Share

BAB 4 ANCAMAN

Hari sudah malam tapi Ardi belum juga pulang, Amanda sangat cemas karena ponsel Ardi mendadak tidak bisa dihubungi, pesan yang dikirim Amanda juga tidak masuk. Malam semakin larut, Amanda semakin gusar. Amanda seperti sedang menunggu tiap detik yang jadi semakin panjang serta mencekam, tiap detik yang bisa seketika berubah menjadi bencana. Berbagai bayangan mengerikan terus tumbuh berjejal di kepalanya.

 Tiba-tiba Amanda mendengar suara pintu gerbang yang bergeser dan dia segera terlonjak. Amanda melihat mobil Ardi.  Amanda langsung bergegas turun dengan kelegaan yang luar biasa karena suaminya masih pulang.

"Oh Tuhan... apa yang terjadi?" Amanda langsung menangis ketika memeluk tubuh suaminya yang babak belur dengan rasa pilu.

Wajah Ardi membengkak lebam dan hidungnya sedikit mimisan. Amanda menangis hingga mereka berdua bersimpuh di lantai untuk saling berpelukan. Malam ini suaminya memang masih pulang tapi bagaimana dengan besok dan besoknya lagi. Amanda sangat ketakutan memikirkannya. Mereka benar-benar seperti kelinci yang sedang disiksa pelan-pelan tanpa bisa melawan untuk menunggu eksekusi.

Amanda mengambil kantong es batu untuk mengompres rahang suaminya yang membengkak dan sisi hidungnya yang masih sedikit mengucurkan darah. Amanda tidak ingin menangis tapi air matanya terus bercucuran tanpa bisa dia hentikan. Ardi juga sangat pedih karena membuat wanita yang dia cintai jadi seperti ini, tapi mereka benar-benar tidak berdaya.

"Apa kita harus ke dokter?" Amanda benar-benar cemas tapi Ardi menggeleng.

"Aku harus melunasi semuanya akhir pekan ini, kau dan Sisi bisa pergi ketempat yang lebih aman dulu," saran Ardi tapi Amanda terus menggeleng dan makin menangis.

"Kita hanya akan pergi bersama, Mas."

Ardi dan Amanda sudah bersama sejak masih anak-anak dan selalu bersama di bangku sekolah sampai mereka akhirnya menikah. Amanda tidak akan ke mana-mana tanpa suaminya. Memang tidak pernah ada yang tahu bagaimana sebuah bencana bisa tiba-tiba menimpa sebuah keluarga yang semula damai. Banyak keluarga hancur karena masalah ekonomi atau orang ketiga tapi sedikit yang bernasib seperti mereka.

"Aku juga tidak ingin berpisah dengan kalian tapi jika itu bisa menyelamatkan kalian, pergilah Amanda, pergi dan bawa putri kita sejauh mungkin."

"Tidak, aku tidak mau!"

Amanda tetap bersikeras tidak mau jika Ardi menyuruhnya pergi sendiri. Amanda juga tidak berani bercerita jika tadi siang dia mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal.

Amanda bantu melepas kemeja Ardi yang kotor dan sedikit koyak di bahunya. Suaminya benar-benar dipukuli seperti binatang, bekas lebam kebiruan di punggung dan di dada Ardi membuat Amanda sangat takut, air matanya terus berderai melihat pria yang dia cintai mendapatkan perlakuan seperti itu. Amanda tidak rela dan tidak terima tapi apa yang bisa dia perbuat, bahkan mereka tidak bisa kabur ke manapun untuk menyelamatkan diri.

"Jika sampai terjadi sesuatu padamu aku juga akan ikut bersamamu, Mas." Pelan-pelan Amanda mencium sisi bibir suaminya yang lebam.

Ardi tidak sanggup bicara, dia sangat mencintai Amanda melebihi nyawanya sendiri, tapi Amanda juga tidak mau pergi darinya. Dalam kepedihan yang tak teratasi Ardi hanya bisa membawa wanitanya bercinta. Semalaman mereka bercinta sambil menangis tapi tetap tidak ingin saling berpisah.  Jika hanya itu sisa kebahagian yang mereka punya paling tidak bagian itu tidak akan ada yang bisa merampasnya.

*****

Hari masih pagi ketika Amanda bangun lebih dulu, Ardi masih tidur saat Amanda menciumnya.

"Mas, aku kan antar Sisi ke rumah ibu."

Ardi mendengarkan tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Semalam mereka juga sudah membahas hal ini. Amanda tidak mau putri mereka sampai melihat ayahnya yang babak belur.

"Mas istirahat saja dulu nanti aku pulang sekalian membeli makanan."

Amanda juga sudah meliburkan para pengurus rumahnya termasuk supir dan juru masak. Amanda tidak mau terlihat seperti ini di depan siapapun. Amanda mengantongi ponselnya ketika masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan sekarang Amanda takut untuk membuka ponsel di depan Ardi. Begitu menutup pintu Amanda segera memeriksa semua pesan masuk dan lagi-lagi sebuah pesan dari nomor asing yang telah di kirim sejak tadi malam.

[JANGAN ABAIKAN PESANKU!] bunyi pesan yang ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru layaknya peringatan keras.

Amanda sampai ingin langsung membuang ponselnya ke tempat sampah karena tidak mau terus diteror. Tapi Amanda yakin para mafia itu juga tidak akan berhenti hanya dengan diabaikan. Tadi malam Ardi dipukuli hanya karena Amanda mengabaikan pesan, lain kali bisa jadi suaminya benar-benar tidak akan pulang lagi. Komplotan Mafia bisa berbuat apa saja dan nyawa manusia cuma dianggap hal sepele.

[Apa maumu] balas Amanda karena sudah tidak tahan.

[Temui Dominic Rodriguez jika kau ingin menyelesaikan hutang suamimu!]

Amanda terkejut karena pesannya juga langsung dibalas. Amanda masih tercengang syok di depan cermin kamar mandi menatap wajahnya sendiri yang pucat tanpa aliran darah. Tentu Amanda tidak bodoh, dia tahu apa yang mereka inginkan. Selain menjual organ tubuh manusia, orang-orang seperti mereka pasti juga biasa memperjual belikan wanita.

Tapi siapa yang bisa menduga kekuatan seorang wanita ketika harus menjadi seorang istri dan seorang ibu, apapun bisa dia terjang. Selesai mengantar Sisi ke sekolah Amanda melihat lagi pesan di ponselnya dan segera mengetik pesan.

[Di mana aku bisa bertemu dengannya?]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
fitnah membuat segalanya rumit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status