Share

BAB 5 DOMINIC RODRIGUEZ

[Ikuti instruksi kami dan jangan matikan ponselmu!]

Amanda nekat menemui Dominic Rodriguez seorang diri. Amanda terus mengikuti instruksi dalam pesannya dan sampailah Amanda di depan sebuah rumah besar dengan pintu gerbang tinggi yang dijaga oleh pria-pria berbadan besar. Amanda merinding hingga berpikir mungkin dirinya tidak akan bisa kembali jika sudah masuk ke rumah tersebut tapi sudah kepalang tanggung. Pintu gerbang di depannya segera terbuka, semuanya sudah terlanjur. Amanda nekat membawa mobilnya masuk. Rumahnya sangat besar berhalaman luas dan banyak pengawal berkeliaran persis dalam film-film mafia.

Amanda menghentikan mobilnya di halaman paving berbentuk lingkaran dengan kolam air mancur di tengahnya. Sebuah rumah bergaya Eropa klasik dengan pilar-pilar putih besar menjulang sampai ke lantai tiga. Rumah yang sangat besar dan megah tapi kesannya tetap mengerikan karena Amanda tahu apa tujuannya datang ke tempat tersebut. Amanda benar-benar sedang seperti kelinci bodoh yang masuk ke kandang singa utuk dikunyah mentah-mentah. Tidak ada yang menjamin orang-orang seperti itu akan bermain adil atau akan menghiraukan nyawanya.

Seorang pria berbadan tinggi besar langsung menghampiri Amanda.

"Ikut denganku!"

Sama sekali bukan pria yang ramah. Amanda berjalan mengekor di belakang pria berpakain serba hitam itu sambil terus melihat ke sekeliling.

Amanda diajak melalui sayap kiri bangunan kemudian berputar. Ternyata bangunan tersebut menyerupai huruf U dengan kolam renang sangat luas di tengahnya. Beberapa wanita cantik super seksi terlihat cuma memakai bikini untuk menemani  para pria yang sedang berjemur di tepi kolam. Amanda kembali merinding.

Ada beberapa pria asing berkulit putih dan sebagian berkulit hitam dengan tubuh besar seperti bongkahan beton. Mereka juga ikut memperhatikan Amanda yang sedang melintas.

Telapak tangan Amanda terus berkeringat dan jantungnya berdegup kencang. Amanda benar-benar merasa dirinya bisa ditelan begitu saja tapa rasa iba karena nampaknya memang tidak ada orang yang bertubuh kecil di tempat tersebut. Amanda semakin penasaran kira-kira seperti apa wujud Dominic Rodriguez, jika melihat namanya sepertinya dia juga pria asing dan mungkin juga berkulit hitam. Amanda memang sudah sempat browsing di internet mengenai Dominic Rodriguez tapi semua infonya sangat gelap tidak ada yang menyertakan foto atau biodata kecuali cuma isu rekor kejahatannya yang mengerikan.

Amanda dibawa masuk ke dalam ruangan berpintu besar, ruangannya sangat luas dan terlihat lengang. Ada tangga marmer melengkung sampai ke lantai dua, Amanda diajak naik melalui tangga tersebut tanpa berani bersuara atau menanyakan apapun. Amanda hanya pasrah entah akan dibawa ke mana dan diapakan saja asal mereka tidak akan menganggu keluarganya lagi.

Mereka melalui lorong dengan banyak pintu-pintu di masing-masing sisinya dan terus berjalan sampai di pintu paling ujung. Pintu yang paling besar dan berkusen tinggi.

"Masuklah !" Pria tinggi besar itu berhenti di depan daun pintu yang masih tertutup, menyuruh Amanda untuk masuk sendiri.

Amanda segera memutar handel pitu sambil terus berdoa semoga dirinya masih bisa keluar dari pintu itu lagi. Telapak tangan berkeringat dingin dan jantungnya berdegup kencang.

Ternyata di dalam juga ada pengawal yang tidak kalah seram. Pengawal itu langsung menarik lengan Amanda untuk dia dorong ke depan bosnya. Seorang pria berpostur tinggi besar terlihat sedang berdiri menghadap ke luar jendela, nampak mengerikan meskipun Amanda cuma baru melihat punggungnya dari sisi belakang.

"Ini wanitanya Dom!"

Amanda luarbiasa tegang tapi juga sekaligus penasaran, akhirnya dia bertemu dengan seorang Dominic Rodriguez. Pria itu langsung berpaling  untuk menatap Amanda.

 "Mustahil ... "gumam Amanda yang langsung mengenalinya dengan yakin karena garis wajahnya tetap tidak banyak berubah meski sebuah goresan melintang terlihat menghiasi pelipisnya hingga ke bawah sudut mata. Sebuah bekas luka yang sangat mengerikan tapi Amanda masih mengenalinya.

Sepertinya Dom juga terkejut ketika melihat Amanda.

"Amanda ... "

Suaranya juga masih persis sama. Amanda yang sempat sesak segera kembali manarik napas kuat-kuat untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Dadanya berdegup semakin kencang dan telapak tangannya yang tadi berkeringat dingin kali ini terasa kebas hanya dengan manatap pria tinggi besar di hadapannya.

"Sebuah kejutan!" Pria itu memiringkan senyumnya yang terlihat janggal ketika balas meneliti Amanda dari ujung kepala sampai ujung kaki dan Amanda merinding hanya dengan diawasi seperti itu.

"Aku datang untuk kebebasan suamiku, mereka bilang aku bisa menemuimu." Amanda segera ingat dengan apa tujuannya datang ke tempat itu. "Tolong bebaskan suamiku." Amanda terus memberanikan tekatnya untuk meminta.

Dom masih belum bergeming kecuali hanya memperhatikan Amanda dengan kejeliannya yang tidak terbaca. Yang Amanda rasakan sekarang hanya takut, sangat takut hanya untuk sekedar balas menatapnya.

"Tolong bebaskan kami." Tubuh Amanda masih bergetar tapi dia rela memohon dan berlutut demi mengharap belas kasihan dari orang yang pernah dia kenal meski Amanda masih tidak tahu hal seperti apa yang telah merubahnya jadi seperti itu.

"Semua hutang tetap harus dibayar!" tegas Dom, suara baritonnya terdengar tenang tapi dingin.

"Mustahil kami bisa membayar sebanyak itu dalam satu minggu," Amanda masih berusaha memohon. "Tolong jangan sakiti suamiku." Mata Amanda mulai berkaca-kaca dengan harapan sebuah belas kasihan sedikit saja untuk hidup suaminya.

"Semua hutang ada perhitungannya, tidak bisa diselesaikan hanya dengan berlutut dan air mata!" suaranya masih sangat dingin dan nyaris tidak ada ekspresi kebajikan sama sekali untuk sebuah belas kasihan.

"Kau memerasnya!" Kali ini Amanda kembali berdiri untuk balas menatap pria di depannya dengan berani karena sadar memohon belas kasihan akan percuma.

"Aku bekerja profesional, siapapun mengunakan jasaku harus membayar."

"Kalian tidak masuk akal!"

"Harganya sebanding dengan nyawa dan layak dibayar dengan apapun!"

Dom memperhatikan tubuh Amanda. Amanda seketika merinding diperhatikan seperti itu.

"Layani aku!"

Amanda makin tercengang karena sama sekali tidak percaya bakal mendengar ucapan seperti itu bisa keluar dari mulut pria di hadapannya.

"Layani aku seperti kau melayani suamimu!"

"Mustahil!" tolak Amanda.

"Aku hanya memberimu kesempatan yang mudah untuk membayar karena kau sudah memohon dan seharusnya tidak sulit karena aku yakin kau juga masih ingat caranya." Seringai pria itu terlihat sinis meremehkan.

Amanda baru sadar jika dia pria yang memang sudah berbeda, meskipun wajahnya masih persis sama tapi perangainya sudah sangat berubah.

"Kau membuatku jijik!"

"Mamang apa tujuanmu kemari?" Dom masih mempertahankan suara tenangnya untuk tidak perduli.

"Aku adalah seorang istri dan aku tidak akan mengkhianati suamiku!" tegas Amanda. "Aku kemari karena aku mencintai suamiku!"

Dom berhenti untuk memperhatikan Amanda sekali lagi, memperhatikan  dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Semua tergantung padamu!"

"Jangan kira kau bisa memerasku dengan pekerjaan kotormu!" tegas Amanda.

"Aku tidak menjual barang kharam. Aku memberi perlindungan pada siapa yang membutuhkan dan pastinya bayarannya juga tidak murah jika urusannya tentang nyawa." Dom melangkah maju untuk mendekati Amanda. "Suamimu berani mengunakan jasa kami dan tidak sanggup membayar. Dia bisa membayar dengan apa saja, termasuk dengan tubuh istrinya!"

Dom mencekal dagu Amanda dan wanita itu langsung menepisnya.

"Jangan pikir kau bisa menindasku!" bibir Amanda mulai berdesis kaku, semakin berani untuk menatap Dominic Rodriguez. "Silahkan bunuh aku sekalian, karena aku juga akan ikut mati bersamanya!"

Amanda segera berpaling pergi dan masih tidak percaya akan berada dalam situasi seperti ini. Bagaimanapun Amanda juga belum lupa dengan pria yang bahkan kali ini telah mengubah namanya menjadi orang asing. Amanda yakin jika Ardi pasti tidak tahu bila Dominic Rodriguez adalah orang yang  sebenarnya sudah sama-sama mereka kenal.

Seorang pengawal bertubuh besar menghalangi Amanda tepat di depan pintu.

"Biarkan saja dia pergi!" ucap Dom.

Amanda tidak lagi menoleh dan langsung pergi mengabaikan pria-pria bertubuh besar yang sebenarnya masih membuat Amanda merinding ngeri, tapi ternyata mereka membiarkannya keluar dan membukakan gerbang.

Amanda sampai di rumah lebih dulu sebelum Ardi pulang. Amanda segera pergi berendam untuk menenangkan diri karena pertemuan kembali seperti tadi sebenarnya juga sama sekali tidak mudah bagi Amanda. Amanda tidak ingin kembali menggali masa lalu, semua orang pernah melakukan kebodohan termasuk dirinya. Sekarang Amanda telah memiliki keluarga kecil dengan pernikahan yang bahagia, Amanda tida akan rela membiarkan semua itu hancur. Ardi tetap mau menerima Amanda apa adanya dan menjadi suami yang mencintainya tanpa cela, apapun yang Amanda lakukan demi pria itu akan sepadan.

 Amanda mengirim pesan pada Ardi untuk menjemput putri mereka tapi sampai malam pesan Amanda belum juga dibalas oleh Ardi. Amanda terus menunggu sampai larut malam dan bersumpah tidak akan tinggal diam jika anak buah Dom sampai kembali berani menyakiti Ardi.

Akhirnya Ardi pulang hampir jam dua belas malam. Amanda segera bergegas turun untuk menyambutnya. Ardi terlihat baik-baik saja sampai kemudian Amanda sadar dengan perban di jari kelingkingnya yang hilang satu ruas.

"Oh ...!" Lutut Amanda seketika lemas sampai Ardi harus segera memeluknya agar tidak runtuh.

"Aku tidak apa-apa," bisik Ardi tapi Amanda tetap menggeleng di dadanya dengan air mata Amanda telah mengalir deras.

"Aku tidak apa-apa, Amanda."

[Besok mungkin kami akan mengambil ginjalnya] sebuah pesan masuk ke ponsel Amanda.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Rusmi Yati
seru ceritax...
goodnovel comment avatar
Imar Imar
merinding banget
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
masa lalu kembali dinyatakan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status