Share

# 2

Author: Rezquila
last update Huling Na-update: 2021-11-23 21:42:26

     Menghempaskan tubuh pada kasur queensize di kamar kost. Air mata Tatu kembali merebak, hampir tiga tahun hubungan mereka. Tatu kira cinta Josh begitu besar untuknya. Namun hari ini ia tersadar, Josh hanya menginginkan tubuhnya, menjadikan ia budak nafsu pria itu selama ini. Membenamkan wajahnya pada bantal, ia berteriak lantang dan menangis tergugu.

     Pada awalnya Tatu tidak menyukai pria bule yang kelihatan sangat playboy itu walau desiran sering ia rasakan saat bersentuhan dengannya. Namun ternyata pesona Josh mampu meluluh lantakkan hatinya. Terkenang pertemuan pertama dengan Josh, hampir tiga tahun lalu di rumah sahabatnya Lara.

3 tahun lalu di kediaman keluarga Lara,

Saat ini Lara sedang mengadakan syukuran ulang tahun Gary. Tatu datang membawa beberapa kotak kembang api untuk Gendhis dan untuk memeriahkan juga menebus kesalahan bule teman Gary beberapa waktu lalu ketika acara Aqiqahan dan sukuran untuk kese mbuhan Lara. Tatu baru saja turun dari taksi online yang mengantarnya.

“Hai! apa itu?” tanya sesosok pria bule dengan rambut tembaga, mendekati Tatu yang kesusahan membawa beberapa kantong berisi kado dan kotak kembang api. 'Huft dia lagi,' Batin Tatu tak suka. Kata Lara Joshua itu playboy, dari lagaknya ketika pertama bertemu saja sudah sangat menjengkelkan. Dan dia tak suka.

“Hai! ini kado untuk dua ponakanku, dan ini kembang api untuk nanti malam juga Gendhis, kau lupa pernah salah membelikan,” jawab Tatu mencoba ramah, menghentikan langkahnya tepat di undakan bawah menuju teras. Ia baru bertemu dengan bule yang kemungkinan adalah saudara Pak Gary, suami Lara.

“Boleh, aku bantu? Sepertinya itu berat,” tawar pria asing itu, dan melanjutkan langkahnya turun hingga satu undakan di atas Tatu. Iris keabu-abuan pria itu menatap lekat ke wajah Tatu yang tampak manis dengan make up natural. Ya, Tatu adalah wanita yang menyukai sesuatu yang simple dan anti ribet.

Cukup sunscreen, pelembab, sedikit bedak dan lip tint. Ia tak menyukai mascara yang menurutnya akan membuat susah membuka mata. Dan jangan tanyakan pensil alis, dia dan sahabatnya Lara sangat membenci benda itu. Alis hitam dan tebalnya sudah menukik kebawah dengan sempurna. Jadi benda itu tidak akan membantu apapun.

“Silakan, tapi ini lumayan berat, loh!” Tatu mengulurkan satu kantong besar berisi kotak yang terbungkus kertas kado bergambar unicorn. Yang ulang tahun memang Gary, tapi anaknya saja yang diberi kado. pria yang juga atasannya itu biar saja diberi kado selamat. Dengan senyum menawan, pria yang belum menyebutkan namanya itu mengulurkan kedua tangan, meraih ujung kantong yang Tatu ulurkan. Jemari Tatu bersinggungan dengan jari pria yang ternyata mempunyai lesung pipi saat tersenyum. Seperti tersengat aliran listrik, Tatu spontan menarik tangannya. Perut bawahnya seperti di hinggapi rimbuan kupu-kupu.

Be carefull, Baby!” seruan dengan nada khawatir membuat pipi Tatu bersemu merah, pria itu menyadari keterkejutan Tatu akan sentuhan yang tak di sengaja. Tatu memundurkan badannya selangkah, demi memangkas jarak yang ternyata mampu membuat kinerja jantung menjadi lebih cepat dari biasanya.

"Baby? Sorry, ya, Sir. Saya bukan babi," sungut Tatu dengan wajah ia ubah pada mode jutek. Cewek harus jual mahal, cuy. Sudah dag dig du duer itu hati, harus di belokin.

"Aku, tidak bermaksud mengatakan itu ... " jawab Josh dengan raut kebingungan.

"Terus maksud, Anda? Mengatai saya? Baru ketemu udah ga sopan! Udah sok modus lagi ... " cerocos Tatu, yang di tanggapi Josh dengan picingan mata. 

"Aku? Modus? Apa itu modus?" tanya Josh, masih tidak memahami perkataan Tatu.

“Bisakan anda memberi jalan? Saya ingin naik juga, ga sadar diri banget badan gede kayak babon bukan langsung naik aja,” pintaTatu mengomel, ia ingin segera masuk kedalam dan meneguk air dingin. Perjalanan dari kost menuju rumah Lara cukup jauh. Sedang cuaca sangat terik, walau menggunakan taksi online, itu tidak membantu.

Ia sekarang kehausan. Setelah mendapatkan akses,. dengan Josh yang memiringkan badannya Tatu segera berlari kecil, menaiki undakan. Tidak sabar ingin segera menyerbu dapur. Mengabaikan pria yang sudah membantu masih berdiri di belakang punggungnya, yang menatap dengan senyum smirk tercetak di sudut bibirnya.

“Assalamu’alaikum, Ibuk! Mak Sini!,” sapa Tatu saat sampai di ruang keluarga, meletakkan kantong kembang api sembarangan. Ia langsung menyerbu dapur, mengambil gelas di counter dan menuangkan air dingin dari pintu kulkas Lara.

“Wa’alaikumsalam, Ta. Baru dateng?”

“Mbak Nikeennnn!!” teriak Tatu lebay, lantas menghambur memeluk perempuan cantik yang mengenakan gamis putih dengan kerudung senada, dan sedang menggendong anak kecil montog.

“Ih, ga usah lebay deh. Gendong ni Gendhis ajak main. Mbak bantuin Mak Sini, terus tadi Bulek kirim pesan, Lara minta ayam penyet Suroboyo. Bilang sama Ibuku di dapur belakang minta tolong bikinin tapi jangan yang terlalu pedes,” cibir Mbak Niken, di tambah dengan titahnya yang sepanjang toll Tangerang-Merak. Tatu mengerucutkan bibirnya, tapi tetap melaksanakan perintah saudara sepupu Lara yang juga sudah seperti kakak baginya. Mengambil Gendhis dari gendongan Mbak Niken, gadis kecil berumur dua tahun itu mengerjap lucu dan menarik rambut Tatu.

“Ante, ain tembang api,” ucapnya dengan kata yang belum jelas. Tatu berdecak, “Tante, main kembang api!” ralat Tatu, yang malah di sambut tawa oleh Gendhis. Tatu membawa gadis kecil yang kali ini rambutnya di kepang dua dengan pita warna-warni. Terlihat menggemaskan seperti Putri Rarity di serial anak Little Pony, karena Gendhis mengenakan gamis putih dengan rambut pelangi. Ramai sekali 'kan!

“Bude Sariiii!!” teriakan nyaring Tatu mendapat pelototan dari wanita paruh baya yang sedang mengaduk sesuatu di wajan besar.

“Ndak usah teriak-teriak, prawan lho kerjaannya bengak-bengok(teriak Bahasa Jawa)!” ucap Bude Sari sambil mencubit lengan Tatu, tapi tidak keras. Tatu hanya tertawa, “ Lara minta di bikinkan ayam penyet Suroboyo, Bude. Tolong buatkan njeh, Ndoro Nyonya sebentar lagi datang,” kata Tatu, lalu  berlalu keluar tanpa mendengar kata-kata Bude Sari lagi. Gadis itu fokus pada anak kecil yang berada di gendongannya. Menurunkan Gendhis di halaman belakang. Membiarkannya main dan berlari sesuka hati, segampang itu menjadi pengasuh anak umur dua tahun.

“Hai, kita belum berkenalan!” sapaan di belakang Tatu, membuat gadis itu menolehkan kepalanya. Logat bulenya sangat kental, sebenarnya Tatu penasaran … apakah pria itu berasal dari negara yang sama dengan Pak Gary? Memutar badannya dengan pelan, Tatu meneliti penampilan pria yang berdiri menjulang di hadapannya.

“Hai, lagi. Aku Tatuania Rosmalia,” ucap Tatu mengulurkan tangan kanannya, dengan senyum mengembang. Ga baik'kan di jutekin terus. Tak apa, sebagai warga Indonesia beramah-tamah dengan turis mancanegara.

“Joshua McFillain, You can call me Josh,” jawab pria itu menyambut uluran tangan Tatu. Terpana dengan senyum Tatu yang manis. Tatu menarik tangannya, mengalihkan pandangan. Ia tak mau pria yang bernama Josh itu mendengar gemuruh di dadanya. Hei, kemana saja dewi batinnya. Selama ini tidak pernah Tatu merasakan segugup itu berhadapan dengan seorang pria. Ah, murahan sekali ia.

“Kau bekerja di tempat yang sama dengan Lara?” tanya Josh jelas hanya berbasa-basi, Tatu tau dengan jenis pria macam itu. Ayolah, banyak sekali film yang sudah ia tonton dan bagaimana seorang pria menaklukkan wanita pada pertemuan pertama.

Tatu melirik dengan ekor matanya, pikirannya tengah terbagi, Gendhis dan pria yang dari tempatnya berdiri Tatu bisa mencium wangi musk yang lembut. Aduh, kenapa pikiran Tatu malah ke wangi tubuh pria itu sih.

“Iya, aku bekerja di tempat yang sama dengan Lara dan Pak Gary,” jawab Tatu tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis yang sedang sibuk mencabut bunga-bunga liar yang tumbuh di taman belakang kediaman Lara. Hening sejenak. Josh seperti sedang menguliti Tatu. Bulu tengkuknya meremang, membawa sesuatu dalam dadanya mencuat dengan tidak sopan, menjalar ke pipinya. ‘Sialan!’ umpat Tatu dalam hati.

“Josh! Tatu!” teriakan dari arah garasi membuat Tatu dan Josh menoleh. Gary keluar dari mobilnya, masih mengenakan seragam staf. Suami sahabatnya itu rajin sekali, Tatu pikir Gary yang menjemput istri tercintanya. Tatu tersenyum dan melambaikan tangan.

“Senang bertemu denganmu, Ania,” bisik Josh, dengan suara Altonya. Meninggalkan Tatu, menuju ke rumah utama bersama Gary. Tanpa ia sadari, ia membuang napas dengan lega. Eh, apakah tadi dia menahan napas?

"Eh, siapa yang mau anda aniaya!? Enak aja, nama bagus-bagus manggilnya ania ya ... " teriak Tatu histeris. "Tatu! Perhatikan Gendhis!" seruan Gary, membuat omelan Tatu terhenti.

       Tatu masih dengan Gendhis hingga Lara dan orang tuanya kembali dari rumah sakit. Menyapa kedua orang tua Lara yang sudah seperti orang tuanya juga. Lara jangan di tanya, kalau sudah bertemu dengan Tatu akan lengket, Maka dari itu. Gary langsung memboyong Lara masuk, Lara masih harus bersiap untuk acara pengajian dan syukuran yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi.

        Josh datang ke halaman depan tempat Tatu dan Gendhis bermain balon tiup. Gendhis memang sangat penurut dengan Tatu, maka dari itu Mbak Niken dengan santainya menitipkan Gendhis padanya, padahal Tatu sudah berencana nongkrong di dapur, supaya bisa mencicipi semua makanan catering. Ah, dasar Mbak Niken ini tidak pengertian dengan anak kost. Mendengar suara tegas dan berat Josh, jantung Tatu tiba-tiba seperti genderang peperangan.

“Bagaimana cara memainkan ini?” tanya Josh membawa satu kembang api yang berukuran segenggam tangan orang dewasa. Tatu menarik napas dan menghembuskan perlahan. Deheman Josh, membuat Tatu gelagapan, “Oh, dengan korek api. Ada di dalam kantong paling bawah,” jelas Tatu, otaknya tiba-tiba tidak dapat mencerna dengan baik. Kehadiran Josh membuatnya gugup setengah mati.

“Tolong, aku ingin mencobanya,” dengkus Josh melihat Tatu tidak berkonsntrasi, menjulurkan korek api ke tangah Tatu. Tatu tanpa sadar menuruti kemauan Josh, menyulut sumbu kembang api. Josh mengarahkan ke sembarang arah, letusan menggelegar menyadarkan Tatu juga membuat semua orang terkejut lalu berhambur ke sumber suara. Satu letusan tepat berada di atas Gendhis yang membuat gadis kecil itu tiba-tiba berteriak histeris dan menangis.

      Mengedarkan pandangan, Tatu segera  meraih dan menggendong Gendhis lalu membawa ke teras. Gary berhambur keluar di sertai beberapa orang.

"Josh! Tatu! Apa yang kalian lakukan!? Kalian membuat bayi-bayiku terkejut!" murka Gary, dengan wajah tertekuk. 

"Tatu! kamu apain Gendhis!! Kenapa bisa nangis kejer kayak gini!!?" Mas Galih, ayah Gendhis datang dengan wajah merah penuh emosi.

"Pak Gary!! Ada keributan apa ini!??" suara lain menginterupsi.

"PAK RT???" seru Gary panik.

      <<<>>>>

    

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
josh bikin onar malah tatu yg kena omel
goodnovel comment avatar
Apriliana Yohana
dasar Josh biang onar ........., ternyata awal perkenalan mereka di rumah Gara
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Awal pertemuan Tatu & Josh.... Josh...si pembuat keonaran....
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DALAM DEKAP DERITA   #55

    Bahu Josh luruh, mendengar bibir mungil Sean berucap seperti itu buatnya pilu. Cintanya tak palsu hanya belitan di tubuhnya begitu kuat hingga tak mampu ia lepas begitu saja. “Tante marah sama Om, jadi bilang begitu,” sambung Sean polos. Bagaimanapun seorang anak kecil tak akan berbohong. Pria tampan itu menatap Lara yang mengendikkan bahu acuh, tak peduli dengan pertanyaan tak tersurat yang dia berikan. “Baiklah, ayo kita pulang. Rumah kalian sudah dibersihkan dan beberapa perabotan harus diganti.” Josh mengangkat tubuh dua keponakannya ke atas lengan kokohnya dan berjalan terlebih dahulu.“Madam Emily tidak tau kami disini, kan?” Lara ingin memastikan mertua bangsawannya tak mendengar kabar kunjungan dadakan itu.Josh menoleh dan menggeleng pelan. “Sebaiknya Aun Emy tak tahu, dia akan sangat mengerikan jika tahu kalian mencari Gary.” Tangannya meraih remote mobil dan memencetnya tetap dengan tenang membopong Sean di leher dan Siena di depan. Mirip bule kebanyakan yang tanpa beban

  • DALAM DEKAP DERITA   #54

    “Ta!” Lara menahan tangan Tatu yang akan menemui anak-anaknya. “Jangan seperti itu, ucapan adalah doa. Aku nggak mau ya, kamu ngomongnya ngaco gitu.” Ia berdiri, menatap sahabatnya dengan pandangan sedih. Perasaanya berkecamuk, di sisi lain Tatu adalah sahabat terbaiknya. Satu-satunya orang terdekat yang selalu ada dan tak pernah meninggalkannya. DI sisi lain Josh adalah sahabat suaminya, yang saat ini sedang berusaha membebaskan belahan hati. Dia hanya ingin juga berusaha meyakinkan Josh, merubah keputusan pria bule yang sudah menghamili orang terkasihnya. Mengembalikan gurat nestapa menjadi rona bahagia. Setidaknya di antara mereka berdua salah satu harus bisa menyemarakkan hati dengan sukacita bukan air mata. “Udah, Sayang.” Helaan napas gusar tak akan mampu ditutupi, tapi Tatiu masih bisa tersenyum lebar demi mengenyahkan perasaan yang cabar. “Biarkan bagiku dia seperti itu dan sebaliknya. Ayo aku bantu siap-siap duo kesayangan, kamu lekasi kemas yang lain jangan sampai ketingg

  • DALAM DEKAP DERITA   #52

    Arga bukan penyelamat, bukan juga ia jadikan tumpuan atas kemalangan yang menimpa. Hatinya masih tetap sama, enggan percaya. Karena tak akan pernah ada jaminan pada perasaan setiap manusia.Tatu tahu apa yang dilakukannya kejam, terlepas dari perasaan Arga sesungguhnya. Ia tak peduli. Yang dia lakukan kini hanya demi bayi yang masih bersemayam dengan nyaman di rahimnya. Walau dia tega membebat ketika bekerja, itu dilakukan juga bukan tanpa alasan. Ia tak punya siapa-siapa, hanya dirinya yang kelak akan melindungi buah hati dari kejamnya dunia.Tawaran Arga untuk menikahinya pun terpaksa ia terima, walau sadar nanti pasti akan jadi gunjingan. Setidaknya dia hanya ingin putranya mempunyai dokumen sah ketika kelahiran, itu yang ada dibenar juga rencananya. Melihat sosok berkulit sawo matang yang kini sedang mempersiapkan sebuah hunian di kota Tangerang, berbincang dengan developer yang menjelaskan bagian-bagian rumah berfurniture lengkap siap ditinggali itu, ia semakin gamang.Arga dan

  • DALAM DEKAP DERITA   #51

    “Sorry ya, Ta. Gue pikir lo nggak bakalan nerima kehadiran gue, jadi walau punya beberapa bengkel. Gue emang belum beli rumah.” Arga menjelaskan dengan raut menyesal. “Tapi setelah ini, gue bakalan beli aja itu rumah. Tapi apa lo mau lihat dulu besok?”“Jangan maksain kalau gitu, Ga. Gue nggak mau lo repot,” kata Tatu. Dia tentu tak ingin membuat Arga harus memprioritasnya. Dia memang ingin menikahi pria baik ini, tapi dia tak mau menyusahkan.“Kok gitu, sih. Justru gue emang sengaja ngasih pilihan, biar lo nyaman. Gue nggak mau ntar lo ngerasa nggak nyaman karena beda sama apa yang lo mau.” Arga meraih tangan Tatu, mencoba myakinkan.“Oke, gue ikut lo besok. Gue nggak pengen lo juga nggak suka dengan rumah ini,” ucap Tatu, rautnya berubah sendu. &ldq

  • DALAM DEKAP DERITA   #50

    Tatu sudah dewasa, paham dengan sentuhan pria dan cara menikmatinya. Pernah sangat terpedaya hingga dia lupa daratan dan berakhir menanggung penderitaan.Kini, ketika telapak tangan dengan sedikit rasa kasar membelai permukaan kulit paha telanjangnya, ia merasa kembali seperti masa-masa itu. Di mana dia tak bisa lagi mengendalikan diri, hanyut dalam kenikmatan yang nyatanya membinasakan "Lo kalau sange nggak usah ke sini," tepisnya pada tangan Arga yang mendarat di atas paha. "Bikin aja minum sendiri, gue mau sholat, mau banyak-banyak tobat!" Sarkasnya mendorong tubuh tegap di belakangnya."Ta," sesal Arga. "B-buk-" debaman di pintu kamar yang hanya berada di belakang mereka membuat pria itu berjenggit menyesal dengan setan yang membisiki telinga beberapa menit lalu.Arga berbalik menghadap kitchen set dan menuangkan air panas yang sudah dimasakkan oleh Tatu ke mug dan membuat sendiri minumannya yang berupa kopi instan.Dia akan menunggu perempuan hamil itu untuk keluar dan meminta m

  • DALAM DEKAP DERITA   #49

    Dia pernah berharap menemukan pangeran yang bisa meminang tanpa kepingan emas dan permata. Tak pernah bermimpi menjadi ratu dan hidup serba bermateri. Pintanya pada semoga untuk mereka yang pernah mencoba datang, namun hengkang sebelum berperang sudah ia anggap lekang. Kini harinya semakin menantang, dengan bentangan kenyataan yang tak bisa dibilang indah tapi juga tak menyakitkan. Menjadi penghuni kompleks perumahan cluster nyatanya tak membuat para tetangga itu juga bisa membuat mata dan telinga menggabungkan saja inderanya itu pada satu titik agar tak kepo terhadap rumah tangga orang lain. Tak pernah ikut arisan RT atau kegiatan apapun membuat Tatu seakan adalah penghuni yang wajib dicurigai. Padahal, dia juga sudah membayar iuran dan kewajiban sebagai warga yang baik. Faktanya tetangga yang berjarak beberapa rumah darinya sangat sering berjalan atau sekedar jogging di sekitar rumahnya. Sangat terlihat jika perempuan yang lebih sering mengenakan penutup kepala seperti kupluk itu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status