Home / Romansa / DATE ME PLEASE! / Hari pertama kerja

Share

Hari pertama kerja

Author: Beeblaze
last update Last Updated: 2025-07-01 08:39:06

pagi itu tidak terasa seperti pagi yang biasanya. cahaya matahari menyelinap lewat tirai jendela dari apartemenku yang sedikit berdebu, tetapi aku tidak peduli, karena aku masih mengantuk tetapi saat sebuah suara notifikasi berbunyi, aku langsung terbangun. dan saat kubuka laptopku, aku melihat satu email masuk dari ashwood & reins corp. rasanya seperti dunia berhenti berputar selama lima detik.

Subject : welcome to ashwood & reins corp

Dear Celine Nathalia,

kami dengan senang hati menyambut anda di ashwood & Reins corp sebagai junior editor staff. Silahkan datang pada pukul 09.00 dikantor dilantai 12, temui HR dan bersiaplah untuk bergabung bersama kami.

-HR Dept

Aku memekik seperti anak lima tahun yang baru dapat es krim. setelah berguling-guling sebentar dikasur, aku melompat bangkit dan bersiap. pagi ini aku tidak butuh drama, tidak ada topi bundar yang tersangkut, dan tidak ada tersandung kaki sendiri, aku harus tampil on point.

Kupilih blouse lembut warna rose-beige, blazer abu muda, celana panjang high-waist, dan sepatu block heels. rambutku kuikat setengah ke belakang, riasan tipis tapi segar, dan bibirku yang telah kupoleskan dengan lipstik nude matte favoritku.

Jam 08.45 aku sudah naik lift ke lantai 12. tanganku sedikit dingin, degup jantungku seirama dengan suara ding! dari lift.

Ashwood & reins corp, lantai 12.

Begitu pintu lift terbuka, aku merasa seperti masuk ke dunia orang dewasa yang sesungguhnya. kantor modern dengan dinding kaca, aroma kopi mahal, dan orang-orang berjas sibuk mengetik dan berjalan cepat ke sana kemari.

Salah satu staf HR menjemputku dan membawaku berkeliling. lalu dia menyerahkanku pada seseorang yang ternyata adalah rekan kerjaku.

"Celine, ini partner kerja anda, Maddie Torres."

Seorang wanita muda berambut coklat keriting sebahu menyapaku sambil berdiri, "oke, jadi kau Celine. aku sudah dengar namamu dari HR. welcome to the jungle, babe."

Aku tertawa gugup. "thanks. sangat rapi sekali disini." ucapku menatap sekeliling

"Di luar memang terlihat rapi. ketika kau memulai mengerjakan tugasmu Maka akan penuh dengan deadline." katanya sambil menyerahkan aku satu sticky note besar bertuliskan 'NEVER trust someone from sales Departement'. Entahlah, sepertinya dia serius.

Maddie ternyata cerewet, super realistis, dan juga cukup humble meskipun sudah bekerja lebih lama dariku. dia mengajarkanku cara masuk ke sistem, mengakses artikel lama, dan bahkan memberitahu tempat Refill kopi yang tidak pernah kosong.

~~~

Beberapa jam kemudian....

Aku sedang duduk mengedit artikel tentang turnamen golf tahunan, mencoba memahami istilah-istilah olahraga yang bagiku lebih rumit daripada soal matematika SMA. Maddie dari mejanya mengintip dan mengomentari tajuk buatanku.

"pegolf tua lawan pemain muda, siapa jatuh duluan..... Celine, ini bukan sinetron," katanya sambil tertawa.

"hei, aku suka dramatisasi," aku mengangkat bahu. "lagian, aku tidak begitu mengerti golf." kataku menatapnya, "lagi pula aku baru belajar."

"tenang. hari pertamaku dulu aku pernah nulis 'atlet seksi dengan raket ajaib'. percayalah, bos tidak akan pernah melupakan itu."

aku tertawa mendengarnya

saat kami tertawa, suasana kantor mendadak hening. dari kejauhan terdengar langkah sepatu kulit yang berat dan mantap. satu per satu karyawan berdiri atau menegakkan punggung. seorang pria tinggi berjas navy dan kemeja putih berjalan melewati deretan meja.

Aku menoleh sekilas, dan nyaris tersedak.

Itu dia. pria yang dulu mengacaukan hariku.

laki-laki yang menghampiri max- pria berjas yang waktu itu kulihat di aplikasi pencarian jodoh dan langsung ku stalk hingga ke depan kantornya. pria yang kuduga karyawan biasa, atau....entahlah. yang jelas, aku ingat wajahnya.

kenapa?

karena aku MEMAKI dia di depan umum.

waktu itu, dia menyela saat aku sedang membangun momen dengan max.

dan sekarang....dia berdiri di depan ruangan bertuliskan Josh Bannett ashwood — CEO

Tanganku gemetar. Maddie, melihat wajahku yang berubah pucat, menyenggol pelan. "ada apa Celine? kau seperti melihat hantu saja. ada apa?" tanya Maddie pelan menatapku bertanya dengan nada bingung

Aku berbisik lemah, "itu...itu dia...pria yang pernah aku maki di jalan."

Maddie melihat kearah yang kutunjuk dan dia lantas menahan tawa dengan susah payah. "dia? kau gila? berani sekali kau, Celine."

Josh. lelaki itu menatap sejenak ke arah kami. Matanya bertemu dengan mataku. dan aku bersumpah.... dia INGAT.

Alisnya naik sedikit. hanya sedikit. tetapi cukup membuat perutku muak dan telapak tanganku basah.

dia mengangguk datar, lalu masuk ke ruangannya. Terdengar suara pintu kacanya menutup, klik.

Aku menunduk dalam-dalam di meja. "aku ingin pulang. aku ingin kembali kerja di tokoh baju. aku ingin hilang."

Maddie memukul pundakku sambil tertawa keras, "Celine, aku rasa kau baru saja membuatku mendapatkan bahan gosip baru selama sebulan ini!"

aku hanya menatap Maddie dengan wajah memelas pasrah, sedangkan gadis itu masih tertawa kecil menatapku.

***

walaupun sisa hari ini ku lalui dengan campuran grogi, panik, dan rasa ingin menggali lubang kuburanku sendiri, tetapi aku berhasil menyelesaikan dua artikel editan dan satu outline untuk edisi mendatang. Maddie bilang aku telah bekerja dengan sangat baik hari ini, dan itu membuatku seperti diberi penghargaan saja.

Langit New York menjelang senja tampak seperti lukisan minyak, warna peach keemasan bercampur semburat ungu menggantung di atas gedung-gedung pencakar langit. udara sore sedikit lebih hangat dari biasanya, meskipun angin kota masih berhembus cepat melewati trotoar yang dipenuhi orang-orang pulang kerja.

Aku melangkah keluar dari pintu kaca ashwood & reins corp dengan langkah pelan. Tumit sepatuku mengetuk pelan lantai batu trotoar saat aku berjalan, sementara tas kerja tergantung di bahuku, sedikit berat karena map-map yang kubawa pulang. kepalaku masih penuh dengan banyak hal, Maddie yang cerewet tapi suportif, dokumen sistem yang belum sempat kupelajari, wajah Josh yang muncul dipikiranku.

Aku menghembuskan napas panjang. "hari yang luar biasa," gumamku, setengah geli, setengah malu.

Mobil-mobil lewat cepat di sampingku. sinar lampu tokoh mulai menyala satu per satu, memantulkan cahaya ke kaca-kaca gedung.

Seorang wanita muda lewat sambil tertawa bersama temannya, membawa kopi dan keranjang belanja. di sisi lain, seorang lelaki tua meniup harmonika dengan nada jazzy di sudut jalan.

Sesampainya di halte bus, aku duduk sebentar dan memandangi lampu-lampu kota yang mulai menggeliat. jemariku memainkan ponsel membuka galeri, kutemukan satu selfie pagi tadi sebelum masuk kantor. wajahku terlihat penuh harapan, gugup, dan polos. aku tertawa kecil sendiri.

Hari ini mungkin bukan yang sempurna. tapi ini adalah hari yang penting. Bus datang, aku naik, duduk dekat jendela, dan menatap ke luar sepanjang jalan pulang. aku ingin cepat-cepat mandi karena badanku sudah sangat gerah dan sangat lengket sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DATE ME PLEASE!   Ancaman

    Bandara di New York sore ini ramai sekali. Suara roda koper yang diseret, pengumuman dari maskapai dan langkah tergesa-gesa dari penumpang menjadi satu. Aku berjalan dibelakang Josh, masih sedikit lelah setelah penerbangan panjang dari Sydney. Aku hanya ingin cepat pulang dan beristirahat. Ngomong-ngomong setelah kejadian waktu itu, aku dan Josh sudah kembali mengobrol seperti biasa. Tentu saja Josh tidak merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan, hanya aku yang terlalu memikirkannya secara berlebihan. "Hati-hati, disini sangat ramai." Josh menarik tanganku yang lain saat tidak sengaja beberapa orang menabrak bahuku saat berjalan. mau tak mau aku jadi berjalan disebelahnya, "terimakasih pak." kataku sopan, dan dia hanya mengangguk singkat saat kami berjalan tiba-tiba langkahku melambat saat melihat seseorang sudah berdiri digerbang kedatangan. Seorang wanita dengan senyum lebar menatap kearah kami, penampilannya sangat sempurna, rambut pirangnya tergerai rapi, bibirnya b

  • DATE ME PLEASE!   Bingung dan nyaman

    Pagi itu, udara di Sydney terasa sangat berbeda dari new york. kami sudah berada disini selama dua hari dan ini adalah hari terakhir kami disini, karena itu aku memutuskan untuk pergi keluar berjalan-jalan. Awalnya aku ingin berjalan-jalan sendirian saja namun Josh memintaku untuk menemaninya bertemu dengan rekan bisnisnya. Sebagai karyawan yang baik aku tentu saja harus mengangguk mengikuti perintahnya, dan disinilah kami, dijalan yang ramai dari Sydney. Aroma kopi dan roti panggang dari cafe ditrotoar yang berjajar rapi tercium sangat jelas terbawa oleh angin. burung-burung kecil terbang rendah diantara beberapa orang hanya untuk mencuri sedikit roti dari tangan mereka. Aku berjalan disamping Josh, yang tampak tenang dengan kemeja putihnya yang digulung dibagian lengan dan celana chino krem. Kami sedang menuju sebuah cafe untuk bertemu dengan rekan bisnisnya. Katanya ini pertemuan singkat, jadi aku boleh duduk sambil menikmati minuman yang tentu saja ditraktir olehnya. Tapi

  • DATE ME PLEASE!   Tawaran

    Hari ini setelah menyelesaikan semua pekerjaanku dan duduk berjam-jam hingga punggung dan bokongku keram, akhirnya aku bisa pulang. Kantorku sudah mulai sepi, lampu-lampu pun sudah banyak yang dimatikan, hanya tersisa beberapa karyawan yang lembur, hari ini aku tidak lembur. Aku meraih tas dan jaketku, dan berjalan perlahan kearah lift untuk turun kelantai satu. Sesampainya di lobi langkahku terhenti. Dibalik pintu kaca besar yang menghadap jalan utama, aku melihat sosok Josh yang berdiri tegap, membelakangi kantor, menatap langit malam yang mendung. Dia hanya berdiri diam disana seperti sedang menunggu seseorang. awalnya aku ragu tapi akhirnya ku beranikan diri untuk menghampirinya, "Malam pak." sapaku pelan Dia menoleh dan tersenyum kecil, "sudah selesai kerja?" tanyanya santai aku mengangguk, "iya, tapi bukankah.....hari sudah sangat malam, kenapa bapak belum pulang?" Josh tersenyum lebih lebar, "aku sedang menunggumu." aku terdiam beberapa detik. menungguku? "oh ti

  • DATE ME PLEASE!   Ajakan

    Dipagi hari ini cuaca terasa dingin. Awan mendung terlihat dibalik jendela apartemenku, aku menghela napas pelan lalu berjalan untuk mengambil syalku lalu kulilitkan dileher. Setelah pesta semalam aku langsung pulang, aku bahkan tidak mendengar apa yang dipidatokan oleh Josh. Dia sempat menyebut namaku dan menyuruhku naik keatas panggung untuk berdiri disampingnya, banyak orang bertepuk tangan dan mengucapkan selamat padaku. Ku ucapkan beberapa kata terimakasih atas pujian yang kudapatkan. Aku tak tau pasti, seperti kejadian semalam terlalu cepat berlalu. Aku minum terlalu banyak semalam hingga kepalaku pusing pagi ini. Perutku terasa mual, membuatku harus kekamar mandi dua kali. aku bahkan belum sarapan, jadi kuputuskan untuk memakan roti panggang dengan isian keju dan telur goreng. Setelah mengetahui bahwa max telah mempunyai seorang istri aku merasa kesempatanku untuk mendekatinya telah pupus. Tetapi aku tidak bersalah, kan? Aku bahkan tidak tau bahwa dia telah beristri, lagipu

  • DATE ME PLEASE!   Keberhasilan dan pesta

    Aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya. Yang aku tau adalah ketika aku terbangun, sudah banyak orang yang mengelilingiku. Aku terbaring dikursi panjang, mataku menangkap beberapa wajah yang menatapku dengan pandangan khawatir, terutama Maddie yang berlutut menatapku. "apa dia tidak apa-apa?" tanya seseorang yang aku yakin salah satu karyawan disini "mungkin, aku rasa dia hanya kelelahan.“ "malang sekali.” dan banyak lagi suara-suara yang cukup kukenali ketika pandanganku mulai jelas, aku bangkit dan duduk dikursi panjang itu, menatap Maddie meminta penjelasan. Namun Maddie hanya menggelengkan kepalanya, “aku tidak tau pasti, kau tiba-tiba saja pingsan dan ya, disinilah kau sekarang.” jelasnya Aku menatap sekeliling, rupanya banyak sekali yang khawatir padaku atau mereka hanya terlalu kepo dengan apa yang terjadi. "tidak apa. aku sudah membaik, terimakasih karena sudah khawatir padaku, aku benar-benar tidak apa-apa.” ucapku sambil menatap mereka satu persatu seolah m

  • DATE ME PLEASE!   keberhasilan

    Pagi itu aku berjalan lesu menuju kantor, aku yang biasanya akan tampil memukau kini hanya mengenakan kemeja putih polos dan rok hitam diatas lutut tanpa hiasan apapun. Langkahku sedikit berat, perasaan malu masih bersarang didadaku. bagaimana bisa aku salah mengirim file? itulah kenapa ibuku selalu bilang "jika lelah maka tidurlah, jangan memaksakan diri." setibanya aku dikantor, aku dapat melihat beberapa karyawan yang sudah mulai berdatangan. Kulihat resepsionis yang biasanya menyapaku ramah kini mulai sedikit tersenyum padaku walau masih belum menyapaku lagi. Aku menaiki lift untuk kelantai 5 tempat ku bekerja. Saat lift terbuka aku langsung masuk kedalam namun saat pintu lift hendak tertutup sebuah tangan menahannya, dia max. Aku langsung menghentikan tombol lift agar dia bisa masuk max menahan pintu lift lalu tersenyum padaku yang ku balas dengan senyuman juga tentunya. "terimakasih." ucapnya yang ku balas dengan anggukan kecil hari ini max terlihat lebih ceria, dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status