Share

BAB 9 PARTNER ALL IN ONE

Author: sugi ria
last update Huling Na-update: 2025-07-13 19:30:44
"Eh, tunggu! Tunggu! Arch, eh Tuan, astaga! Aduh!"

Livi meringis ketika dahinya membentur punggung Arch yang mendadak berhenti. "Apaan sih, berhenti tiba-tiba," protes Livi spontan.

Walau detik setelahnya dia buru-buru menutup mulut. Ketika tatapan Arch seperti ingin menelannya bulat-bulat. Orang ini sungguh mengerikan, pantas saja calon istrinya kabur.

Wajahnya memang tampan, tapi kalau problematic seperti Bjorn Denyster, jadi hilanglah pesonanya.

"Bisa tidak kamu itu bilang kalau mau pergi?"

"Kamu cemas?" Tembak Livi blak-blakan.

"Enggak, lebih ke bagaimana aku menjawab pertanyaan mereka soal kelakuanmu."

Jadi dia hanya memikirkan reputasi. "Kelakuan saya emang seperti apa? Saya pikir normal-normal saja."

"Normal sih tapi problematic."

Arch langsung melangkah pergi meninggalkan Livi yang kesal karena barusan disebut penuh masalah.

"Heh! Aku tidak problematic, masalahku cuma satu! Enggak kayak dia yang segudang!" Livi protes sekeras-kerasnya, tapi dalam hati.

Gadi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Retno Anggiri Milagros Excellent
keren Livi... ......
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 154 MEREKA SUDAH MENIKAH

    Livi lumayan terkejut ketika Axel tahu dirinya ada di sini. Seingat Livi dia telah menurunkan venetian blind di ruangan itu. Hanya dia dan Nova yang tahu keberadaan masing-masing.Tapi ... Livi seketika memejamkan mata. Bisa saja Axel tahu soal dirinya. Lagi pula ini kantornya."Nakaia Livi, long time no see."Livi membalikkan badan, menatap malas pada Axel. "Kenapa juga aku harus nego sama kamu."Sudut bibir Axel tertarik. Livi masih marah rupanya. "Siapa tahu kita bisa adu skill. Dulu kamu yang selalu mewakiliku. Sekarang kita bisa saling berhadapan."Livi tertawa mendengar ucapan Axel. "Tidak perlu dan tidak mau. Urusan selesai, aku pergi. Bye."Wanita itu menyambar tasnya lalu melewati Axel yang langsung menahannya."Nakaia Livi, aku rindu padamu."Pandangan Livi terangkat, hingga dia bisa bertatap muka dengan Axel. Lelaki yang entah kenapa kini terlihat berbeda. Sorot mata pria itu tajam tapi juga lembut di waktu bersamaan. Tatapan Axel menyiratkan rasa yang entah apa menyebutny

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 153 ULTIMATUM

    "Awas saja kalau kamu macam-macam!"Livi meringis teringat peringatan yang Arch berikan semalam. Dari pada peringatan, lebih tepat jika disebut ultimatum. "Padahal urusan pekerjaan. Jika bukan karena Nova grogi, aku juga gak bakalan temani dia. Cuma nemenin lo, bukan aku yang presentasi. Axel juga gak bakal tahu kalau aku ada."Livi sedang mengemasi barangnya. Sementara Nova sudah menunggu."Maaf ya, Bu," kata Nova yang merasa tidak enak pada Livi."Enggak apa-apa. Ayo berangkat.""Sudah mau pergi?" Kai muncul dari ruangannya.Livi mengangguk."Hajar aja kalau dia bikin ribet.""Yo ndak bisa, ini kan urusan pekerjaan. Harus pro.""Vi, perusahaan mereka bukan prioritas. Kalau secara personal dia mengganggumu. Batalkan saja kerja samanya. Aku tidak masalah.""Nanti kasihan, Nova. Kan yang effort dia. Lagian aku cuma temani dia sekalian jalan ke tempat Mr Su. Mau cek kain. Bagaimana?"Kai mengedikkan bahu. Terserah apa maunya Livi. Mereka akhir-akhir bisa menjalin kerja sama dengan bebe

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 152 KEBOBROKAN

    "Livi," panggil Arch ketika mereka sampai di rumah. Mereka baru saja kembali dari rumah sakit.Pria itu menunjukkan ponselnya. Livi menjawab oke. Livi paham mungkin urusan pekerjaan. Yang Livi tidak tahu adalah panggilan itu dari Ralph."Terima kasih sudah balik lebih cepat," ucap Arch memulai perbincangan."Sama-sama. Ada yang harus aku bicarakan soal Bella." Ralph melirik ke sebelah, di mana kamar Bella berada."Apa?""Ada kemungkinan dia sudah membaik. Tapi dia ingin gunakan kondisinya untuk menjeratmu."Arch mendesah lelah. "Aku kadang berpikir demikian. Tapi tiap kali dia jadi begitu karena aku. Aku merasa sangat bersalah sekali.""Kita tidak bisa memprediksi musibah, Arch. Mulai sekarang pikirkan kalau kamu tidak harus membantu Bella sepenuhnya. Secukupnya saja, jangan berlebihan.""Kalau dia melukai dirinya sendiri?""Kalau dilogika, hanya orang gila yang akan melukai dirinya sendiri untuk menarik perhatian orang lain.""Lah kan dia memang gila."Ralph menggetarkan tawa dari uj

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 151 PELUANG EMAS

    Ekspresi Arch tetap datar dan dingin sepanjang lorong rumah sakit yang mereka lalui. Padahal satu tangannya menggandeng tangan Livi yang matanya jelalatan mencari ruang perawatan ibu Tina.Sedang tangan yang lain santai menenteng satu parcel full berisi buah. Pria itu acuh ketika beberapa orang tampak berbisik begitu dia lewat. Padahal dia sudah memakai masker juga kaca mata hitam. Tapi aura orang tampan memang beda. Tanpa perlu tepe-tepe alias tebar pesona, sosoknya sudah mampu menarik perhatian."Enggak ke kiri?" Tubuh Livi otomatis berhenti ketika Arch mendadak tidak bergerak."Ingat gak kata resepsionisnya?"Arch melirik papan penunjuk arah di atas kepala mereka. Livi mendongak lalu nyengir tanpa dosa."Salah lihat." Wanita itu kembali bergelayut manja ketika mereka meneruskan langkah.Arch menggeleng pelan. Padahal tadi Livi sempat mengamuk ketika Arch menggodanya. Pria itu bilang kalau dia ingin menginap lagi. Livi jelas langsung protes. Kalau mereka tidur lagi di sana malam i

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 150 TRAVELING

    "Ralph!"Teriak Bella heboh melihat seorang pria berparas Asia, berdiri di ambang pintu. Sang lelaki masih mengenakan jaket yang menutupi kemeja navi yang membalut tubuh atletisnya.Begitu kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya dilepas, sorot mata beriris coklat itu tajam menatap ke arah Bella.Bukannya takut, Bella justru berlari lalu memeluk tubuh Ralph. Lelaki tadi, satu dari dua orang yang dapat menenangkan Bella kala gangguan kepanikan dan kecemasannya muncul."Jangan lakukan hal yang bisa membahayakan dirimu dan orang lain. Apalagi Mbak Listi, dia sampai ketakutan.""Arch tidak peduli padaku," adu Bella tanpa ragu.Ralph menghela napas. Dia balas pelukan Bella, lantas mengusap punggung wanita itu dengan lembut. "Bella, sudah aku bilang berulang kali. Arch punya kehidupan pribadi. Dia punya istri sekarang. Dia harus mengutamakan Livi ....""Tapi aku begini karena dia!" Raung Bella tidak terima. Dia melepaskan diri dari Ralph. Menjauh, dengan tatapan berubah benci.

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 149 KETERLALUAN

    "Jangan sentuh aku." Tina berdesis penuh peringatan.Sejak semalam dia dibuat darah tinggi oleh kelakuan Irfan. Pria itu jadi perhatian pada Tina. Namun hal tersebut justru membuat Tina ketakutan."Cuma mau bantuin doang," kekeuh Irfan."Aku bisa sendiri!" Hardik Tina tidak sabar."Masa bisa sendiri. Emang kamu bisa lihat bagian mana yang cidera."Memerah wajah Tina mendengar perkataan Irfan. Benar, keduanya sedang berdebat soal salep untuk area pribadi Tina. Tina jelas tidak mau Irfan menyentuh dia lagi. Apalagi ini bagian paling pribadi dari dirinya. Sudah cukup Irfan mengobrak abriknya hari itu. Wanita itu tidak akan biarkan Irfan melihatnya apalagi sampai memegangnya."Sumpah, Na. Cuma mau bantu. Tidak lebih.""Enggak percaya. Keluar sana." Tina mendorong Irfan keluar kamar mandi, lalu mengunci pintunya. Setelahnya Tina duduk di closet. Coba mengoleskan salep ke area pribadinya sendiri.Gadis itu mendorong napas lega ketika dinginnya salep mampu meredakan rasa panas. Untuk bebe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status