Share

CDDB II versi Aisyah, part 1

Namaku Aisyah, aku sekolah disalah satu SMP ternama disebuah kota.

Sedari SD, aku selalu diganggu sama cowok-cowok yang ingin kenal, maupun ingin menjadikanku pacarnya.

Tapi aku terlahir dari keluarga yang taat, dan larangan bagi keluarga kami berpacaran.

Biasanya kalau sudah menginjak usia. Maka melalui Ta'aruf dan perjodohan, keluargaku akan dinikahkan.

Aku Anak pertama dari 3 bersaudara, dan kita semuanya perempuan.

Usiaku dengan adikku selisih 2 tahun. Sedangkan dari penengah ke bungsu jaraknya lumayan jauh, selisih 5 tahun.

Sebenarnya asalku bukan dari sini, tapi dari kota yang bertempatkan dijawa barat.

Kendala kerjaan Ayahlah yang akhirnya membuat kami pindah, supaya dia tidak perlu jauh-jauh keluar kota.

Karna prestasi dari Ayah yang bagus dikerjaannya, hingga kami ditempatkan diperumahan orang-orang mewah.

Hari ini... Hari pertama aku sekolah, aku tidak memiliki teman satu pun karna saya juga memang baru pindah ke kota ini.

Aku menempati tempat duduk no2.

Tidak lama ada salah seorang cewek yang menghampiri.

"Apa kamu duduk sendiri?" Tanya cewek tersebut. Aku hanya menjawab dengan mngenggukan kepala dan cewek itu duduk disebelahku.

"Kenalin, nama saya Indah." Ucap cewek tersebut dengan menyodorkan tangannya yang ingin berkenalan. "Aisyah..." Jawabku.

Tak lama kemudian, ada dua lelaki masuk kedalam kelas, lagatnya seperti artis saja dan salah satu dari mereka dilihatin sama cewek-cewek yang ada.

Yang satu berwajah tampan, dan satunya tampan tidak jelek juga tidak tapi wajahnya dipenuhi dengan jerawat.

Si Ganteng pun berhenti ditempatku duduk, sambil melihat kearahku dan berucap "Kenalin, aku Wira". Tapi aku hanya diam dan tertunduk.

"Maaf Wira, mungkin dia pemalu. Kenalin, aku Indah." Ucap Indah sambil mengambil tangan yang Wira julurkan ke aku.

Mereka pun bersalaman layaknya orang yang sedang kenalan.

Cowok yang satunya hanya tertawa, menertawai temannya si Wira.

Wira dan temannya duduk bersebelahan dengan tempat dudukku.

Wajahnya masih menelisik melihati ke arah ku kala itu. 

Tapi selalu ditutupi sama Indah dan Indah tersenyum kepadanya.

Inilah awal pertemuan aku dengan Wira yang akan merubah hidupku kedepannya.

Wali kelas sudah masuk, riuh ramai suara pun mendadak sepi. Dan Akhirnya kita disuruh maju dan memperkenalkan diri masing-masing.

Singkat cerita bulan sudah berganti bulan dan hampir semua cewek dikelas suka sama Wira dan pernah menjadi pacarnya. Termasuk juga Indah yang waktu itu pernah dipacari Wira selama tiga hari.

Singkat cerita..

Hari ini adalah hari dimana kita akan pergi Camping.

Saat itu kita semua berangkat menggunakan bus dan disertai beberapa guru yang menemani kami.

Kita pergi Camping ke sebuah gunung yang bisa dibilang banyak sekali pantangan yang diberlakukan selama nanti kita ada disana.

Setibanya ditempat tujuan. Kita semua keluar dari bus dan berkumpul. Di situ salah satu guru memberikan sebuah informasi.

Indah memperhatikan dengan seksama guru pembimbing yang memberikan informasinya pada hari itu. Lain halnya dengan mereka berdua, Wira dan Roy. mereka hanya bercanda dan menggoda setiap cewek yang ada didekatnya.

Aku lihat lewat ekor mata, kalau Wira sesekali curi pandang kearahku.

Karna waktu kita datang sudah terlalu sore.

Kami pun siap-siap bertenda.

Kala itu langit sudah memperlihatkan warnanya yang agak kemerah-merahan. 

Para anak berkumpul ke dekat tebing sembari melihat pemandangan matahari tenggelam. Dan ada beberapa dari mereka menyiapkan tenda dan berbagai macam keperluan.

Termasuk aku dan Indah, kita memasang tenda dan menyiapkan keperluan kita untuk malam ini.

Api unggun sudah dinyalakan, tanda hari sudah menjelang malam. Gelak tawa dan nyanyian beriringan. Mencoba mengobati sepi, di kesunyian malam.

Tak berselang lama... 

Terlihat gelagat aneh dari Indah, dia mencengkram tanganku dengan kencang sambil pandangannya menelusur jauh kearah pepohonan.

"Syah, kamu lihat gak pohon besar yang ada ditengah." Ucap Indah sambil menunjuk arah pohon besar yang jauh disana.

Terlihat pohon tersebut akar-akarnya menjerumus keluar dan beberapa ranting kering menutupinya. Pohon tersebut adalah pohon beringin.

Malam itu kita bisa melihat dengan jelas karna memang lagi terang bulan.

Aku mencoba melihat wajah Indah kala itu, wajahnya suram seakan menyimpan rasa ketakutan.

Aku sendiri bisa dibilang orangnya jarang ngomong, kalau tak begitu perlu apa yang ingin di omongkan, dan aku hanya memilih diam.

"Itu tu Syah, kayaknya pohon beringin itu yang kita dilarang untuk mendekatinya." Ucap Indah dengan nada bergetar.

Akhirnya aku mencoba untuk bertanya sama Indah "Memangnya kenapa dengan pohon tersebut?"

Lantas Indah pun menjawab dengan nada berbisik "Buto ijo."

"Udah Ndah, gak usah dipikirin. Anak yang lain juga gak mikirin hal itu. Malah mereka senang ada ditempat ini." Ujarku untuk menenangkan kepanikan Indah kala itu.

Tak berselang lama.., kita melihat Wira dan Roy berjalan meninggalkan tempat kita ngumpul-ngumpul.

Terlihat mereka berjalan menuju pepohonan dan mereka berhenti dipohon beringin tersebut yang sudah sedari awal menjadi larangan untuk pergi kesana.

Memang anaknya bandel atau tidak dengar, sampai mereka berdua tak menggubris larangan tersebut.

Terlihat Roy berputar kearah belakang pohon beringin itu. Entah sebenarnya apa yang dia lakukan.

Mungkin karna keadaan disini ramai sampai guru dan teman-teman yang lain tak memperhatikan kalau Wira dan Roy sudah tidak ada ditempat kita kumpul.

Awan pun tertiup angin. Bulan yang tadinya bersinar terang kini menutup cahayanya untuk sekian detik.

Mereka yang tadi kita lihat berada disitu, tiba-tiba lenyap entah kemana. Indah yang panik lantas bangun dan memberitahukan para guru dan teman-teman yang lainnya kalau Roy dan Wira pergi kesana. Sambil menunjuk pohon beringin tersebut.

Keadaan yang tadi ramai, berubah menjadi panik karna murid yang lain takut kalau nanti terjadi apa-apa juga dengan mereka.

Para guru waktu itu mencoba menenangkan para murid.

Disini sebenarnya cuma ada 3 guru yang ikut. Pan Anto, Pak Somad dan Bu Atin.

Bu Atin disuruh menjaga kita, sedangkan Pak Anto dan Pak Somad berusaha mencari mereka berdua kearah pohon beringin tersebut.

Ditemani dengan satu senter yang masih berisihkan batu batrai. (Karna waktu itu belum ada senter yang pakai charger).

Pak Anto dan Pak Somad menelusuri setiap pepohonan. Pohon beringin yang kalau dilihat tidak jauh, tapi ketika mereka tujuh kearah pohon tersebut, seperti tidak pernah sampai.

Kita yang melihat dari jauh, membuat mereka berdua merasa keheranan.

Karna mereka berdua hanya berputar-putar dan tidak pernah melangkahkan kaki kearah pohon beringin yang ingin mereka tujuh tersebut.

Keringat bercucuran dari mereka berdua, dan suara nafas yang sesak mengiringi setiap langkahnya.

Akhirnya mereka menyerah dan mereka kembali ketempat kita berada.

"Pak, kenapa kalian tidak langsung kesana. Kenapa malah berputar-putar?" Tanya Bu Atin yang kemudian dijawab oleh pak Somad dengan suara yang terengah-engah,

"Apanya yang berputar-putar Bu, sedari tadi kita berjalan tapi tidak juga sampai,"

Bu Atin pun kembali menjelaskan sambil menunuk kearah murid "Bener kok Pak, tadi kami melihat bapak tuh cuma berputar-putar saja, kalau tidak percaya tanya saja sama anak-anak."

Pak Anto dan Pak Somad hanya terdiam dan saling bertatap muka. Mereka bingung dan tidak bisa mengerti kenapa mereka bisa seperti ini.

Tiba-tiba angin disekita berubah menjadi begitu kencang.

Kita mencoba memegangi tenda yang telah kami dirikan supaya tidak terbawa sama angin.

Rembulan tak lagi menunjukan eksistensinya karna tertutup awan yang tebal.

Terdengar ada suara teriak dari salah satu siswi. 

Teriak yang begitu nyaring... teriakan yang keras seakan memekahkan telinga bagi yang mendengarnya.

Terdengar teriawakan dari salah satu siswi bernama Ega, sedangkan siswi yang bernama Santi kesurupan.

Tiupan angin pun sudah meredah. 

Kita yang sedari tadi memegang tenda melepaskannya dan berlari kearah Santi yang tengah kesurupan.

#Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status