Langit sudah mulai kembali gelap, Evan duduk sediri di dek belakang kapal, memandang jauh kepermukaan air yang bergolak dan tanpa batas. Sudah tiga minggu Evan tidak melihat apa-apa selain perairan dan dia masih harus menjalaninya beberapa bulan lagi. Beberapa bulan dalam pikiran tidak tenang karena sadar jika jarak dirinya dan Amanda bukan hanya sebatas luasnya samudra.
Ketika pertama kali mengenal Amanda, Evan sadar jika mereka sudah sangat berbeda tapi gadis itu tetap membuat perasaanya terus tumbuh dan mengalir begitu saja hingga tiba-tiba telah jadi sesuatu yang memberatkan. Sejatinya Evan hanya laki-laki dan sudah banyak wanita yang berlalu datang dan pergi tapi tidak ada yang membuatnya risau seperti kali ini. Amanda masih sangat muda, labil, dan berani menjanjikannya sesuatu yang tidak bisa dia tolak. Jika sekarang Evan sendiri yang menelan racunnya sebenarnya itu juga karena sa
YUK VOTE YA
Amanda sedang menghadiri acara Amal yang diselenggarakan oleh yayasan milik ibunya dan diperkenalkan pada teman-teman sosialita sang ibu. Memiliki putri yang cantik juga akan selalu membuat seorang ibu bangga ketika membawanya kemana-mana. Sejak dulu sebenarnya Amanda memang sering ikut ibunya berkegiatan sosial tapi begitu beranjak remaja dia sudah mulai susah untuk diajak ikut serta. Amanda lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman seusianya. Meski demikian Amanda termasuk gadis yang patuh tidak terlalu bermasalah dalam pergaulan sampai dia mengenal teman laki-laki yang jauh lebih dewasa dan mulai membuatnya jadi liar serta suka berbohong. Penyakit paling mengerikan bagi orang tua manapun adalah ketika mengetahui anaknya mulai tidak terkendali. Apa lagi jika anak itu adalah anak tunggal, satu-satunya yang mereka miliki. Memiliki satu orang anak sebenarnya memang membua
Kebencian memang bisa sangat merubah seseorang hingga tega melakukan apa saja demi keinginannya entah itu dengan cara salah ataupun benar. Setiap orang pasti memiliki alasan untuk melakukan sesuatu dan pasti ada sejarah yang membuat seseorang bisa menjadi pribadi seperti apa. Setiap kejadian bukan hanya bisa merubah tabiat seseorang, tapi juga nasib, jodoh, cinta, dan kenangan. Pada akhirnya semua memang hanya akan menjadi kenangan meski entah kenangan mana yang akhirnya akan tersisa untuk diingat. Dari banyak kejadian sering kali cuma beberapa yang dapat membekas paling dalam. Perasaan Amanda untuk Evan, meski dia sudah tidak menemukannya lagi di mata seorang Dominic Rodriguez tapi sebenarnya ketika melihat pria itu meneteskan air mata dengan sisa napasnya yang tersendat Amanda pasti masih bisa melihatnya, melihat sedalam apa hati itu bisa bertahan dengan cinta dan kebenciannya. Amanda
Amanda segera berlari ke toilet dan benar-benar muntah. Perutnya seperti baru di hantam tinju dan jantungnya berdentam-dentam. "Apa kau sakit?" tanya ibu Amanda yang ikut mengejar dan bantu memijit-mijit tengkuk putrinya. Amanda kembali tersengal muntah hingga otot perutnya mengejang tapi tetap tidak mengeluarkan apa-apa dari mulutnya. "Biar ibu ambilkan air." Amanda juga langsung meneguk air yang baru diambilkan ibunya kemudian duduk sebentar untuk menenangkan diri dan mengambil napas. "Aku harus menjemput Sisi!" kata Amanda setelah sedikit tenang. "Biar ayahmu saja jika kau tidak sehat," cegah ibunya tapi Amanda tetap
DELAPAN TAHUN YANG LALU. Begitu sampai di rumah Amanda langsung dikurung oleh sang ayah, ibunya menangis, Amanda ikut menangis. Amanda juga sedih luar biasa ketika melihat ibunya yang baru dia tinggalkan selama satu minggu dan tiba-tiba usianya nampak seperti lima tahun lebih tua. "Maafkan Aku Ibu." Amanda menangis didalam pelukan ibunya. "Yang penting kau sudah pulang." "Ayah sangat marah." Bahkan Amanda masih kembali menggigil jika ingat kemarahan ayahnya. "Ibu akan bicara pada ayahmu, yang terpenting sekarang kau sudah pulang, sudah ada di tengah kami lagi." Ibu Amanda memeluk gadis itu lebih erat. "Kau pergi seperti ikut membawa nyawa kami berdua."
Amanda luar biasa lega karena huru-hara itu akhirnya bisa dia atasi. Amanda tahu jika dirinya dan Evan tidak akan pernah mendapatkan restu bila tidak memaksa seperti tadi. Faktanya Amanda memang tidak bisa mengabaikan orang tuanya dan tidak bisa melepaskan Evan, jadi menurutnya ini solusi terbaik meski kelihatanya Evan juga syok ketika tiba-tiba harus menikahinya. Sekarang Amanda hanya tinggal mendapatkan maaf dari orang tuanya dan membuat mereka mau menerima Evan. Amanda masih sangat yakin jika dia akan tetap di maafkan dan Evan bisa membuat hati orang tuanya luluh. Amanda segera menghempaskan kembali tubuhnya di atas ranjang dan meluruskan kakinya yang masih nyeri berdenyut-denyut. Evan ikut menyusul masuk dan masih berdiri menatap Amanda ketika menyapa, "Hai ...!" Amanda mengangkat kepalanya sedikit untuk dapat menatap
Evan membawa Amanda pergi ke luar Jawa ke tempat yang tidak ada seorangpun mengenali mereka. Dengan uang di tabungannya Evan menyewa sebuah rumah petak kecil untuk mereka tinggali berdua. Selain terkenal sebagai kota Minyak sebenarnya kota Balikpapan juga tempat yang nyaman untuk tinggal, tidak terlalu sesak seperti ibu kota dan penduduknya juga cukup ramah. Amanda terlihat bahagia dan Evan berharap dengan merantau dia juga akan mendapatkan pekerjaan baru karena Amanda tidak mau ditinggal berlayar hingga berbulan-bulan. Evan juga tidak akan tega meninggalkan Amanda sendirian di tempat dia tidak memiliki saudara atau teman. Jadi satu-satunya solusi Evan memang harus segera mendapatkan pekerjaan baru. Uang tabungannya akan segera habis dengan biaya hidup yang sangat tinggi di kota minyak tersebut. Satu minggu setelah mereka tiba di Balikpapan, Evan langsung coba menghubungi beberapa
MASA DEPAN "Itu sudah bukan pernikahan lagi sejak kau pergi meninggalkanku!" "Bukan kau yang memutuskan!" tegas Dom berulang kali. "Kau tetap istriku selama aku belum menceraikanmu, kau tidak bisa menikah dengan pria manapun!" "Kau tidak bisa datang dan pergi sesuka hatimu. Aku sudah bahagia dengan keluarga yang kumiliki sekarang." Amanda juga tidak mau mengalah dengan tuduhan Dom yang bisa seenaknya. "Semua orang berhak melanjutkan hidup, lepaskan aku!" Rasanya seperti ada sesuatu yang harus Dom telan dengan kaku dari tenggorokannya ketika mendengar Amanda bicara seperti itu. "Siapa ayahnya?" Dom tetap kembali pada pert
DELAPAN TAHUN YANG LALU Bukanya Evan tidak ingin kembali pada Amanda. Evan sedang berada di sebuah bandara internasional di Istambul Turki ketika tertangkap dengan satu kilogram heroin di dalam tasnya. Terlibat kejahatan di negeri asing sama halnya seperti masuk ke dalam lobang neraka. Evan langsung diseret ke dalam penjara paling keji tanpa pengadilan, tanpa hak kewarganegaraan dan tanpa bisa membela dirinya sendiri untuk apapun. Padahal Evan masih tidak tahu bagaimana bisa ada barang haram tersebut di dalam tas bagasinya. Evan benar-benar merasa sedang tertimpa bencana atau dijebak utuk dibuang ke neraka. Evan dikirim ke penjara paling keji di kepulauan Yunani. Dia tidak melihat apa-apa selain pulau karang dengan benteng tebal dan sebuah menara mercusuar yang siap menembakkan peluru ke kepala siapa saja yang berani kabur dari tempat