"Ada apa, Nar? Cerita sama aku." Jaka duduk di depan TV tanpa ragu. Dia ingin tahu apa yang terjadi pada Jenar semalam hingga gadis itu tak bisa dia hubungi.
Bibir Jenar menjadi lebih kering, dia gugup luar biasa. Tidak mungkin dia jujur pada Jaka soal yang terjadi padanya dan Remo. "Kamu kenapa? Duduk aja, kita ngobrol dulu." Jaka meminta Jenar untuk tetap bersikap tenang."Ya ... aku gak apa-apa, kok." Jenar duduk di hadapan Jaka, tapi dia agak terlalu jauh seolah sengaja ingin menghindar dari pacarnya itu."Kenapa? Baju aku bau?" tanya Jaka sambil menempelkan hidungnya ke ketiaknya. "Gak bau, kok!" katanya polos."Bu-Bukan gitu!" Jenar menggoyangkan kedua telapak tangannya."Terus apa?" tanya Jaka lagi."Ya, itu aku .... aku cuma agak kikuk aja. Maaf, ya." Jenar kehabisan kata-kata.Sikap Jenar yang tak pandai menutupi perasaannya malah membuat Jaka langsung bisa tahu kalau ada sesuatu yang dia tutupi.Gara-gara Remo, hidup Jenar sekarang benar-benar kacau. Semuanya terasa berantakan. Jaka meminta mereka untuk berpisah sementara dengan alasan dia butuh waktu. Sementara di tempat kerja, Jenar tak bisa fokus sama sekali pada pekerjaannya, dia masih terus dihantui oleh Remo. Anehnya, dia malah kepikiran Remo terus. Seharusnya dia membenci pria itu setengah mati, bukannya malah terus-terusan memikirkannya. Semuanya jadi kacau balau.Jenar ingin menyalahkan Ratu, tapi bagaimana pun, Ratu tidak sepenuhnya salah, Jenar sendiri yang menerima tawaran minum dari Dean. Kini dia hidup dalam kebimbangan, impian untuk menikah dengan Jaka tampaknya juga akan kandas tanpa harapan. Mana mungkin pria baik-baik dari keluarga baik-baik seperti Jaka akan memaafkan dan menerima Jenar kembali.***"Jenar, ada yang nyariin lu tuh di bawah!" panggil seorang teman kerja Jenar.Jenar melongo, siapa yang ingin bertemu dengannya sekarang saat dia sedang sibuk bekerja.
Dean pura-pura tak mendengar apa yang dikatakan oleh Jenar. "Ayo keluar! Orang-orang udah nunggu kita!" Dean keluar dari mobilnya lebih dulu lalu menarik tangan Jenar."Ngapain juga orang-orang mesti nungguin gue?! Lu pergi sendiri aja sana!" tolak Jenar.Dalam aksi saling tarik-menarik itu, seorang perempuan cantik berpakaian sederhana melintas. "Dean? Kamu datang juga? Ayo cepat bergabung, kami lagi bakar daging!" Perempuan manis itu melirik pada Jenar yang masih berada di dalam mobil. "Kamu ngajak pacar kamu juga?" tanyanya jahil."Ha ha! Bukan! DiaJenar, diacuma temen," jawab Dean langsung menyangkal."Gue juga ogah jadi pacar lu! Jangan dekat-dekat!" Jenar mendorong Dean dengan sebal.Perempuan manis itu tampak kebingungan, dia tak tahu apa yang terjadi di antara Dean dan Jenar. "Ya udah, ayo join aja, semua udah pada nungguin tuh."Melihat sikap manis perempuan asing itu, Jenar akhirnya setuju untuk turun, dia merasa
"Gak usah sok ngegombal, deh!" Muka Jenar masih berlipat-lipat.Remo mengangguk sekadarnya, tak menanggapi kejudesan Jenar. Kalau terus diopeni, bisa-bisa mereka akan terjebak dalam aksi saling oceh tiada henti."Lu ngapain sih bawa gue ke sini?" tanya Jenar mengikuti langkah Remo masuk ke dalam sebuah kafe bernuansa kayu nan hangat."Gak ada, aku tau kamu gak sibuk, dan jarang keluar rumah, makanya aku berinisiatif. Harusnya kamu bersyukur." Jawaban Remo malah terdengar seperti sebuah hinaan.Kali ini Jenar yang mengalah untuk tak menyahut lagi. Remo membukakan kursi dari meja untuk Jenar. Tak bisa ditutupi lagi, pipi Jenar merona merah."Tau tadi mau ke tempat kayak gini, aku bakal ganti baju dulu," bisik Jenar."Kamu mau pake baju yang seksi?" goda Remo."Pikiran kamu itu isinya emang cuma itu ya?" damprat Jenar. Remo hanya tertawa seraya melepas jaketnya."Kalau aku bi
Seolah ingatannya telah kembali pulih, Jenar teringat pada kejadian beberapa waktu lalu di rumah Remo, rupanya pria mata keranjang ini masih sama. Dia akan melakukan apa saja untuk mendapat apa yang dia mau."Padahal waktu itu aja lu ngejek badan gue! Sekarang mendadak nyanjung-nyanjung gue!" Jenar mendorong Remo dengan tegas untuk kali ini. Dia menolak terbuai pada bujuk rayu si buaya darat itu. Jelas sekali Remo hanya ingin memanfaatkannya. "Kalau lu gak mau antar gue pulang, ya udah gue pulang naik taksi."Remo menghela napas panjang. "Keras kepala banget sih," katanya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya udah, ayo aku antar pulang." Walau keinginannya tak bisa dia lancarkan, dia tetap bersikap manis pada Jenar. Apa boleh buat, pikirnya, rencananya untuk membius Jenar lagi sepertinya akan gagal malam ini.***Remo menginjak rem saat sampai di depan gedung kost tempat tinggal Jenar. "Kamu tinggal di sini?" tanya Remo sambil ikut turun dari mob
Pipi Jenar bersemu merah mendengar pertanyaan nakal dari Remo barusan. "Kamu jangan menggoda aku, nanti aku berubah pikiran nih!" ancamnya malu-malu.Remo tersenyum jahil seraya mengarahkan miliknya pada milik Jenar yang telah menanti sejak tadi.Sebelum Remo melakukannya, Jenar sesaat menahan dada pria tampan itu. Dia mengulum bibirnya sesaat. "Kamu ..., janji gak akan meninggalkan aku, kan?" tanya Jenar akhirnya menyerah. Tak guna baginya menolak Remo, toh kalau dipikir-pikir, Remo sangat memesona, tak ada yang kurang darinya. Berpacaran dengan pria seperti Remo seharusnya adalah sebuah karunia bukannya musibah.Remo menatap sendu kedua manik Jenar yang sayu. "Kamu takut? Kamu takut aku akan mencampakkan kamu kayak mantan kamu yang buruk rupa itu?" Sekali lagi dia bertanya usil."Ish! serius dikit, dong! Kenapa malah ngebahas Jaka, sih?" Jenar jadi teringat pada mantannya yang menyebalkan itu. Dia masi
Cuaca cerah di luar. Langit biru sepenuhnya, nyaris tak ada awan putih menggantung di atas cakrawala siang itu. Tak banyak pula angin yang berembus hingga cukup sesak rasanya.Jenar menatap laptopnya dengan lesu. Hari ini dia rasanya lebih malas dari biasanya, pikirannya tak mau pergi dari sosok tampan Remo. Hari ini dia bilang ada syuting, apa aku liat nanti ya? Dih ngapain sih, batin Jenar bimbang sendiri.Lamunan Jenar pecah ketika sebungkus es loli diletakkan di atas mejanya. Jenar terkejut bukan main, rupanya ada Jaka di hadapannya. Es loli dengan rasa melon itu adalah favorit Jenar, biasa Jaka yang membelikannya, dan sekarang dia belikan lagi.Jenar mengangkat kepalanya pelan, menatap Jaka dengan muka bingung. "Kenapa?" tanyanya pelan."Itu es untuk kamu. Aku ..., datang untuk berbaikan, aku minta maaf udah ..., udah menyakiti hati kamu kemarin." Jaka berucap pelan.&nb
Jaka melepas sepatunya setiba di kamar kost Jenar. Jenar masih terus mengoceh dalam hati, bertanya-tanya kenapa Jaka tak langsung pamit pulang, dan malah meminta untuk datang ke kamar kost Jenar, katanya hanya mau meminta segelas teh hangat.Mata Jaka seperti mata keong, melihat sepertinya ada perubahan di kamar kost kekasihnya. Dan benar saja, dia menangkap perubahan itu dengan cermat. "Mana foto kita yang biasa ada di atas TV?" Dia menunjuk pada bagian yang biasanya diisi dengan bingkai foto.Jenar yang sedang merajang air panas terpaku. Semalam foto itu dibuang oleh Remo, dan tadi pagi dia sudah membuang sampah ke tong sampah besar, pastinya telah diangkut oleh tukang angkut sampah."Hm?" gumam Jaka bertanya sekali lagi."Kemarin ..., eh aku baru cek kalau pinggiran frame-nya udah busuk, lapuk dimakan rayap mungkin, jadi aku bawa ke tukang foto buat dibaikin, tapi frame ukuran segitu l
"Tolong kamu juga pulang. Aku capek, si kunyuk itu kelamaan di sini tadi."Jenar berusaha untuk menolak Remo masuk ke dalam kamar kostnya. Namun, Remo berkeras untuk tetap masuk. Tenaga yang jauh berbeda alhasil membuat Remo menang."Ha ha! Si kunyuk?" Remo tertawa dingin sambil menutup pintu kamar kost Jenar. "Bukannya kamu bilang kalian udah putus?" tanyanya dingin sambil meletakkan kantong plastik belanjaan di atas lantai.Jenar sesaat terdiam sebelum menjawab datar, "Aku rasa kita gak perlu bahas itu." Dia berusaha untuk tak nenatap mata elang Remo."Kenapa kita gak perlu membahasnya? Siapa yang salah? Hm? Kamu berbohong? Atau ..., dia maksa untuk balikan?" selidik Remo dengan muka masih keras, menahan rasa cemburu yang hebat sebenarnya."Ngomong apaan sih?! Dia juga gak maksa untuk balikan, kok!" bantah Jenar seraya duduk kembali di depan TV."Teru