Share

CDDB I versi Wira, part 2

"Mendingan kamu ada yang nyolek, aku lihat pocong." Ucapku sambil menunjuk kearah ayunan, dan ternyata....... Tak ada apa pun di angsana.

"Yaelah.. halu kali loe." Ucap Roy yang tidak percaya dengan apa yang aku lihat barusan.

"Eh beneran Roy, sum..." Belum sempat aku menjelaskan, Roy memotong pembicaraan.

"Udah. Ah..., ayo kita masuk."

Kita berjalan masuk kerumah tersebut..

Memang bisa dibilang rumahnya lumayan besar, berlantai dua. Dan halaman yang ada didepan pun begitu luas.

Sampai mobil yang kita parkirkan didekat gerbang seakan tidak terlihat.

Beberapa jaring laba-laba menghias... memenuhi sudut setiap ruangan. Kursi dan meja yang tak tetatah terlihat amat berantakan. Dan juga bau wewangian yang menyengat dihidung seakan mengikuti ke mana kita pergi.

"Roy, dari tadi saya mencium aroma wewangian seperti aroma bunga tujuh rupa." Ucapku sambil mengendus-enduskan hidung.

"Eh halu, udah deh.... Loe gak lihat apa yang loe pegang? Itu plastik didalamnya ada bunga tujuh rupa!" Roy menjelaskan sambil mendorong kening saya menggunakan jari telunjuknya.

"Oh iya, ya hehee." balasku sambil tersenyum kecil.

Tak berselang lama..... terasa ada angin lembut yang meniup tengkuk. makin menambah aroma mistis didalam rumah angker ini.

Saya pun mencoba berbalik untuk memastikan, angin apa yang bertiup kencang ditengkup saya.

"Huf... Huf... Huf...."

"Apaan si ni anak, gak lucu tahu...." keluhku dengan nada marah ke Roy, karena dari tadi dialah yang meniup-niup tengkukku.

"Hehee habis loe mendramastisir banget si." Roy pun berucap dibarengi dengan senyuman kecil.

Kita terus menelusuri ruangan dari ruangan, akhirnya kita kembali keruangan didekat pintu masuk dan terdengar Roy yang sesekali menyapa Bacoters.

"Woy, kam...t. mau taruh di mana ni sesaji, nampan dan jaelangkungnya?" Bentakku yang tengah kesal.

"Yaelah, taruh saja di bawah lukisan nenek tua itu." Roy menyuruh saya sambil menunjuk kearah lukisan yang ada didepan kita.

Aku mencoba melangkakhkan kaki mendekati lukisan tersebut. Baru beberapa langkah kaki aku langsung terhenti. Kaki yang biasanya ringan, seakan berat untuk melangkah.

"Udah Roy, jangan lagi-lagi kamu ngerjain?" Ucapku seraya menoleh kebelakang.

Awalnya saya kira Roy mengikutiku dari belakang, tetapi ternyata dia hanya diam ditempat sambil menatap kesemua penjuru arah.

"Eh, tunggu apalagi? Malah berhenti disitu." Ucap Roy.

"Ini Roy, kaki saya tidak bisa digerakan." Teriak ku menjelaskan, sambil mencoba gerakkan kaki kedepan.

"Eh halu, udahlah loe jangan nakutin gue. Orang tidak ada apa-apa di kaki llllllooooooo" belum sempat Roy bicara, rupanya dia melihat ada sesuatu dikakiku.

"Eh Roy mengapamengapa dengan mukamu itu. Gak lucu tahu." Ucapku dengan kesal karena sedari tadi saya dikerjain sama dia.

"Ta... Ta... Ta..." Ucap Roy dengan terbata-bata.

"Tata dado?" aku mencoba menjawab.

"Bukan. Ta... Ta... Ta..." Ucap Roy yang masih terbata-bata.

"Tari.... Cut Tari?" Jawabku dengan tersenyum dan menunjuk kearah dia.

"Bu...bu...bukan. eh,, ini malah jadi kaya kuis tebak-tebakan. Ta.. tangan......" Ucap Roy dengan nada teriak.

"Oh... Tangan......... Hah?????" Aku kaget, dan mencoba melihat kearah betis.

Dan memang, aku melihat sesuatu.

"iya... Roy..... tangan ya Roy.... Tangan siapa ya Roy.....?" Tanyaku ketakutan.

Roy yang sudah tidak kuat lagi melihat penampakan tangan yang memang cuma ada tangan, tanpa badan dan apa pun.

Sontak dia mencoba untuk lari meninggalkan ku. Dia berlari menuju ke arah pintu keluar yang ada dibelakangnya. Pintu yang tadinya terbuka langsung tertutup dengan sendirinya.

"Bruaaaattttt" Suaranya begitu nyaring terdengar.

Roy mencoba membuka pintu, tetapi seolah ada yang menguncinya dari luar.

Aku yang sedari tadi tak bisa bergerak hanya bisa melihat pemandangan Roy dari jauh.

Wajah Roy pucat ketakutan...

Tak begitu lama.. Terdengar suara Roy menjerit...

"Anjir. kita malah dibilang setingan." Ucapnya sambil menunjukkan live chat di YT dia.

Dia menunjukkan pun, aku tidak tahu. karena jarak kita lumayan agak jauh. Akhirnya aku pun mencoba mendekat dan melihat apa isi chat tersebut.

"Wah, gak bener ni anak. Enak saja bilang kita setingan." Ucapku dengan nada kesal sembari mengelengkan kepala.

"Eh, dari kapan loe bisa jalan?" Tanya Roy dengan heran.

"Entah! Aku juga tidak tahu. Aku respons kesini karena kamu menunjukkan Chat kamu." Jawabku menjelaskan.

Sudah tengah malam begini, kita malah terkunci didalam rumah kosong yang angker. Dan rumahnya pun jauh dari permukiman warga. tidak ada siapa pun yang melewati tampat ini.

Lolong Anjing terdengar kala itu, bulan yang tadinya menampakkan diri seolah enggan untuk menampakkan lagi.

Seakan bersembunyi dibalik pekatnya awan.

Ruangan yang tadinya agak sedikit terang, kini berubah menjadi gelap gulita.

Aku yang memang takut gelap, mencoba meraba sekitar dan wajah Roylah yang jadi sasaran tangan aku waktu itu.

"Eh.., Anjay.... ini muka. Bukan air yang seenaknya saja loe obok-obok." Bentak Roy.

"Eh, ini muka? Kirain papan penggilingan." Balssku sambil tertawa kecil.

"Senter... mana senter?" Tanya Roy.

"Eh, sedari tadi bukannya kita tidak ada yang bawa senter? Itu hape kamu saja dipakai buat penerangan. Soalnya aku lupa tidak bawa hape hihihii" Ucapku menjelaskan.

"Kalau gue jadiin hape gue senter... nanti bagaimana sama live gue?" Ucap Roy.

"Eh kamu tuh bego.. apa bego beneran si? Ya pakai kamera belakanglah!" bentakku menerangkan sembari menempelkan telunjuk ke jidat Roy, membalasnya seperti yang dia lakukan ke aku waktu itu.

Sedari tadi kita hanya saling menatap.

Ketika kamera berpindah mode kekamera belakang, dengan lampu led flash yang dinyalakan.

Kita pun mencoba berbalik arah yang tadi mengarah kearah pintu berniat untuk melanjutkan penelusuran karena memang pintu juga tidak bisa dibuka.

Belum sempat kaki kita melangkah...... Sosok hitam... Tinggi besar, bertaring panjang... Dengan dua tanduk dikepalanya. Badannya dibului bebuluan yang sangat lebat.

Membuat kaki kami bergoyang, merinding ketakutan.

"Wir... Wira.... Ini siapa wir?" Tanya Roy dengan nada bergetar.

"Coba saja kamu tanya, kali saja dia mau ngasih nomor." Jawabku mencoba menjernihkan suasana.

Kita pun kembali saling menatap dan terjadilah pembicaraan yang tidak berguna seperti ini.

"Bener juga Wir. tetapi.... Apa kamu pernah pasang togel?" Tanya Roy dengan santai seolah dia sudah tidak takut lagi dengan sosok tersebut.

"Belum pernah Roy, tetapi kalau nanti kita dapat nomor, kita minta Angka buat pasang nomor yang kita dapet. Nanti kita bagi dua deh.. bagaimana?" Jawabku sembari balik bertanya.

"Oke." Jawab Roy dengan singkat.

Sembari menoleh... Roy pun berucap "Oh ya bener, yu kita min......" Belum selesai dengan apa yang ingin dia katakan, sosok tersebut sudah menghilang.

"Yaelah.. belum juga ngasih nomor, dia sudah menghilang duluan." Balasku kecewa.

"Woy keluar loe, jangan menghilang gitu." Kata Roy mengharap makhluk tersebut muncul kembali.

Tidak begitu lama....

"Dug.. dug.. dug.. dug... Hi...hi... hihiiiii" terdengar suara yang berasal dari lantai dua.

Roy tidak lagi fokus sama hapenya. kini dia lebih memfokuskan diri dan mengajak saya untuk melihat ada apa dilantai dua. Dia sampai lupa kalau dia masih LIVE.

Dengan langkah yang terbata-bata, kita pun mencoba berjalan menelusuri anak tangga.

"Eh gila, ini anak tangga gede-gede amat ya. Gi mana sama bapak tangga?" Ucap Roy mencoba meredam suasa.

Karena apa yang dia ucapakan barusan. Akhirnya kita pun tertawa

"Hahahahaha hahahahahah hihihi hahahaha haha hihi haaaaa."

Ditengah tawa kita. Kita juga mendengar ada suara perempuan yang ikut tertawa.

Seketika itu, kita pun terdiam dan mencoba menelisik suara barusan.

"Roy, tadi kamu denger gak?" Tanyaku.

"Iya Wir. Saya juga dengar" jawab Roy.

Bersambung ... .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status