Ardi membiarkan putri mereka menginap di rumah ibunya beberapa hari agar Sisi tidak mengetahui masalah orang tuanya. Amanda dan Ardi sedang diliputi situasi mencekam tapi tetap harus terlihat seperti orang tua yang sempurna di depan putri mereka.
"Aku bisa menyuruh supir untuk mengantar jemput Sisi ke sekolah jika kau masih kurang enak badan."
"Tidak, apa-apa Mas aku bisa." Biasanya tugas Amanda memang cuma mengangar jemput Sisi kesekolah dan berkumpul dengan teman-teman arisan sosialita.
Amanda kembali merapikan ikatan rambutnya dan memulaskan sedikit perona wajah agar tidak terlalu pucat. Amand sangat cantik, wanita yang benar-benar membuat Ardi jatuh cinta sejak mereka masih remaja. Ardi hanya ingin membuat Amanda bahagia, memberikan apapun yang dia impikan bukan untuk ikut menderita menanggung hutang.
Ardi mengecup pipi Amanda. "Aku pergi kekantor dulu, jangan terlalu cemas, aku akan mengatasinya."
Bahkan tiap kali melihat punggung Ardi berangkat bekerja Amanda juga selalu ketakutan bagaimana jika suaminya sampai tidak kembali lagi. Amanda sudah sering mendengar berita mengerikan tentang kekejian para komplotan mafia yang seolah bisa meleyapkan siapa saja dan kejahatannya tidak pernah tersentuh hukum.
Beberapa hari ini Amanda juga sudah banyak mencari tahu informasi di internet mengenai Dominic Rodriguez, tidak ada biodata spesifik semua hanya tentang berita kekejihannya. Pria yang disebut juga tega mengambil organ tubuh manusia untuk pelunasan hutang. Amanda hanya bisa terus berdoa untuk keselamatan suami dan keluarga kecilnya.
Amanda segera merapikan pakaiannya karena harus menjemput putrinya dari sekolah. Amanda tidak boleh membuat gadis kecil itu tahu jika ibunya sudah menangis selama beberapa hari. Saat sampai di sekolah putrinya, Amanda tidak keluar dari mobil dia cuma menunggu di dalam mobil karena semakin paranoid. Keluarganya sedang terancam, tidak ada lagi ketenangan, tidak ada yang aman, ibarat telur di ujung tanduk, sesuatu yang mengerikan bisa tiba-tiba saja terjadi menimpa mereka.
Amanda buru-buru menghampiri Sisi begitu pintu gerbang sekolah di buka dan langsung membawa gadis kecil itu ke dalam mobi.
"Sisi mau pulang sama Bunda, Sisi bosan di rumah nenek, nenek gak mau ngajak jalan-jalan," rengek putrinya ketika baru masuk ke dalam mobil.
"Ya nanti Bunda ajak jalan-jalan, Sisi mau kita jalan ke mana?" tanya Amanda ketika membantu Sisi memasang sabuk pengaman.
"Aku mau minum boba, trus nonton sama Bunda."
"Bunda minta ijin ayah dulu kalau Sisi mau nonton."
Amanda segera mengirim pesan pada Ardi jika mereka akan pergi nonton dulu tidak langsung pulang. Amanda sedang menunggu balasan pesan dari Ardi saat tiba-tiba justru masuk sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Amanda segera membukanya dan seketika tangannya bergetar gugup.
[Apa kau mau membayar hutang suamimu?] bunyi pesan tersebut dan Amanda langsung menyimpan ponselnya ke dalam tas karena tidak berani melihatnya lagi.
Amanda sangat ketakutan, bagaimana mereka tiba-tiba bisa mengetahui nomor teleponnya dan Amanda jadi semakin paranoid. Insting seorang ibu akan selalu lebih peka dan waspada. Amanda segera melihat ke sekeliling kendaraan di sekitarnya yang rata-rata berkaca gelap. Amanda jadi merasa seperti sedang diikuti dan pikiran itu sangat mengerikan apa lagi dia sedang membawa anak-anak.
"Sepertinya lain kali saja kita nonton filmnya, tiba-tiba Bunda sakit perut," bohong Amanda sambil pura-pura meringis pada putrinya.
Amanda hanya ingin segera buru-buru pulang dan mengunci pintu rumah. Amanda benar-benar bisa gila jika sampai ada yang menyakiti putrinya. Memang tidak ada yang aman jika sudah berani berurusan dengan komplotan mafia, mereka juga tidak bisa kabur atau sembunyi di manapun untuk menghindar. Amanda mencengkram kemudi dengan kencang, berusaha untuk tetap fokus pada jalanan di depannya meski sedang kalut.
Begitu sampai di rumah Amanda sudah seperti orang yang kesetanan, dia segera mengunci pintu gerbang dan pintu rumahnya. Sebuah pesan kembali masuk dari nomor asing yang sama.
[Temui Dominic Rodriguez jika kau mau membayar hutang suamimu]
****
Hari sudah malam tapi Ardi belum juga pulang, Amanda sangat cemas karena ponsel Ardi mendadak tidak bisa dihubungi, pesan yang dikirim Amanda juga tidak masuk. Malam semakin larut, Amanda semakin gusar. Amanda seperti sedang menunggu tiap detik yang jadi semakin panjang serta mencekam, tiap detik yang bisa seketika berubah menjadi bencana. Berbagai bayangan mengerikan terus tumbuh berjejal di kepalanya. Tiba-tiba Amanda mendengar suara pintu gerbang yang bergeser dan dia segera terlonjak. Amanda melihat mobil Ardi. Amanda langsung bergegas turun dengan kelegaan yang luar biasa karena suaminya masih pulang."Oh Tuhan... apa yang terjadi?" Amanda langsung menangis ketika memeluk tubuh suaminya yang babak belur dengan rasa pilu.Wajah Ardi membengkak lebam dan hidungnya sedikit mimisan. Amanda menangis hingga mereka berdua bersimpuh di lantai untuk saling berpelukan. Malam ini suaminya memang masih pulang tapi bagaimana dengan besok dan besoknya lagi. Amanda sangat ketakutan memikirkann
[Ikuti instruksi kami dan jangan matikan ponselmu!]Amanda nekat menemui Dominic Rodriguez seorang diri. Amanda terus mengikuti instruksi dalam pesannya dan sampailah Amanda di depan sebuah rumah besar dengan pintu gerbang tinggi yang dijaga oleh pria-pria berbadan besar. Amanda merinding hingga berpikir mungkin dirinya tidak akan bisa kembali jika sudah masuk ke rumah tersebut tapi sudah kepalang tanggung. Pintu gerbang di depannya segera terbuka, semuanya sudah terlanjur. Amanda nekat membawa mobilnya masuk. Rumahnya sangat besar berhalaman luas dan banyak pengawal berkeliaran persis dalam film-film mafia.Amanda menghentikan mobilnya di halaman paving berbentuk lingkaran dengan kolam air mancur di tengahnya. Sebuah rumah bergaya Eropa klasik dengan pilar-pilar putih besar menjulang sampai ke lantai tiga. Rumah yang sangat besar dan megah tapi kesannya tetap mengerikan karena Amanda tahu apa tujuannya datang ke tempat tersebut. Amanda benar-benar sedang seperti kelinci bodoh yang mas
Dom bisa melihat sebuah kebencian yang begitu dalam dari tatapan wanita yang baru diantar masuk oleh seorang pengawalnya. Bagi Amanda pria itu memang sudah bukan lagi orang yang pernah ia kenal dulu, dia orang yang berbeda. Amanda juga tidak akan sudi lagi memanggil namanya."Jadi apa kau sudah berubah pikiran?" Tubuh Dom masih tidak bergeming ketika menatap Amanda yang kali ini sudah kembali berdiri di hadapannya tanpa pelu dia minta untuk datang.Amanda memang kembali nekat datang sendiri menemui Dom meski tahu pria itu sangat licik dan keji, pria yang telah memotong jari tangan suaminya. Dominic Rodriguez adalah pria tanpa hati yang juga bisa mengambil ginjal, jantung, dan organ tubuh apapun dari keluarganya tanpa sedikitpun rasa iba."Apa kau akan bersumpah untuk berhenti menggangg
Hati Amanda benar-benar Hancur menyaksikan tubuhnya sendiri yang sedang begitu terpampang di hadapan pria yang bukan suaminya, Amanda sangat mencintai suaminya dan seharusnya hanya Ardi yang boleh melihatnya seperti itu. Tubuh Amanda sudah tidak terbalut apa-apa dan sedang direntangkan dengan begitu terbuka untuk dipandangi dan sebentar lagi akan ikut dicicipi oleh lelaki lain. Amanda sangat jijik tapi tetap harus menjalani ini dan harus bisa mengubur dalam-dalam seluruh perasaannya. Walaupun Ardi tidak akan mengetahui perbuatanya tapi Amanda yakin jika rasa berdosanya tetap akan ikut menggelayuti seumur hidup. Dia adalah seorang istri dan seorang ibu yang sedang seperti tidak memiliki harga diri, hal itulah yang sekarang paling membuat Amanda jijik dengan perbuatanya. Dominic Rodriguez hampir satu setengah kali lebih besar dari Ardi, punggungnya lebar dan tebal, otot lenganya sedang m
Ternyata Dom memang membiarkan Amanda pergi dan tidak menyuruh seorang pengawalpun utuk menghalanginya. Beberapa pengawal berbadan tegap yang berjaga di beberapa pintu itu juga hanya menatap Amanda dari ujung kepala sampai ujung kaki. Amanda sadar sudah jadi seperti apa penampilannya setelah perlakuan Dom tadi. Siapapun akan bisa langsun melihat jika dirinya baru selesai disetubuhi dan masih berantakan, bahkan Amanda baru sadar jika salah mengancingkan kemejanya yang tinggi sebelah. Amanda tidak perduli rasa malunya sudah lenyap di hadapan mereka semua, dia terus berjalan seperti patung hidup dan hanya ingin segera keluar dari tempat terkutuk itu.Mobil Amanda masih terparkir di halaman dan bersyukur mesinya masih berfungsi dengan benar tanpa ada yang mengganggu. Pintu gerbang besar itu juga segera dibuka untuknya, walaupun Amanda tetap akan menabraknya jika sampai tidak dibuka. Begitu k
Tiga hari setelah Amanda menemui Dom, dia masih harus rutin meminum kembali pil KB-nya diam-diam tanpa sepengetahuan Ardi. Walaupun perbuatannya tidak ketahuan tapi rasa bersalah dan kotor itu tetap tidak bisa Amanda singkirkan begitu saja. Amanda jadi takut untuk disentuh oleh suaminya sendiri karena rasanya seperti ada yang sedang berjalan tidak benar. Sudah beberapa malam Amanda selalu pergi tidur lebih dulu untuk menghindari suaminya. "Kau sudah bersih?" Ardi menyusul dan merabanya. Biasanya Ardi memang akan langsung memeriksa seperti itu dan jelas Amanda sudah tidak memakai pembalut. Ardi menggeser pinggulnya utuk lebih terbuka dan merapat. Amanda paham jika suaminya sudah sangat ingin setelah empat hari mereka tidak berhubungan intim. Biasanya Ardi hanya tahan dua
Amanda sudah sama sekali tidak tenang begitu mendekati tanggal satu, dia tidak bisa duduk atau berdiri dengan jenak lagi. Ujung jari telunjuknya yang bercat kuku merah cantik terlihat mengetuk-ngetuk gelisah pada tepian gelas koktail kristal yang sudah hampir dua jam baru dia minum setengahnya. Amanda sedang berkumpul bersama keluarga besar Ardi, hari ini ibu mertuanya sedang berulang tahun. Semua saudara Aldi dan iparnya juga sedang berkumpul bahkan yang tinggal dari luar negeri juga datang. Ini adalah kali pertama Amanda dan Ardi berkumpul dengan keluarga besar setelah masalah pelik mereka dan Ardi yang kehilangan satu ruas jari kelingkingnya. Tentu hal tersebut juga tidak luput menjadi pertanyaan di tengah saudara-saudaranya. Ardi berbohong jika Jarinya terkena gerinda. Meski terdengar agak janggal karena Ardi bukan tipe orang yang akan berurusan dengan alat pertukangan tapi mereka semua pilih percaya saja walaupun setelah itu tatapan mereka jadi aneh. Amanda merasa sanga
Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda kembali datang menemui Dom. Kali ini Amanda langsung dipersilahkan masuk tanpa diantar pengawal. Ketika Amanda tiba Dom terlihat sedang bicara dengan dua orang anak buahnya dan langsung dia perintah untuk pergi begitu melihat Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu. Amanda sempat berpapasan dengan dua orang pria bertubuh tinggi besar itu ketika mereka keluar. Diam-diam Amanda mulai menghapal masing-masing wajah yang dia temui di rumah tersebut. Amanda tidak mau kecolongan dan tidak akan tinggal diam jika ada salah satu dari mereka yang berani berkeliaran di sekitar putrinya. "Senang melihatmu datang tepat waktu," sambut Dom dengan seringai kesombongannya yang tidak terbaca. Entah dia benar-benar senang atau untuk sekedar mengejek. Amanda tetap berjalan mendekati pria tinggi besar itu tanpa rasa gentar meski wajarnya dia takut karena tatapannya sama sekali tidak ramah. "Jika ini hutang aku ingin ada perhitungannya!" t