Share

# 3

Bangun dengan kepala seperti menyunggi karung berton-ton, dan perut di putar mesin molen dengan kecepatan penuh. Tatu mencoba mengangkat tubuhnya, mengirim perintah pada saraf motoriknya untuk bisa menggerakkan badan. Dia butuh ke kamar mandi, dia harus memuntahkan sesuatu. Dan ternyata, Tuhan masih berbaik hati. Ia bisa menegakkan badan dan berdiri, berjalan walau sempoyongan dan memuntahkan semua isi perutnya. 

Rasa pahit menjalar dari ujung lidah hingga tenggorokan. Duduk di atas closet dengan lemas setelah menyiram hingga bersih, tenaganya seperti tercabut dan tak bersisa. Dengan sebelah tangannya di bantu tangan lainnya, mencoba melepaskan kaos yang menempel di tubuhnya. Bersuka ria dengan keberhasilan dua anggota tubuh melepaskan benda yang menjadi korban muntahannya. 

Melemparkan pada ujung ruangan sempit berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi. Kembali mengayunkan tangan kurusnya demi menjangkau gagang shower, memutar kran pada posisi penuh. Ia butuh menghilangkan kenangan-kenangan memuakkan dengan Josh dan sisa muntahan pada tubuhnya. Ketololan pria itu yang dulu sempat membuatnya Ilfeel,  juga membuatnya terhibur secara bersamaan.

Selesai dengan ritual mandi bebeknya, Tatu segera  keluar dari kamar mandi. Memasukkan baju kotor pada mesin cuci, lalu memakai baju. Menyalakan termos elektrik, sembari mengusap rambut dengan handuk. Dengan tenaga yang tersisa dan kepala masih berdentam hebat. Tatu membuat teh hangat juga menggoreng empat buah nugget yang tersisa di kulkas mininya untuk sarapan. Sungguh miris keadaanya pagi itu.

Pulang dari apartemen Josh nyaris lewat tengah malam, dan malah berkubang dalam tangis membuatnya lupa memberi makan calon anak yang mungkin masih berproses menjadi janin. Tatu butuh sarapan lalu tidur lagi, berdoa tidak memuntahkan hasil bersusah- payahnya pagi ini.

Ia sedang mengunyah nugget terakhirnya saat pintu diketuk, dengan tidak bersemangat, Tatu berdiri memutar kuci sebelum membukanya. Belum sempat pintu sepenuhnya terbuka, pria yang seharusnya ia hindari menerobos masuk, menahan tangan Tatu dan memutar kunci mencabutnya dan memasukkan pada saku celananya. 

“Apa, yang kau lakukan Josh?” desis Tatu dengan memelototkan matanya. Menyandarkan tubuh pada tembok di belakangnya.  Cekalan Josh pada pergelangan tangannya membuat Tatu meringis.  Josh yang paham melepaskan dengan pelan. Tatu menatap pria yang berdiri beberapa jengkal di depannya dengan garang.

Hunny, we need to talk,” ucap Josh, mengangsurkan tangan kanannya. Namun Tatu menangkisnya, ia enggan bersentuhan dengan Josh. Ia bersumpah tidak akan menyentuh pria itu lagi. Anggap saja tadi bonus, karena Josh yang menyentuh tangannya terlebih dahulu.

“Ngomong sama tembok, sana! Waktumu sudah habis!” sembur Tatu, memalingkan wajahnya menatap dapur yang berantakan karena ulahnya tadi.

Lovely, please.” mohon Josh, dia tidak bisa memejamkan mata semalaman. Menyusul Tatu yang berlari keluar, tapi tidak dapat ia temukan di manapun. Ponsel perempuan itu juga tidak aktif. Dia berpikir keras, Tatu selalu meminum pilnya, dan hubungan mereka sudah hampir tiga tahun. Dan frekuensi bercinta mereka? Jangan ditanyakan, nanti mereka akan malu.

Namun, kenapa baru sekarang masa subur Tatu datang? Josh tidak bisa memecahkan masalah itu, ia harus membawa Tatu ke dokter. Ia takut dokter hanya mengakali tentang penyakit Tatu. Karena yang ia tahu, Tatu merasa dia akan sulit mempunyai keturunan.

We need to go to the doctor,” ucap Josh lagi, Tatu memutar bola matanya lagi.

“Ga, usah sok ga bisa Bahasa. Dan ga perlu ke dokter, kamu masih ragu kalau aku memang hamil?” seloroh Tatu galak. Josh menghela napas, menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan nyengir keki.

"Bukan, bukan itu maksud aku. Kita periksa penyakit yang pernah kamu derita. Supaya kita bisa lebih yakin apakah kehamilanmu berbahaya atau tidak," Josh memberi alasan yang masuk akal, supaya Tatu mengerti.

"Kehamilanku tidak ada hubungannya dengan penyakitku Josh, kamu ingin bukti?" sambar Tatu, ia bergeser dan tetap waspada. Tak ingin kecolongan Josh menubruknya, ia buka laci meja belajar di sampingnya. 

Meraup stik testpack yang jumlahnya pasti akan membuat orang tercengang, dengan cepat melempar ke arah Josh, ” Itu buktinya! Kurang banyak?” tantang Tatu. Josh melongo melihat banyaknya stik test pack yang dipakai Tatu, ia berjongkok mengambil beberapa, memandangi tebaran test pack yang semua bergaris dua dan terlihat jelas.

“Berapa kali kamu melakukan test, Hunny?” tanya Josh, dengan raut wajah tidak percaya.

“Hitung aja sendiri,” ketus Tatu, masih tidak mau memandang wajah Josh, jujur dia merasa ngantuk dan jengkel secara bersamaan juga masih lapar.

Ia ingin tidur, tapi bagaimana caranya mengusir Josh, kunci saja dia kantongin. Yang ada kalau mengatakan pada orang itu ingin tidur, malah dia yang ditiduri. Tatu mengacak rambutnya. Ingin sekali Tatu menendang pria yang sedang memunguti puluhan test pack murahan merk satumed yang tercecer di lantai.

“Ini sudah lebih dari 30 test pack, Hunny. Apa kamu melakukan test setiap hari, selama 30 hari lebih?” tanya Josh polos. Tatu mengusap wajahnya dengan kasar. Kok bisa, sih, pria ini jadi pengacara. 

“Perlu aku jawab?” lirik Tatu sengit, ekspresi Tatu membuat Josh gemas. Ia sudah merindukan wanita di depannya itu, SANGAT! Tapi keadaan seperti ini, ia tidak boleh gegabah. Josh mengahiskan waktu gundahnya tadi malam dengan membaca artikelseputar kehamilan, wanita hamil tidak boleh emosi dan stress. Josh lalu memikirkan ucapannya kepada Tatu malam tadi. Ia tahu sudah melukai kekasihnya, dan dia memang belum merasa yakin untuk menikah. Akan tetapi dia tidak akan lari dari tanggung jawab.

Please, kita perlu ke dokter. Aku ingin memastikan kamu dan bayi kita sehat, okay?” bujuk Josh setengah memohon. Tuh ‘kan, Josh itu kadang manis, tapi seringnya ngeselin. 

“Josh, bisakah kau pergi saja? Aku hanya ingin istirahat saat ini. Aku tidak ingin melihatmu. Tolong … “ ucap Tatu lirih. Hanya sarapan nugget dan teh, tapi harus berdebat dengan beruang Irlandia membuat badannya kian melemah.

“Tapi berjanjilah, besok aku akan datang dan kita pergi ke dokter, mengerti?” titah Josh dengan nada mengancam.  Josh mengedarkan pandangannya, kamar yang beberapa kali ia kunjungi itu terlihat kacau. Mendesah prihatin, ia kembali menatap Tatu yang masih memalingkan muka. Wajah cantiknya terlihat kuyu dan pucat.

“Istirahatlah, aku akan membereskan kamarmu. Setelah itu aku akan pulang,” perintah Josh memang sangat menggiurkan, tapi ia masih tak sudi berlama-lama dengan pria itu. Josh kembali mengulurkan tangannya, tapi Tatu tetap enggan. Josh  akhirnya mengalah, berjalan ke arah dapur mungil di ujung ruangan dekat dengan kamar mandi. Dan mulai membereskan kekacauan yanga ada. Tatu berjalan mendekati ranjangnya. Bersyukur, tempat itu dalam keadaan sudah ia rapikan.

Mencoba merebahkan badannya, kepalanya masih berat dan pening. Ia sengaja menghadap ke arah tembok. Tak ingin melihat aktifitas yang Josh lakukan. Dia akan membebaskan pria itu. Yang terpenting bagi Tatu adalah mengistirahatkan badannya, untuk saat ini.

Tatu baru akan terlelap, saat terdengar bunyi benda jatuh dan umpatan dengan bahasa Inggris yang nyaring. Tentu saja Tatu terkejut, ia spontan mendudukkan badannya. Menatap ke arah di mana  sumber suara. Ternyata Josh terpeleset dan terpelanting, 

“Ta! … Tatu! … kamu ga apa-apa!?” ketukan dan teriakan dari luar kamar membuat Tatu panik, ia beranjak dari ranjangnya. Mendekati Josh meminta kunci.

“Sini kuncinya … “ pinta tatu dengan berbisik. Josh yang masih terduduk di lantai merogoh saku celananya.

Kiss me, please! and i give you the key,” Josh memanyunkan bibirnya, Tatu berdecak memukul bibir Josh dan merebut kunci dari tangan bule itu.

“Masuk ke kamar mandi, cepetan!” perintah Tatu dengan melotot.

“Ta! … kamu di dalam kan? Ada suara cowok sih … “ Tatu  memandang ke arah kamar mandi dengan panik.

“Ta, buka pintunya!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Siapa yg datang menggedor pintu?
goodnovel comment avatar
Humaira Zidny
ktanya mau tnggung jwb, yg gentle man dong Josh nikahin Tatu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status