Share

CDDB I versi Wira, part 5

"Maaf Mbah, kami tidak mengerti dengan apa yang Mbah ucapkan." Ujar Roy dan Si Mbah menjawab dengan nada yang lantang "Jadi kalian tidak tahu kalau kalian diikutin sama makhluk sebanyak ini?"

"Kami bener gak tahu Mbah." Jawab Roy

Aku dan Roy mencoba melihat kearah belakang, kearah beberapa tempat yang ditunjuk oleh Mbah Jambrong. Akan tetapi kami tidak melihat apa pun di angsana.

Mbah Jambrong pun menyuruh kita untuk masuk sambil berucap "Ya sudah.. Roy, kamu dan teman kamu masuk dahulu. Kemudian ceritakan, mengapa kalian bisa diikutin sama makhluk-makhluk tersebut."

Sesampainya didalam aku melihat sekeliling. Rumah seperti rumah biasa pada umumnya. Akan tetapi rumah ini terlihat amat sempit karena padat dengan banyaknya kamar disetiap sudut ruangan.

Total semua kamar ada sembilan. Tak termasuk sama kamar yang dipakai khusus sama Mbah Jambrong.

Sembari jalan menelusuri lorong, sesekali aku melihat kearah kamar-kamar dan didalam masing-masing kamar terlihat ada wanita yang masih muda, seusia anak SMP dan SMA. Mereka tertidur didalam kamar dengan kondisi semua pintunya dibiarkan terbuka.

Kita masih menelusuri lorong menuju kesuatu kamar yang digunakan Mbah Jambrong untuk melakukan ritualnya.

Sesampainya kita dikamar, kita pun dipersilakan duduk. Akan tetapi mataku masih menelusuri setiap jengkal sudut diruangan tersebut.

Terdapat tulang belulang kepala hewan tertata rapi disetiap dinding.

Tak lupa dengan aroma kemenyan dan bunga tujuh rupa yang menyengat hidung.

Rumah kecil yang sederhana dari luarnya, tetapi luas luas juga.

Mungkin karena aku tidak melihat rumah ini dari samping jadi tidak tahu kalau rumah ini memanjang kebelakang.

Roy menceritakan semua kejadian yang menimpa kita malam itu. Mbah Jambrong seakan mengeluarkan sesuatu dari sakunya, terus tak beberapa lama dimasukan kembali.

Kita tidak tahu apa yang dia pegang karena terhalang oleh meja kecil yang ada didepan kita.

Mbah Jambrong beberapa kali menganggukan kepalanya. Pikirku mungkin dia sudah mengrti dengan apa yang Roy ucapkan.

Akan tetapi anggukannya kian lama kian menjadi. Roy pun mencoba mendekatinya dan aku lihat dia mengambil sesuatu dari telinga Mbah.

Earphone.... Rupanya dia mengangguk bukan karena mengerti dengan yang Roy ucapkan. Akan tetapi mungkin kala itu dia mengambil hape dari sakunya dan menaikan volumenya, yang membuat Si Mbah keasyikan sampai tidak mendengarkan apa yang Roy ucapkan.

Kalau disimak dengan saksama kita tidak bisa melihat dia menggunakan earphone, karena tertutup oleh rambutnya yang panjang terurai hampir menutupi semua bagian wajah.

"Eh Mbah berarti sedari tadi kita datang sebenarnya Mbah tidak dengar dengan apa yang kita ucapkan?" Tanya Roy dengan nada teriak...

Mbah pun menjawab "Eh... Buset, aku belum budek.... Jangan keras-keras ngomongnya.... Habisnya lagu-lagu ini enak-enak buat didengar. Lagian aku bosan, mengapa si kamu lagi kamu lagi yang datang. Jadi aku sudah tidak mau dengar keluhan kamu, karena ujung-ujungnya pasti cewek. Maka dari itu, aku naikkan volumenya supaya tidak dengar ocehan kamu hahahahahaah".

Roy yang sudah memegang earphone punya Mbah akhirnya mencoba memasangkannya ditelinga karena penasaran... sebenarnya lagu apa yang sedang didengar oleh Mbah Jambrong.

"Anjir..... Koplo. Sambalado eh eh sambalado." Ucap Roy dibarengi dengan ikut menyanyi. Dan Setetika Kakek-kakek tersebut menjitak kepala Roy.

"Aduh... Mbah mengapa kepala saya dijitak?" Tanya Roy dengan memegang kepalanya, lalu dijawab oleh Mbah dengan nada yang sedikit kesal "Eh, bego. Masih mending aku yang asyik sambil manggut-manggut. Nah... Kamu malah ikutan nyanyi".

Aku hanya meringis dan bingung, sebenarnya ada apa di antara mereka sampai begitu akrabnya.

"Ya sudah siapa nama cewek yang sekarang ingin kamu pelet?" Tanya Mbah melihat kearah Roy.

Roy pun menjawab dengan memalingkan badan dan mencoba duduk didekatku "Eh..... Pak tua, makanya kalau ada orang ngomong tuh didengerin. Siapa juga yang mau aku pelet?"

"Oh ya sebelumnya aku ingin tahu, mengapa hantu-hantu tersebut mengikuti kalian?" Tanya Mbah Jambrong yang membuat Roy makin kesal.

"Tuh kan ngeselin. Udah capai dijelasin sekarang nanya lagi".

"Jadi gini mbah....... Bla bla bla bla." Ucap Roy kembali menjelaskan...

"Oh.... Gitu, ya sudah Mbah mau mencoba berintraksi dengan mereka." Ujar Mbah Jambrong kemudian mengulurkan tangannya kearah depan. Sambil memejamkan mata dan menggerakkan mulutnya dengan komat-kamit.

Akan tetapi.... Kejadian itu membuat saya tertawa lepas. karena tangan Mbah yang diulurkan kedepan, kena wajahnya Roy.

"Pih... Apaan si Mbah ni, udah tangannya bau." Ucap Roy sambil memiringkan badan kebelakang.

Mbah yang masih merem dan membiarkan posisi tanganya seperti itu kemudian menjawab "Salah sendiri masih disitu, sudah tanganku mau berintraksi dan Roy, aku lupa cuci tangan habis makan jengkol tadi".

"Salah satu dari kalian telah mengotori tempatnya." Ucap Mbah Jambrong melotot kearah kita.

Aku yang masih diam tanpa sepatah kata pun. Menunjuk kearah Roy. Kemudian Mbah pun kembali bertanya "Roy... Jadi apa yang kamu lakukan dirumah tersebut sampai penghuninya marah sama kalian?"

Dengan kepala menunduk, Roy menjawab "Aaaa... Anu Mbah, aku berkeringat".

Aku pun ikut menjelaskan dengan nada setengah teriak "Keringat yang keluar dari celana Mbah!"

"Eh.. kamu bisa bicara toh? Kirain bisu." Ujar Mbah Jambrong.

"Ya sudah Roy, nanti masalah itu biar saya yang urus. Sekarang urusan kamu kesini ada apa? Masih kurang sudah melet 5 cewek?" Tanya Mbah Jambrong.

Roy pun menjawab sambil melirik kearahku "Bukan Mbah, kali ini bukan aku tetapi temanku".

"Siapa nama gadis tersebut dan mana fotonya?" Mbah Jambrong kembali bertanya yang kali ini melirik kearahku,

"Namanya Aisyah mbah. Aisyah binti Umar... Akan tetapi saya tidak tahu fotonya." Ucapku menjelaskan,

lalu Roy dengan songongnya berucap "Eh.. orang gua, sini hape loe."

Aku memberikan hape dan Roy malah tertawa sambil berucap "Anjir.... Kasian banget si loe.... Punya kontak WA nya tetapi chat kamu gak ada yang dibalas sama dia. Jangankan dibalas, di read aja gak hahahahaah".

Aku yang mendengar ocehannya sempat ingin mengambil hapeku dari tangannya. tetapi Roy memberikan hape tersebut sama Mbah Jambrong sambil menunjukkan foto profil WA Aisyah.

"Oh... Ini anaknya? Aku juga mau!" ucap Mbah Jambrong sambil tertawa kecil,

Roy yang setengah kesal berucap "Udah Mbah jangan dilahap semua cewek yang ada. Bukannya sekarang istrinya sudah sembilan, apa masih kurang juga?"

Akhirnya aku tahu, kalau semua perempuan yang menunggu tiap kamar tersebut adalah istri Mbah Jambrong.

Seleranya boleh juga, istri Mbah Jambrong usianya di bawah 20 tahun semua.

Aku penasaran dan mencoba bertanya "Mbah, gimana gilirnya? Kan seminggu ada tujuh hari sedangkan istri mbah ada sembilan?"

Lantas Mbah pun menjawab "Biar tua begini, masih bisa meladeni mereka dalam satu malam. Lihat bentar lagi mereka akan datang kesini dan buat antrian".

Dan tidak lama kemudian satu persatu dari mereka datang.

Salah satu dari mereka ada yang membawa gelas yang didalamnya berisi serotan yang biasa dipakai untuk minum es. Serotan yang sudah dipotong-potong yang ada kertas didalamnya.

Mbah Jambrong mulai mengocok gelas tersebut dan satu persatu dari mereka mengambil serotan tersebut.

"Yah... Aku dapat gilirannya jam 3 malam".

"Yeah, aku dapat jam 9"

"aku dapat jam 11"

Dan seterusnya..

Rupanya mereka mengambil jam gilir jam berapa mereka dikunjungi sama Mbah Jambrong. Lantas kertas tersebut nantinya akan disimpan diluar pintu kamar mereka masing-masing.

Aku hanya tersenyum dibuatnya, sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah mereka kembali, kita pun melanjutkan pembicaraan.

"Nama kamu siapa?" Tanya Mbah Jambrong sambil melihat kearahku. Dan aku pun menjawab "Namaku Wira mbah, Wira Sukma Sencoko bin Arya Sencoko".

"Aku memberikan nama lahirku, karena nama sencoko sudah tak lagi terpakai. Namun ku pikir lebih baik pakai nama lahir dan tak memakai nama Wira Ar-Rahman." pikirku.

Terlihat Mbah Jambrong mengambil gelas yang berisi air putih yang ada di atas meja yang memang sudah dia siapkan.

"Sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra, dengan segelas air putih lalu pasien disembur....." Ujar Roy sambil menyanyi.

Kita berdua pun menatap kearahnya dengan tatapan tajam....

Roy terdiam, kemudian angkat bicara "Hehee bercanda, ya sudah lanjutin saja mbah."

Mbah Jambrong pun mengulang lagi dari awal dan sesekali dia melihat ke hape saya yang dipegang.

"Kok ini foto monyet?" Ucap Mbah Jambrong.., saya kaget dengan apa yang diaucapkan. Aku mencoba melihat hape yang dia pegang "Oh.. maaf Mbah, itu ke lock."

Memang Lock screen yang aku pakai itu Random dan sesekali terkadang yang keluar gambar monyet.

Aku mengambilnya dan memberikan hapenya lagi yang sudah saya buka lockscrennya.

"Sampai kapan aku harus terus mengulang?" Ucap Mbah dengan menggelengkan kepala. Dan kita hanya tertawa kecil.

Mbah Jambrong pun memulai lagi ritualnya.

Diakhir bacaan, dia menelan air tersebut dan dikumur-kumur didalam mulutnya lantas disemburkan ke muka saya.

"Aduh... Bau banget ni". Ucapku.

"Maaf, tadi belum sempat sikat gigi." Jawab Mbah dengan senyuman kecil.

Singkat cerita....

Kita pamit untuk pulang, tetapi Mbah Jambrong bilang tiga hari lagi kita disuruh kesini untuk menyelesaikan urusan kita dengan penghuni rumah tua tersebut.

Akhirnya kita pun pulang... Memang hawa sedikit tidak enak, tetapi kita sudah dikasih bekal sama Mbah agar tidak diganggu sama mereka.

Tepat jam 9 malam kita baru sampai rumah. Kali ini saya tidak pulang dan saya menginap dirumah Roy.

Tak jauh dari rumah Roy cuma berkisar beberapa rumah disitu rumah Aisyah.

"Aduh... Aku sudah telat ini, pasti Dina marah." Ucap Roy dengan tegesa-gesa

Dia pun keluar meninggalkanku sendirian dikamarnya..

Aku hanya terdiam dan menatap layar hape. Ingin sekali WA Aisyah sembari ngecek apa dia sudah jatuh hati padaku!

"Arrghhh.... Cek besok pagi sajalah." Gumamku dalam hati.

Aku merebahkan badan keranjang sambil meletakkan hape dekat dengan kepala.

"Dr.... Dr.... Dr...." Terdengar getaran dari hape yang saya silent.

"Siapa yang nelpon malam gini? Ortu sudah dikasih tahu kalau malam ini gak pulang." Gumamku.

Aku kaget ketika melihat nama dari layar hape.

"Aisyah......????"

Aku langsung buru-buru mengankat telfonnya.

"Ya, halo assalamualaikum, ada apa ya Syah? Tumben nelfon?" Tanyaku.

"Walaikumsalam.. iya Aisyah gak bisa tidur, Aisyah kepikiran terus sama Wira. Oh ya maafin Aisyah tadi siang ya Wir. Bukan maksud Aisyah gitu. Akan tetapi Aisyah malu dilihatin banyak orang. Aisyah mau kok jadi pacar Wira." Balas Aisyah.

Sontak, aku langsung berdiri dan melompat-lompat di atas ranjang Roy.

Akhirnya yang selama ini saya impikan terjadi juga.

Kini Aisyah jadi milikku.

Aku lanjutkan kembali telfonan sama dia.

"Memang kamu diperbolehkan sama orang tua kamu buat pacaran?" Tanyaku,

Kemudian dijawab oleh Aisyah "Gak boleh si Wir, tetapi mau bagaimana lagi. Aisyah tuh sayang banget sama Wira. Masa bodoh sama orang tua, yang penting Aisyah bahagia!"

Malam itu kita asyik mengobrol lewat telepon sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 malam.

Terdengar suara yang mengetok pintu kamar Aisyah, suaranya mirip ibu-ibu mungkin itu ibunya Aisyah yang mencoba untuk membangunkannya untuk salat malam.

Aku yang mendengar tersebut berniat untuk mengakhiri telepon.

"Ya udah Syah, kalau kamu mau salat malam." Ucapku.

Lantas Aisyah menjawab "Ngapain salat, yang penting bisa denger suara Wira saja sudah bisa bikin Aisyah bahagia".

Memang aku senang dengan perubahan sikap Aisyah, tetapi dia malah melalaikan agamanya. Entah mau senang apa bagaimana? Aku bingung.

Dan aku berpikir apa yang telah ku lakukan sudah benar?

TBC ke CDDB II (cinta di tolak, dukun bertindak) versi Aisyah

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status