Share

Bab 06

Author: Olivia Yoyet
last update Huling Na-update: 2025-05-09 11:58:24

06

"Mau apa kamu nelepon aku?" tanya Naysila, tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. 

"Aku baru dengar kabar tentang musibah yang menimpamu, Nay," balas Ratan Akandra, mantan kekasih Naysila. 

"Dengar dari mana? Aku nggak nyebar berita itu ke teman-teman kita," tukas Naysila. 

"Dari kakakku. Dia dengar berita itu dari temannya yang kerja di kantormu. Maksudku, Dewawarman." 

Naysila menggerutu dalam hati, karena ternyata kabar itu sudah tersebar luas. "Hmm, ya." 

"Gimana kondisimu, Nay?" 

"Sangat baik." 

"Syukurlah." Ratan terdiam sejenak, lalu dia bertanya, "Kapan kamu pulang ke sini?" 

"Belum tahu." 

"Kabarin, ya. Aku pengen ketemu." 

"Buat apa?" 

"Aku kangen." 

Naysila memutar bola matanya, jengah dengan rayuan Ratan. "Ada lagi yang mau diomongin? Aku mau tidur." 

"Enggak ada." 

"Oke, bye." 

Naysila menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari Ratan. Mengingat sosok pria itu menyebabkannya kembali emosi, karena perpisahan mereka empat bulan lalu masih menyakitkan bagi gadis tersebut. 

Naysila meletakkan ponselnya ke meja. Kemudian dia berbaring miring ke kanan. Dia memejamkan mata sembari mengatur napas agar lebih tenang. 

Kilasan saat Yusuf membelai rambutnya, kembali terbayang. Naysila seolah-olah masih merasakan sentuhan lembut pria tersebut di rambutnya, dan itu menyebabkannya terkejut. 

Naysila kembali membuka mata. Dia memindai sekitar, karena merasa seakan-akan ada orang di dekatnya. Namun, ternyata tidak ada dan dia hanya sendirian di sana. 

"Kenapa jadi horor gini?" gumam Naysila. 

Gadis tersebut menggeleng pelan, lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Naysila termangu saat terbayang wajah Yusuf, sesaat setelah ditamparnya. 

Naysila meringis. Dia merasa bersalah, karena Yusuf hanya berusaha membuatnya hangat, sesuai dengan teori yang bisa dijalankan saat darurat. 

"Maaf, aku sudah nampar Abang," bisik Naysila. "Kapan-kapan, aku mau ngasih kado sebagai ucapan terima kasih. Nanti, tapi, nunggu kesalku hilang, karena Abang sudah menyentuh badanku," lanjutnya. 

Tiba-tiba pipi Naysila memanas. Dia malu, karena Yusuf menjadi pria pertama di luar keluarga, yang bisa bersentuhan kulit dengannya. Naysila menggeleng lagi untuk melenyapkan kenangan itu dari ingatannya. 

*** 

Waktu bergulir dengan cepat. Tibalah hari kepulangan Naysila ke Indonesia. Dia berpamitan pada Earlene dan keluarga Yang, lalu dia menaiki bus dari hotel yang akan mengantarkan rombongan itu ke bandara. 

Sepanjang jalan itu Naysila memvideokan sekeliling sebagai kenang-kenangan. Meskipun mengalami peristiwa yang kurang enak di kota itu, tetapi Naysila tidak jera untuk kembali dinas ke Guangzhou. 

Naysila sebetulnya masih ingin menjelajahi tempat itu. Terutama karena dia belum puas menjelajahi banyak tempat wisata, dari kota yang terkenal dengan taman dan bunganya yang indah. 

Gadis berjaket hijau itu berniat akan mengunjungi kota tersebut, di masa yang akan datang. Namun, dia tidak mau lagi menggunakan helikopter, karena khawatir musibah itu akan terulang kembali. 

Yusuf yang berada di kursi deretan belakang, merekam berbagai ekspresi semua penumpang bus. Dia jalan mundur sambil memvideokan orang-orang yang spontan bergaya. Yusuf berhenti di dekat sopir dan menonaktifkan kamera beresolusi tinggi miliknya. 

Yusuf menengadah ketika dipanggil Atalaric yang menempati kursi terdepan bersama Hisyam. Yusuf mendatangi Atalaric, lalu berpegangan ke besi di belakang kursi sopir. 

Ketiga lelaki di depan berbincang dengan serius. Naysila yang berada di kursi kedua bersama kakaknya, tanpa sadar mengamati pria berponi di depan. 

Kala tatapan mereka bersirobok, Naysila spontan tersenyum. Yusuf terkejut, tetapi kemudian dia membalas dengan tersenyum pula. 

Damsaz yang melihat hal itu, memandangi adiknya dan Yusuf secara bergantian. Damsaz membuang pandangan ke kiri untuk menyembunyikan senyumannya, karena merasa lucu dengan tingkah Yusuf dan Naysila. 

Sesampainya di tempat tujuan, semua orang turun sambil membawa tas masing-masing. Yusuf, Chyou, To Mu, Jianzhen dan Fillbert, mengikuti langkah rombongan itu menuju pintu khusus penerbangan luar negeri. 

Wirya memanggil Yusuf yang segera mendekat, lalu dia memberikan amplop putih pada Yusuf yang langsung menyimpan amplop ke saku dalam jaket putihnya. 

"Hati-hati di tempat proyek, Suf. Jangan keluyuran sendirian. Harus ada yang nemenin kamu," cakap Wirya.

"Ya, Bang," jawab Yusuf.

"Kalau pulang ke kota, mending kamu tinggal sama Kinsey di apartemennya. Di sana ramai." 

"Hu um." 

"Nyampe Sydney nanti, langsung ke hotel dulu. Baru ke lapas." 

"Aku mau ke apartemen.aja, Bang. Ngapel Avreen." 

Wirya menyentil telinga kiri sang ajudan. "Jangan coba-coba jadi pebinor. Tak hajar!" 

"Harusnya Abang dukung aku. Kita, kan, sama-sama pebinor." 

Wirya kembali menyentil telinga juniornya. "Kita beda level. Aku sudah master." 

"Iya, deh. Aku memang anak bawang." 

Keduanya tergelak dan memancing rasa penasaran yang lainnya. Naysila yang berada di kursi deretan kedua, mengamati interaksi antara sang dirut dengan calon direktur marketing PBK di masa mendatang. 

Kesepuluh pengawal lapis tiga telah dipecah untuk menempati lima posisi penting di dua perusahaan. Hisyam, Yusuf, Jauhari, Aditya dan Jeffrey, ditempatkan di PBK. Sedangkan Qadry, Nanang, Fawwaz, Ibrahim dan Chairil, ditugaskan di PB. 

Kedua perusahaan itu berada dalam satu panji, yakni Prada-Balt, alias Pramudya dan Baltissen. Bila PB khusus menangani sekuriti, PBK mengelola pengawal. 

Qadry yang diserahi mandat sebagai direktur utama PB menggantikan Yanuar, telah mulai bertugas sejak tanggal 2 Januari tahun lalu. Selain Qadry, keempat temannya juga langsung menempati posisi masing-masing untuk menggantikan Daus, Bambang, Jaiz dan Nasir. 

Yusuf dan kelima rekannya, tengah dipersiapkan untuk mengambil alih tugas Wirya, Zulfi, Yoga, Andri dan Haryono, yang akan lengser maksimal 2 tahun mendatang. Sebab itulah Yusuf dan yang lainnya berusaha ekstra keras untuk menyamai kemampuan kelima petinggi PBK tersebut. 

Pengumuman dari petugas, menjadikan puluhan orang yang akan berangkat, menyalami para pengantar. Yusuf mendekap Hisyam dan Zijl sedikit lebih lama. Kemudian dia berpindah untuk menyalami yang lainnya. 

Kala tiba di hadapan Naysila, Yusuf sempat ragu-ragu, sebelum mengulurkan tangan kanan. Naysila menjabat tegas tangan Yusuf, lalu menarik tangannya. 

"Aku belum ngucapin makasih buat Abang," tutur Naysila. 

"Untuk apa?" tanya Yusuf. 

"Karena telah menarikku keluar dari helikopter. Kalau nggak, mungkin sekarang aku sudah mati." 

"Aku hanya menjalankan tugas sebagai pengawalmu." 

"Ehm, ya." Naysila menatap lelaki di hadapannya lekat-lekat. "Makasih juga, karena Abang telah menghiburku saat menangis tempo hari," lanjutnya. 

"Hmm, kembali kasih." 

"Aku juga mau minta maaf, karena sudah nampar Abang." 

Yusuf tertegun sesaat, lalu dia menyahut, "Aku juga minta maaf, Nay. Kamu benar, harusnya aku ngompres kamu pakai air hangat. Atau membungkusmu dengan jas panjangku. Bukannya ... ehm ... gitu, deh." 

"Waktu itu, pikiranku kacau. Jadinya nggak bisa nahan emosi." 

Yusuf mengangguk mengiakan. "Aku paham, Nay. Jika aku yang berada di posisimu, mungkin aku juga akan begitu." 

"Aku sebetulnya malu, Bang. Jadinya nggak bisa ngontrol diri." 

Yusuf meringis. "Tenang. Aku nggak lihat apa-apa. Selain karena di situ agak gelap, pikiranku juga terfokus untuk membuatmu berhenti menggigil." 

Naysila manggut-manggut. "Sekali lagi, terima kasih karena telah berusaha menyelamatkanku." 

"Sama-sama." 

"Saat Abang pulang nanti, aku mau traktir Abang. Sebagai bentuk terima kasihku." 

Yusuf terkesiap. Hingga Naysila berlalu dari hadapannya, pria beralis tebal itu masih terpaku. Yusuf tidak menduga jika Naysila ternyata mau mengaku salah, bahkan hendak mentraktirjya. 

Sudut bibir Yusuf melengkung ke atas mengukir senyuman. Dia merasa senang, karena masalahnya dengan Naysila telah berakhir. 

Yusuf memandangi punggung gadis itu yang tengah bergerak menjauh. Ketika Naysila menoleh ke belakang, Yusuf refleks tersenyum dan melambaikan tangannya, yang dibalas hal yang sama oleh gadis bermata besar tersebut. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
eaaaaa ucup uhuuuy
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Cutie Bodyguard    Bab 18

    18 Aroma harum menguar dari dapur seunit rumah di permukiman sederhana, di kawasan Bekasi Timur. Suara obrolan dan gelakak beberapa orang di dapur bernuansa hijau itu, terdengar hingga ke ruang depan di mana Thalib Bhranta berada. Pria tua berkaus putih, menggeleng pelan saat mendengar gelakak istri dan anak-anaknya, seusai mendengar cerita Yusuf, tentang acara di Sydney beberapa hari silam. Thalib mengulum senyuman. Dia menyukai jika ketiga anaknya bisa berkumpul. Sebab kesibukan anak-anak muda tersebut menjadikan mereka jarang bisa datang berbarengan. Yusuf yang paling jarang pulang, akan membawa banyak cerita baru yang menghibur orang-orang rumah. Bila kebetulan dia bisa libur, maka kedua adiknya juga akan mengajukan cuti, agar bisa menghabiskan waktu bersama. Kelvan Nafeda, putra kedua Thalib dan Laksmita, juga bekerja sebagai pengawal PBK. Kelvan ditugaskan menjadi ajudan Adwaya Lakeswara, anggota tim 5 PC, yang baru beberapa bulan lalu pindah ke Jakarta. Malya Arsyana, beke

  • Cutie Bodyguard    Bab 17

    17Sepanjang malam itu, Naysila kesulitan untuk tidur. Ucapan Yusuf di bus tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Hingga Naysila susah untuk terlelap. Kendatipun sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tetapi kali itu rasanya berbeda. Terutama karena hampir semua kakaknya langsung menyetujui, bila Yusuf yang menjadi kekasih Naysila. Gadis berhidung bangir itu terbangun setelah tangannya diguncangkan Sekar. Meskipun masih mengantuk, tetapi Naysila memaksakan untuk bangkit. Seusai menunaikan salat Subuh, Naysila kembali melanjutkan tidurnya, hingga tidak menyadari jika Sekar telah memasuki kamar itu dengan membawa meja kecil berkaki. "Dek, sarapan," tukas Sekar sembari meletakkan meja ke kasur. "Hmm. Mbak aja," cicit Naysila tanpa membuka matanya. "Ada Yusuf di depan." "Ha?" "Dia mau joging sama Hisyam." "Hmm." "Kamu beneran nggak mau keluar?" "Aku belum mandi. Nanti dia kaget lihat mukaku kucel." "Bukannya dia sudah pernah lihat kamu kayak gitu?" "Kapa

  • Cutie Bodyguard    Bab 16

    16Ruang tunggu khusus pesawat carteran di bandara Sydney, siang itu terlihat ramai orang berparas Asia. Mereka hendak berangkat menuju tempat berbeda, yakni Indonesia dan Kanada. Tim Indonesia yang dipimpin Nanang, menggunakan baju putih dan celana biru. Sementara kelompok Kanada yang dipimpin Aditya, mengenakan baju abu-abu dan celana hitam. Yusuf mendekap satu per satu rekannya yang masih harus bertugas di Australia. Dia juga memeluk Avreen yang sudah dianggapnya sebagai Adik. Keduanya berbincang cukup lama, sebelum Yusuf berpindah untuk memeluk Jauhari. "Titip keluargaku, Suf," pinta Jauhari sembari mengurai dekapan. "Ya. Besok aku anterin mereka sampai rumah, baru aku lanjut ke Tambun," jawab Yusuf. "Tentang omongan kita tadi pagi, tolong laksanakan. Cuma kamu yang bisa bergerak cepat, karena Aditya harus dinas lama di Kanada. Sedangkan Hisyam dan Jeffrey mesti bagi waktu buat keluarga masing-masing." "Siap." "Tunggu aku pulang. Nanti kita clubbing di tempat biasa." "Gant

  • Cutie Bodyguard    Bab 15

    15Agnia menonton beberapa video yang dikirimkan Kakak sepupunya. Gadis bermata sipit itu merasa hatinya tidak nyaman, seusai melihat video kedekatan Yusuf dan Naysila, kemarin malam. Agnia meletakkan ponsel ke tepi kasur. Dia memandangi langit-langit yang terlihat bersih, sambil membayangkan sosok Yusuf. Gadis berbibir tipis itu mengeluh dalam hati, karena saingannya ternyata bertambah. Menghadapi banyak fans Yusuf saja sudah cukup berat buat Agnia. Apalagi harus menghadapi Naysila.Kendatipun hanya kenal sepintas, tetapi Agnia tahu sepak terjang Naysila. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Agnia tersebut, cukup terkenal di kalangan para pebisnis muda. Nama keluarga Dewawarman jelas lebih tenar dari keluarga Umapati. Ditambah lagi dengan kenyataan jika paras Naysila lebih ayu daripada Agnia, menjadikan putri bungsu Azmadi Umapati itu merasa kalah bersaing. Agnia mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang bertindak lambat dalam mendekati Yusuf. Agnia mulai bimbang harus bertind

  • Cutie Bodyguard    Bab 14

    14*Grup Tim 3 PCD*Jauzan Rengku Magani : Aku baru on dan lihat video itu. Suka banget! Prada Razfhan : Aku senyum-senyum terus. Zafar Qashash : Aku cemburu!Rafaizan Mahadri : Aku patah hati! Liam Mallory : Aku iri! Hisyam : Artisnya lagi dikeroyok di grup New PBK. Jauhari : Ngakak aku. Yusuf nggak berkutik digodain Bang Yan. Chairil : Aku cekikikan lihat ocehan Bang Varo. Aditya : Bang W juga ikutan ceramah. Jauzan : Power Rangers itu bilang apa? Hisyam : Kata Bang Yan, Yusuf malu-malu biawak. Jauhari : Bang Varo bilang gini. Pura-pura musuhan, padahal demenan. Chairil : Bang W nambahin. Dia nggak mau tahu, pokoknya maksimal 6 bulan lagi Yusuf sudah harus menghadap Pak Gamal buat minang Naysila. Aditya : Tapi, ujung-ujungnya aku kena juga! Diledekin buat segera nikah. Sampai-sampai mereka berniat untuk menjodohkanku.Liam : Sabar, @Bang Aditya. Aku pun, tiap pulang ke rumah orang tua, pasti diomelin Mama. Beliau sudah ribut pengen punya cucu. Prada : Padahal, tinggal d

  • Cutie Bodyguard    Bab 13

    13Malam kian larut. Sebagian besar anggota rombongan telah beristirahat di kamar masing-masing. Sementara yang lainnya masih berkumpul di beberapa tempat, yang tersebar di seputar bangunan utama hotel. Naysila masih bertahan di tempat duduknya di tepi kolam renang. Dia berbincang bersama Avreen, Alodita, Tyas, Viviane, Rumi, Gwenyth, Xianlun dan Valencia. Para gadis itu tertawa berulang kali, seusai menonton video yang tadi mereka rekam. Naysila dan yang lainnya mengirimkan video itu ke grup masing-masing, dan mendapatkan beragam komentar dari rekan-rekannya. "Dek, belum mau tidur?" tanya Hisyam, yang berpindah duduk ke samping kanan Naysila. "Bentar lagi, Bang," jawab Naysila. "Tari nanyain terus, karena kamu nggak naik-naik." "Aku masih pengen ngobrol sama teman-teman. Jarang ketemu ini. Sekali-sekali aku mau bergadang." "Oke. Maksimal jam 12 sudah masuk ke kamar. Kalau nggak, Tari dan Mbak Sekar bakal heboh." "Hu um." "Aku naik duluan." Hisyam berdiri dan memegangi punda

  • Cutie Bodyguard    Bab 12

    12Suasana depan lapas siang itu sangat ramai. Ratusan orang mengarahkan pandangan ke bangku panjang, di mana Jauhari tengah berpidato untuk menyapa penggemarnya. Semenjak kasusnya menjadi perbincangan hangat di seputar Australia dan New Zealand, serta Indonesia, Jauhari memiliki banyak fans yang menjadi pendukung setianya selama dua tahun terakhir. Jauhari mendapatkan banyak kiriman dari fans-nya. Hampir setiap hari para kurir akan mengantarkan paket, buat pimpinan utama proyek PG di Australia dan New Zealand tersebut. Jauhari menyimpan berbagai kado itu dan mencatat nama serta alamat sang pengirim. Pada hari-hari tertentu, Jauhari akan mengirimkan hadiah balasan untuk para penggemarnya yang makin bertambah setiap minggu.Seusai berpidato, Jauhari melambaikan kedua tangannya yang dibalas hal yang sama oleh penonton. Kemudian Jauhari turun dan bergegas menaiki bus hotel Arvhasatya. Saat keluar dari area lapas, Jauhari berdiri di pintu bus dan menyalami orang-orang yang berebutan b

  • Cutie Bodyguard    Bab 11

    11Hari berganti. Rombongan dari Indonesia tiba dengan membawa peralatan lengkap. Para ajudan muda membantu petugas bandara Sydney, untuk memindahkan semua barang ke kereta khusus. Para bos jalan cepat menuju ruang tunggu khusus pesawat carteran. Alvaro mengayunkan tungkai sambil menggendong putrinya. Chairil menyejajari langkah komisaris 4 PBK tersebut, sambil memayungi Alvaro, hingga mereka tiba di ruangan dalam. Wirya menyusul sembari menggendong anak keduanya. Sementara Zulfi jalan di belakang sambil memegangi tangan putrinya, Fazluna, dan Bayazid, anak sulung Wirya. Di belakang mereka, tampak semua anggota keluarga Pramudya, Gahyaka, Baltissen, dan keluarga Jauhari. Selain itu juga ada keluarga Adhitama, Ganendra, Janitra, dan beberapa bos PG, PC serta PCD yang akrab dengan Jauhari. Yusuf dan rekan-rekannya memberi hormat pada Alvaro serta semua tim PBK, sebelum mereka bersalaman dengan semua anggota rombongan. Kala Yusuf tiba di depan Naysila, keduanya saling menatap sesaat

  • Cutie Bodyguard    Bab 10

    10Pesawat yang ditumpangi kelompok pimpinan To Mu, tiba di bandara Sydney, siang waktu setempat. Mereka menunggu penumpang lain keluar terlebih dahulu. Kemudian belasan orang itu turun dari burung besi. Setelah berada di lorong, Yusuf mengambil alih Prinsen yang tengah tidur, dari gendongan Earlene. Yusuf membaringkan Prinsen ke kereta, lalu memastikan posisi bocah itu nyaman. Earlene mendorong kereta bayi dengan hati-hati. Dia jalan berdampingan dengan pengasuh Prinsen, dan Kaili, istri Loko yang sedang menggendong bayinya yang berusia setahun.Selain Earlene dan Kaili, ada beberapa perempuan lain yang ikut dalam rombongan itu. Yakni Zhu Gwenyth, Chan Xianlun, dan Lin Valencia. Ketiganya merupakan pengawal PBK angkatan 17, yang bertugas menjaga keluarga Cheung.Para pria jalan cepat menuju tempat pengambilan bagasi. Sementara semua perempuan meneruskan langkah hingga tiba di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Gwenyth mengintip dari balik kaca, lalu dia mendekati Earlene yang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status