkan Sekar. Meskipun masih mengantuk, tetapi Naysila memaksakan untuk bangkit. Seusai menunaikan salat Subuh, Naysila kembali melanjutkan tidurnya, hingga tidak menyadari jika Sekar telah memasuki kamar itu dengan membawa meja kecil berkaki. "Dek, sarapan," tukas Sekar sembari meletakkan meja ke kasur. "Hmm. Mbak aja," cicit Naysila tanpa membuka matanya. "Ada Yusuf di depan." "Ha?" "Dia mau joging sama Hisyam." "Hmm." "Kamu beneran nggak mau keluar?" "Aku belum mandi. Nanti dia kaget lihat mukaku kucel." "Bukannya dia sudah pernah lihat kamu kayak gitu?" "Kapa

  • Cutie Bodyguard    Bab 16

    16Ruang tunggu khusus pesawat carteran di bandara Sydney, siang itu terlihat ramai orang berparas Asia. Mereka hendak berangkat menuju tempat berbeda, yakni Indonesia dan Kanada. Tim Indonesia yang dipimpin Nanang, menggunakan baju putih dan celana biru. Sementara kelompok Kanada yang dipimpin Aditya, mengenakan baju abu-abu dan celana hitam. Yusuf mendekap satu per satu rekannya yang masih harus bertugas di Australia. Dia juga memeluk Avreen yang sudah dianggapnya sebagai Adik. Keduanya berbincang cukup lama, sebelum Yusuf berpindah untuk memeluk Jauhari. "Titip keluargaku, Suf," pinta Jauhari sembari mengurai dekapan. "Ya. Besok aku anterin mereka sampai rumah, baru aku lanjut ke Tambun," jawab Yusuf. "Tentang omongan kita tadi pagi, tolong laksanakan. Cuma kamu yang bisa bergerak cepat, karena Aditya harus dinas lama di Kanada. Sedangkan Hisyam dan Jeffrey mesti bagi waktu buat keluarga masing-masing." "Siap." "Tunggu aku pulang. Nanti kita clubbing di tempat biasa." "Gant

  • Cutie Bodyguard    Bab 15

    15Agnia menonton beberapa video yang dikirimkan Kakak sepupunya. Gadis bermata sipit itu merasa hatinya tidak nyaman, seusai melihat video kedekatan Yusuf dan Naysila, kemarin malam. Agnia meletakkan ponsel ke tepi kasur. Dia memandangi langit-langit yang terlihat bersih, sambil membayangkan sosok Yusuf. Gadis berbibir tipis itu mengeluh dalam hati, karena saingannya ternyata bertambah. Menghadapi banyak fans Yusuf saja sudah cukup berat buat Agnia. Apalagi harus menghadapi Naysila.Kendatipun hanya kenal sepintas, tetapi Agnia tahu sepak terjang Naysila. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Agnia tersebut, cukup terkenal di kalangan para pebisnis muda. Nama keluarga Dewawarman jelas lebih tenar dari keluarga Umapati. Ditambah lagi dengan kenyataan jika paras Naysila lebih ayu daripada Agnia, menjadikan putri bungsu Azmadi Umapati itu merasa kalah bersaing. Agnia mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang bertindak lambat dalam mendekati Yusuf. Agnia mulai bimbang harus bertind

  • Cutie Bodyguard    Bab 14

    14*Grup Tim 3 PCD*Jauzan Rengku Magani : Aku baru on dan lihat video itu. Suka banget! Prada Razfhan : Aku senyum-senyum terus. Zafar Qashash : Aku cemburu!Rafaizan Mahadri : Aku patah hati! Liam Mallory : Aku iri! Hisyam : Artisnya lagi dikeroyok di grup New PBK. Jauhari : Ngakak aku. Yusuf nggak berkutik digodain Bang Yan. Chairil : Aku cekikikan lihat ocehan Bang Varo. Aditya : Bang W juga ikutan ceramah. Jauzan : Power Rangers itu bilang apa? Hisyam : Kata Bang Yan, Yusuf malu-malu biawak. Jauhari : Bang Varo bilang gini. Pura-pura musuhan, padahal demenan. Chairil : Bang W nambahin. Dia nggak mau tahu, pokoknya maksimal 6 bulan lagi Yusuf sudah harus menghadap Pak Gamal buat minang Naysila. Aditya : Tapi, ujung-ujungnya aku kena juga! Diledekin buat segera nikah. Sampai-sampai mereka berniat untuk menjodohkanku.Liam : Sabar, @Bang Aditya. Aku pun, tiap pulang ke rumah orang tua, pasti diomelin Mama. Beliau sudah ribut pengen punya cucu. Prada : Padahal, tinggal d

  • Cutie Bodyguard    Bab 13

    13Malam kian larut. Sebagian besar anggota rombongan telah beristirahat di kamar masing-masing. Sementara yang lainnya masih berkumpul di beberapa tempat, yang tersebar di seputar bangunan utama hotel. Naysila masih bertahan di tempat duduknya di tepi kolam renang. Dia berbincang bersama Avreen, Alodita, Tyas, Viviane, Rumi, Gwenyth, Xianlun dan Valencia. Para gadis itu tertawa berulang kali, seusai menonton video yang tadi mereka rekam. Naysila dan yang lainnya mengirimkan video itu ke grup masing-masing, dan mendapatkan beragam komentar dari rekan-rekannya. "Dek, belum mau tidur?" tanya Hisyam, yang berpindah duduk ke samping kanan Naysila. "Bentar lagi, Bang," jawab Naysila. "Tari nanyain terus, karena kamu nggak naik-naik." "Aku masih pengen ngobrol sama teman-teman. Jarang ketemu ini. Sekali-sekali aku mau bergadang." "Oke. Maksimal jam 12 sudah masuk ke kamar. Kalau nggak, Tari dan Mbak Sekar bakal heboh." "Hu um." "Aku naik duluan." Hisyam berdiri dan memegangi punda

  • Cutie Bodyguard    Bab 12

    12Suasana depan lapas siang itu sangat ramai. Ratusan orang mengarahkan pandangan ke bangku panjang, di mana Jauhari tengah berpidato untuk menyapa penggemarnya. Semenjak kasusnya menjadi perbincangan hangat di seputar Australia dan New Zealand, serta Indonesia, Jauhari memiliki banyak fans yang menjadi pendukung setianya selama dua tahun terakhir. Jauhari mendapatkan banyak kiriman dari fans-nya. Hampir setiap hari para kurir akan mengantarkan paket, buat pimpinan utama proyek PG di Australia dan New Zealand tersebut. Jauhari menyimpan berbagai kado itu dan mencatat nama serta alamat sang pengirim. Pada hari-hari tertentu, Jauhari akan mengirimkan hadiah balasan untuk para penggemarnya yang makin bertambah setiap minggu.Seusai berpidato, Jauhari melambaikan kedua tangannya yang dibalas hal yang sama oleh penonton. Kemudian Jauhari turun dan bergegas menaiki bus hotel Arvhasatya. Saat keluar dari area lapas, Jauhari berdiri di pintu bus dan menyalami orang-orang yang berebutan b

  • Cutie Bodyguard    Bab 11

    11Hari berganti. Rombongan dari Indonesia tiba dengan membawa peralatan lengkap. Para ajudan muda membantu petugas bandara Sydney, untuk memindahkan semua barang ke kereta khusus. Para bos jalan cepat menuju ruang tunggu khusus pesawat carteran. Alvaro mengayunkan tungkai sambil menggendong putrinya. Chairil menyejajari langkah komisaris 4 PBK tersebut, sambil memayungi Alvaro, hingga mereka tiba di ruangan dalam. Wirya menyusul sembari menggendong anak keduanya. Sementara Zulfi jalan di belakang sambil memegangi tangan putrinya, Fazluna, dan Bayazid, anak sulung Wirya. Di belakang mereka, tampak semua anggota keluarga Pramudya, Gahyaka, Baltissen, dan keluarga Jauhari. Selain itu juga ada keluarga Adhitama, Ganendra, Janitra, dan beberapa bos PG, PC serta PCD yang akrab dengan Jauhari. Yusuf dan rekan-rekannya memberi hormat pada Alvaro serta semua tim PBK, sebelum mereka bersalaman dengan semua anggota rombongan. Kala Yusuf tiba di depan Naysila, keduanya saling menatap sesaat

  • Cutie Bodyguard    Bab 10

    10Pesawat yang ditumpangi kelompok pimpinan To Mu, tiba di bandara Sydney, siang waktu setempat. Mereka menunggu penumpang lain keluar terlebih dahulu. Kemudian belasan orang itu turun dari burung besi. Setelah berada di lorong, Yusuf mengambil alih Prinsen yang tengah tidur, dari gendongan Earlene. Yusuf membaringkan Prinsen ke kereta, lalu memastikan posisi bocah itu nyaman. Earlene mendorong kereta bayi dengan hati-hati. Dia jalan berdampingan dengan pengasuh Prinsen, dan Kaili, istri Loko yang sedang menggendong bayinya yang berusia setahun.Selain Earlene dan Kaili, ada beberapa perempuan lain yang ikut dalam rombongan itu. Yakni Zhu Gwenyth, Chan Xianlun, dan Lin Valencia. Ketiganya merupakan pengawal PBK angkatan 17, yang bertugas menjaga keluarga Cheung.Para pria jalan cepat menuju tempat pengambilan bagasi. Sementara semua perempuan meneruskan langkah hingga tiba di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Gwenyth mengintip dari balik kaca, lalu dia mendekati Earlene yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status