Share

DARAH SEPASANG
DARAH SEPASANG
Author: Rama Atmaja

CDDB I versi Wira, part 1

CDDB (Cinta di tolak, dukun bertindak)

Namaku, Wira.

Mempunyai postur tinggi tegap dengan kulit putih.

Bisa dibilang ganteng dan mengundang para cewek untuk mengantri jadi pacar.

Selama berpacaran, aku tidak pernah menemukan seseorang yang membuat nyaman dan benar-benar membuatku jatuh cinta. Semuanya hanya untuk pamer belaka.

Aku bisa dengan mudah mengencani cewek-cewek yang ada dikampus ini.

Siang ini, ada waktu senggang. karena kuliah hari ini tidak ada dosen.

Semilir angin membuat keadaan makin nyaman. Tak sesekali para cewek melihatku dengan wajah sinisnya.

Mantan? Ya! Mereka semua adalah mantan yang pernah aku putusin, padahal belum genap seminggu kita berpacaran.

Kata Playboy pun sudah menyebar hampir kesetiap sudut kampus.

Walau seperti itu, masih saja ada cewek yang ingin menjadi pacarku.

Kadang, ada yang cuma buat taruhan sama temannya, maupun sekadar pamer.

Sambil surfing sosial media, aku fokus melihat-lihat isi setiap halaman didalamnya yang berisihkan tutorial mendekati cewek agamais. Saking asyiknya, sampai membuatku terkejut ketika di kagetkan.

"Woy, bengong aja lu. Bagaimana malam ini? Ada acara gak?" tanya seorang teman bernama, Roy.

"Memang mengapa, Roy?" tanya saya penasaran.

"Eh lu gak tahu, kalau didesa cempaka ada rumah angker?" jelas Roy sambil menunjukkan foto yang ada di Handphone miliknya.

"Terus?" tanyaku singkat.

"Eh, kita uji nyali yu? Buat channel youtube gue.

Gue ada tantanganan dari para Bacoters (penggemar channel youtube dia yang bernama Bacot Channel) untuk mencoba uji nyali ditempat tersebut, bagaimana?" tanya Roy dengan menaikan kedua alisnya beberapa kali.

"Memang, Kamu mau ngasih apa?" tanyaku penasaran.

"Tenang, nanti saya kenalin kamu sama dukun yang paling hebat dikampungku." ucap Roy sambil merangkul pundakku.

"Dukun? Buat apaan ...?" tanyaku sambil mencoba melepaskan tangannya dari pundak.

"Gue tahu Loe sebenarnya suka sama Aisyah, dia kan? Dan Gue tahu kalau Loe gak berani ngedeketin Dia. apalagi, sahabat dia adalah mantan yang cuma Loe pacarin selama tiga hari." jelasnya sambil tertawa.

"Terus, apa hubungannya sama Dukun?" tanyaku penasaran.

"Pelet!" ucap Roy sambil membisikan kata itu ke telingaku.

"Gila kamu Roy! Masa tampang seganteng ini harus pakai gituan?" teriakku sambil meletakkan tangan kedagu seraya berpose keren.

Kemudian, Roy dengan menaikkan kedua bahu, menekuk tangannya dan menengadahkan keatas.

"Terus ... Dari SMP sampe sekarang apa Elu bisa dapetin hatinya? Yaelah ... Dari dahulu kan Dia agamais banget. Bahkan, tidak pernah pacaran sama sekali. apalagi kalau tahu Elu itu playboy, pasti tak mau!" cletut Roy dengan nada sumbang.

Memang, dari SMP aku sudah beberapa kali mencoba mendekati Aisyah. Jangankan ngobrol, ngelirik saja dia tidak.

"Baiklah, nanti malam Kita kesana!" ujarku menyanggupinya.

"Oke Masbro, nanti gue jemput kerumah Loe .... Jangan lupa pake pampers, takutnya Loe ngompol!" ucapnya sambil tertawa dan melangkahkan kaki meninggalkanku.

"Ah, sialan Kamu!" teriakku melirik ke Roy yang tengah berjalan menjauh.

Angin berhembus, dinginnya mulai menyelimuti tubuhku yang tengah menunggu diluar rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 23 malam dan aku berdiri diluar rumah seorang diri menunggu kedatangan, Roy.

"Ini anak ke mana si? Katanya lagi OTW, tetapi dari tadi belum sampai juga." gumamku.

"Tit .. Tit ...." Terdengar suara klakson mobil yang menganggetkan lamunanku.

ternyata, Roy sudah datang!

Aku pun melangkahkan kaki dan masuk kedalam mobil yang dia bawa.

"Beh ... Bau apaan ni?" tanyaku sambil menutup daun telinga.

"Woy, bau tuh yang ditutup tuh mata .... Bukan telinga!" jelas Roy berteriak dengan diiringi tertawa.

"Ada-ada aja, masa bau yang ditutup mata?" tanyaku menggelengkan kepala dan kita pun sama-sama tertawa.

"Eh, lama banget si? Kamu dari mana saja?" tanyaku.

"Gue cari tuh bahan!" jelas Roy sambil menunjukkan kearah belakang.

"Kamu sudah gila? Ngapain bawa begituan?" bentakku bertanya.

"Biar lebih mistis!" balas Roy dengan enteng sambil dibarengi dengar tertawa.

Rupanya Roy membawa jalangkung dan beberapa sesajian. Tak lupa dupa dan kemenyan yang disimpan di atas nampang, dijok belakang.

"Yuk turun! Kita sudah sampai. Loe bawa nih barang! Soalnya Gue sibuk pegang Handphone untuk live streaming." jelasnya sok sibuk.

Aku menurut dan membawa nampan tersebut dengan tangan kiri, menjepitkan plastik yang berisi sesaji dan dupah ke sela tangan.

Terlihat bangunan yang berantakkan.

Daun kering berserakan di mana-mana.

Hembusan angin terasa makin dingin seolah meniup leher area belakang sehingga membuat suasana kian mencekam.

"Hei guys ...! Akhirnya Kita sampai ditempat. Kali ini, Gue ditemenin seseorang bernama, Wira. Sehai wira .... Bla bla bla bla ...." ucapnya yang tengah live streaming youtube.

Aku melanjutkan berjalan, tak menghiraukan dia yang sedang asyik live streaming dengan bacotannya dan sesekali melihat live chat yang ada.

Didepan bangunan rumah tersebut ada sebuah ayunan. Terlihat dengan jelas, ada sosok putih berayun diatasnya.

Sosok yang terbungkus kain dan ada beberapa tali yang mengikat dibadannya yang membuatku terdiam sambil sesekali mencolek-colek tubuh Roy.

"Eh, ni Anak apaan si? Kita tuh lagi live streaming tahu! "jelas Roy dengan nada kesal.

"Roy ... Roy ... Roy ...." ucapku sambil terus mencoleknya.

"Maaf guys, ni Anak memang re ...." ucapnya terpotong, kala membaca live chat yang sama dari para Bacoters.

Isi Live Chat tersebut seperti ini,

"Kak, kakak kan dari tadi sudah terpisah dari teman kakak, memang ada seseorang yang mencolek gitu?"

Roy pun memalingkan wajah, melihat kearah belakang. ternyata, tidak ada sesiapa pun di belakang Roy.

Sedangkan, aku juga tidak sadar, kalau Roy tidak ada dibelakangku.

"Eh Roy, Kamu lihat kan? Lihat kan?" tanyaku setengah teriak.

Akan tetapi, tidak ada jawaban dari Roy.

membuatkua menelan ludah dan mencoba memastikan apa yang sedari tadi aku colek.

"Bismillah hirohmanirrohim ...." gumamku sambil menoleh kearah belakang.

Aku kaget bukan kepalang.

melihat itu membuatku terdiam.

Ternyata, yang dari tadi aku colek adalah batang pohon yang sekeliling batangnya di ikatkan kain putih.

"Aduh ... Ternyata cuma batang pohon?!" gumamku sambil mengelus dada.

"Bruat ...." Suara tubrukan terdengar.

Roy ketakutan dan berlari sampai menabrak aku yang tengah hanyut dalam halusinasi pohon ber-kain.

"Eh Loe, pergi kok gak bilang-bilang?" tanya Roy dengan nada terbata-bata.

"Kamunya saja bagaimana? Katanya mau masuk ke rumah tersebut? Makanya, Aku jalan duluan. Aku kira, Kamu mengikutiku dari belakang?!" jawabku dengan nada santai.

"Tadi pas Loe gak ada, badan Gue ada yang nyolek. Gue kira, Elo. tetapi malah gak ada siapa-siapa!" jelasnya.

"Kamu mending, ada yang nyolek. Aku lihat pocong!" jelasku sambil menunjuk kearah ayunan.

Bersambung ... .

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status