"Sungguh Dom, semua omong kosong ini berakhir jika sampai Ardi tahu aku bersamamu!" desis Amanda sambil menjentikkan jari telunjuknya yang kaku.
Dom sama sekali tidak perduli dia tetap menyetir tanpa menoleh Amanda. Amanda sama sekali tidak bisa berpikir karena masih terlalu kalut. Kali ini dirinya mungkin masih bisa lolos tapi bagaimana dengan lain kali, tadi itu sudah nyaris saja membuatnya mati.
Dom baru menghentikan mobilnya di sebuah plataran kosong yang sepi dan jauh dari mana-mana. Amanda langsung melihat ke sekeliling, nampak seperti bekas pelabuhan yang terbengkalai. Pagar kawat yang sudah terseok miring dan sebagian Ambruk mencuat, tong-tong berkarat yang dibiarkan tergeletak dimakan cuaca. Sinar mata hari masih sangat terik meskipun sudah lewat tengah hari, Amanda mendengar suara camar dan melihat lantai beton di depa
YUK VOTE DAN KOMEN DULU BIAR SEMANGAT BUAT RAJIN UP
"Apa Ardi tidak memberitahumu jika sudah menjemput Sisi?" tanya ibu Amanda. "Tidak," jawab Amanda ketika baru masuk ke rumah ibunya. "Tadi kelihatanya dia tergesa-gesa." "Oh," Amanda buru-buru ingat untuk memeriksa ponselnya dan juga baru sadar jika ponselnya masih mati. " Ternyata, ponselku mati." Bahu Amanda melemas pasrah. Ibu Amanda cuma balas mengedikkan bahu melihat reaksi putrinya. "Sebaiknya aku segera pulang." Amanda berpamitan pada ibunya untuk pergi lagi. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Amanda sangat takut karena tidak biasanya Ardi seperti ini. Ardi menjemput Sisi sendiri tanpa memberi tahunya. Nampaknya Amanda memang
Sejak mendengar nada dering ponsel Amanda yang sama dengan nada dering yang Mona dengar dari dalam mobil berkaca gelap waktu itu, kecurigaan Mona terhadap Amanda memang semakin menjadi-jadi, tapi Mona tidak mau memberi tahu Ardi karena selam itu hanya spekulasi tanpa bukti dia tidak mau mengambil resiko menghancurkan kebahagiaan orang lain. Sebenarnya Mona tidak membenci Amanda secara personal, Mona tidak akan membenci seseorang dengan membabi-buta hanya karena alasan pribadinya sendiri. Mona hanya kakak perempuan yang tulus menyayangi adik laki-lakinya, dia juga akan ikut bahagia terhadap apapun yang membuat adiknya bahagia. Sering kali ipar ingin ikut campur atau saling tidak menyukai bukan karena apa yang sebenarnya benar-benar tulus ikut bahagian atas kebahagiaan keluarganya. Kebanyakan mereka hanya memelihara ketidak senangan pri
Amanda segera menjemput Sisi ke sekolah dan buru-buru membawanya pulang. "Apa Bunda sudah beli kostum kelincinya?"tanya Sisi yang melihat bundanya tidak membawa apa-apa. "Ya, nanti bunda beli." Amanda berusaha tetap tenang, dia hanya ingin segera kembali ke rumah dan berganti pakaian. Sisi terlihat memperhatikan Amanda yang sedang mengemudi dan dari tadi hanya terus menghela napas kemudian menghembuskannya lagi tanpa bicara apa-apa atau minta maaf jika lupa membelikan kostum kelincinya. "Kenapa Bunda memakai baju Ayah?" "Oh, Bunda tadi buru-buru." Ternyata Amanda gugup ketika harus berbohong pada putrinya mengenai hal itu. "Ki
Walaupun Ardi tidak bertanya atau membahas apapun mengenai alat kontrasepsi pria yang dia temukan kemarin, tapi Amanda benar-benar merasa tidak tenang. Nampaknya Amanda juga sedang menuai hasil dari kebohongannya, karena didiamkan seperti ini oleh pria seperti Ardi ternyata jauh lebih menyiksanya. Akhirnya Amanda menelpon Dom untuk coba bicara dan meminta penanguhan. Dom juga langsung mengangkat panggilan Amanda di deringan pertama. "Amanda." "Aku tidak bisa pergi ke tempatmu pekan ini, aku tidak bisa pergi terlalu lama karena Ardi sepertinya mulai curiga." "Apa maksudmu?" "Dia menemukan alat kontrasepsi dari dalam tasku tapi tidak mengatakan apa-apa atau bertanya padaku. Aku ke
"Apa Amanda mengenal Flin Dexter?" tanya Ardi ketika menemui Mona. "Ya, kemarin aku memperkenalkan mereka," Mona mengakui meski agak heran dengan kedatangan Ardi yang tiba-tiba dan langsung menanyakan Flin Dexter. "Kemarin, kapan tepatnya?" Ardi merasa harus memastikan karena kedengarannya memang benar-benar baru kali marin. "Minggu kemarin saat dia ingin bertemu untuk membahas masalah gedung untuk yayasan." Ardi langsung terdiam karena jelas jejak panggilan di ponsel Amanda sudah sejak beberapa bulan lalu. "Memangnya kenapa?" cukup normal jika Mona juga jadi penasaran ingin tahu. "Tidak, tidak ada apa-apa." Ardi buru-buru men
Kadang Amanda sering berkhayal jika saja Amanda memiliki kakak laki-laki atau perempuan mungkin dia bisa bercerita dan membagi bebannya jika sedang seperti ini. Tapi Amanda tidak memiliki siapa-siapa, selama ini satu-satunya sahabat terbaik yang selalu mendengarkannya hanya Ardi. Amanda kembali menghela napas dengan berat jika teringat lagi dengan suaminya. Amanda sudah menciptakan berbagai alsan untuk membohongi Ardi tiga hari ini hanya untuk menemui Dom. "Bunda apa hari ini kita akan ke tempat eyang?" tanya Sisi yang baru selesai mandi dan sarapan dengan pengurusnya. "Ya, sebentar lagi Bunda antar." "Kemari biar bunda benarkan dulu kuncir rambutmu." Amanda memanggil putrinya yang sudah berdiri di pintu. Amanda melepas ikatan ram
Setelah melihat Flin Dexter keluar dari mobilnya sebenarnya Mona sudah langsung ingin memberitahu Ardi dan segera bergegas mencari nomor Ardi di ponselnya, tapi setelah berpikir sebentar Mona justru tiba-tiba mengurungkan niat tersebut. Mona juga tidak bodoh meskipun dia tahu Amanda sudah mengkhianati Ardi tapi dia tidak boleh kalah pintar dari pasangan selingkuh itu. Berurusan dengan pria seperti Flin Dexter tentu bukan main-main, pria itu memiliki kekuasaan dan bisa berbuat apa saja untuk menutupi fakta. Tapi Mona adalah kakak perempuan dari empat adik laki-laki jadi jangan remehkan keberaniannya. Mona tetap keluar dari mobilnya utuk menemui sekretaris dari Flin Dexter. Mona langsung naik ke lantai dua puluh. Sekretaris cantik itu sudah menunggunya untuk menandatangani beberapa berkas atas pengalihan gedung yang kali ini diserahkan pada yayasan. Sementara wanita bersetelan rapi
Dom baru keluar dari bilik kamar mandi ketika melihat Amanda yang baru terisak dan menghapus air matanya buru-buru. "Kau mau ke mana?" tanya Dom melihat Amanda sudah kembali merapikan pakaian dan make-upnya aku harus segera pulang sebentar lagi suamiku datang. Amanda tidak menoleh pada Dom sama sekali dia hanya berusaha fokus ke depan cermin untuk merapikan pakaiannya. Dom mendekat hendak menangkap pinggang Amanda tapi Amanda sudah lebih dulu menghindar membiarkan tangan Dom luput dan cuma mendapatkan udara kosong. Dom samasekali tidak berkomentar, hanya menelan kekecewaannya sendiri. "Aku pulang ...," pamit Amanda sesegera pergi setelah menyambar tas dan kunci mobilnya yang tadi tergeletak di atas meja.