Home / Romansa / DENDAM CINTA MASA LALU / BAB 3 PULANG KE YORKSHIRE 

Share

BAB 3 PULANG KE YORKSHIRE 

Author: Jemyadam
last update Huling Na-update: 2025-10-22 19:52:16

BAB 3 PULANG KE YORKSHIRE

Musim semi selalu berhasil membangkitkan Yorkshire dari tidur panjang musim dingin dengan cara yang megah dan memukau. Langit membentang bersih, jernih seperti kaca safir. Awan-awan putih menggantung ringan seperti bulu domba. Ladang-ladang membentang luas bak permadani hijau, dibingkai oleh tembok batu kering yang sudah berdiri sejak berabad-abad lalu. Bunga bluebell dan primrose bermekaran liar di sepanjang jalan menuju tanah kelurga Loghan. Semburat warna ungu dan kuning yang kontras dengan hijau rumput, menghampar seperti permadani raksasa di bawah naungan langit.

Di kejauhan, lembah-lembah terbuka dilintasi aliran sungai kecil berkelok yang jernih memantulkan kilau mentari. Domba-domba putih tersebar seperti kapas hidup di padang hijau, melenguh tenang, tak terusik waktu. Langit, tanah, dan udara berpadu menjadi satu harmoni yang menenangkan, nyaris seperti lukisan pastoral yang tak pernah pudar.

Mobil hitam melaju mulus membelah satu- satunya jalanan aspal yang semakin menyempit. Aron Loghan menatap ke luar dari balik jendela kaca mobil mewahnya. Duduk diam dan tegak, seolah enggan bersentuhan dengan apa pun di luar jendela. Jas hitamnya rapi, sepatu mengilat anti ternoda debu, dan tatapan matanya tajam, melesat jauh, seperti sedang mencari sesuatu yang tidak ingin ia temukan.

Mata Aron sedang diam-diam menyimak detail lanskap yang dulu begitu dikenalnya, perbukitan hijau, domba liar, rumah-rumah penduduk berdinding batu dengan atap rendah yang terlihat seperti bagian dari tanah tua itu sendiri. Di kejauhan, kastil keluarga Loghan berdiri megah sebagai satu-satunya bangunan paling memukau di tengah tanah luas tanpa pengusik, batu-batunya tampak lebih kelam dari ingatan Aron.

Musim semi di Yorkshire memang tidak pernah kehilangan pesonanya. Di masa kecilnya, Aron pernah memuja tanah itu seperti seorang anak memuja negeri dongeng bagi para kesatria berkuda. Sekarang Aron menarik napas dalam-dalam, bukan untuk menikmati udara segar pedesaan, melainkan untuk meredam sesuatu yang menggeliat di dadanya.

Aron memalingkan wajah dari jendela, mencoba menahan denyut emosi yang tiba-tiba datang menyerbu bagai badai musim dingin. Tidak ada senyum, wajahnya kaku, beku seperti serpihan es tajam. Rahang kerasnya sempat kembali berdenyut ketika teringat permintaan ibunya.

Ibu Aron meminta putranya untuk pulang. Ia tak bisa menolak, bukan karena rindu sentimentil pada tanah kelahiran, tapi karena tanggung jawab yang tak bisa dihindari. Sebagai putra tertua keluarga Loghan, tanah ini, kastil ini, dan semua warisan leluhur adalah miliknya. Tapi bagi Aron Loghan warisan itu terasa seperti beban berduri, bukan kehormatan.

Pikiran Aron kembali pada ucapan ibunya beberapa minggu lalu, melalui sambungan telepon dari seberang dunia.

"Anak-anakku yang lain memilih dunia masing-masing. Tapi kau, Aron... kau tetap Loghan. Kau yang harus kembali. Aku sakit memikirkanmu."

*******

Mobil melambat saat mendekati gerbang berukir besi tempa kokoh dengan lambang keluarga Loghan. Gerbang besi setinggi tiga meter itu terbuka perlahan, menyambut sang pewaris yang enggan pulang.

Dedaunan muda berwarna hijau terang bergetar lembut di ranting-ranting pohon ek tua yang mengawal jalan menuju pintu gerbang halaman keluarga Loghan. Halaman yang sangat luas, teduh tapi benderang. Kemegahan kastil keluarga Loghan yang masih sangat terawat tidak pernah kehilangan pamor pesonanya sebagai simbol kejayaan keluarga bangsawan kaya raya.

Begitu melangkah keluar dari pintu mobil, telinga Aron langsung menangkap suara riuh. Kicauan burung robin dan skylark bergurau riang menyambut musim baru seakan-akan menyambut kehidupan yang juga baru kembali.

*****

Langit Yorkshire siang itu seperti kanvas biru pucat yang dicat pelukis musim semi dengan lembut. Geby tersenyum hangat melihat kedatangan putranya dengan hati berdebar antusias.

"Lihat, akhirnya putramu pulang." Geby bicara pada suaminya.

"Jalankan saja misimu, aku tidak mau ikut campur!"

Jeremy Loghan tidak pernah berubah. Sampai uban mulai tumbuh di kepalanya, sifat Jeremy tetap paling ketus dan dingin. Beruntung Jeremy punya istri yang sangat cekatan untuk menimpali segala ego negatifnya.

"Aku hanya ingin Aron segera memilih istri dan memberimu cucu laki-laki sebagai pewaris nama panjangmu!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Runituendahsuryani Tau
kak jemy sayangnya aku,tolong lanjutin me and prince lagi di GN dong
goodnovel comment avatar
heni nuneo
knp aku mikir nya jeremy masih muda yaa.. apalagi sifatnya yg ga berubah ...
goodnovel comment avatar
Haniubay
Kangen Geby dan Jeremy yg hot ......
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 72 BIMBANG DAN LELAH

    BAB 72 BIMBANG DAN LELAHBegitu pintu lift lobi hotel terbuka dengan suara desis lembut. Chatrine sudah berdiri menunggu di ujung lobi.Wanita itu tampak rapi, profesional, dengan mantel abu-abu pas di badan dan sepatu hak tinggi hitam mengilat. Rambut pirangnya disanggul rapi, bibirnya mengulas senyum tenang yang sudah terlalu terbiasa dengan krisis pagi bagi lelaki berbahaya.Wajah tajam Aron Loghan masih seperti biasa, tapi kali ini terlihat lebih lelah. Rambutnya sedikit kusut, matanya sembab namun tetap menyimpan sorot dingin yang tak pernah bisa ditebak.Tanpa banyak bicara, Chatrine langsung menghampiri bosnya dengan cekatan. Wanita cantik itu menyodorkan jaket kulit hitam dan sebuah kacamata hitam dari Dior yang dia keluarkan dari dalam tas tangan.“Terlalu banyak cahaya di luar untuk kepala yang sedang berdenyut.”Nada bicaranya halus, namun padat. Suara sekretaris pribadi yang sudah terlatih mengendalikan semua kekacauan pria sekelas Aron Loghan.Aron menerima jaket dan kaca

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 71 KECEMASAN EVANA

    BAB 71 KECEMASAN EVANAMalam terasa beku menikam ke dada Eva dalam kecemasan. Aron belum pulang hingga lewat tengah malam. Ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi.Eva masih duduk menunggu di ujung sofa ruang tengah, tubuhnya diselimuti cardigan tipis, rambutnya digulung acak sembarangan, dan matanya terus menatap pintu lift yang belum juga terbuka.“Aku akan terus menunggu sampai kau pulang…”Suara Eva hampir tak terdengar. Jemarinya mencengkeram gelas berisi air mineral yang sejak tadi sudah kosong. Ponsel di genggaman tangannya menunjukkan pukul 01.37 dini hari. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan masuk. Tidak ada kabar.Eva mulai tidak bisa membedakan ini cemas… atau mulai ketakutan. Dengan ragu, dia akhirnya menelpon Chatrine.Nada sambung cukup lama. Tapi akhirnya suara lembut Chatrine menjawab di seberang sambungan telefon.Eva menahan napas. Suaranya nyaris pecah."Aron belum pulang. Semua komunikasinya mati. Kau tahu ke mana dia pergi?"Hening sejenak dari seberang."Aku

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 70 SEMUA KACAU

    BAB 70 SEMUA KACAUEvankan mengejar punggung Chatrine di tengah keramaian pejalan kaki di sepanjang trotoar. Begitu Evankan sudah cukup dekat, tiba-tiba sosok Chatrine justru menghilang.“Sh*t,” bisik Evanka pelan.Dadanya masih bergemuruh naik turun, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, menelusuri setiap wajah yang lalu lalang. Tapi Chatrine sudah benar-benar lenyap.Beruntung Chatrine sudah masuk ke dalam mobil."Ayo, aku ingin buru-buru pulang!" Evana sudah duduk menunggu di dalam mobil selama Chatrine menyelesaikan pembayaran."Kita bisa langsung pulang, atau pergi ke salon untuk mewarnai rambut." Chatrine memberi pilihan alternatif."Kau serius, aku di ijinkan untuk mengecat rambut?" Eva nyaris tidak percaya karena mengingat kemurkaan Aron tempo hari.Chatrine mengangguk. "Warna merah pun juga boleh."Mustahil Chatrine berbohong."Oke, kita pergi ke salon!"Mobil hitam berlogo Denton Global melesat dari tepi trotoar sebelum Evanka Collins sempat menyadari keberadaan adiknya.Deng

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 69 WANITA YANG CEMBURU

    BAB 69 WANITA YANG CEMBURU Ketika dua orang saling bertikai dengan keras kepala, maka ingat baik-baik satu prinsip dasar ini. 'Tidak ada yang sepenuhnya salah, dan tidak ada yang sepenuhnya benar. Tiap individu bisa membuat porsi kesalahannya masing-masing.' Saat itu usia Evankan baru tiga belas tahun, dua tahun lebih muda daripada Aron. Wajarnya memang dia yang ketakutan ketika seorang pemuda yang lebih dewasa memiliki hasrat yang begitu besar terhadap tubuhnya. Tapi Evankan juga telah melampaui batas dengan tindakan bully yang sangat jahat di usia mereka yang sama-sama remaja. "Tunjukkan wanitamu padaku!" Evanka Collins balas menantang Aron Loghan. Kemudian langsung berpaling angkuh untuk melangkah pergi. Beberapa menit setelah langkah anggun Evanka Collins menghilang di balik pintu, Aron Loghan masih berdiri membatu. Sorot matanya kosong menatap jendela, seperti ingin menghancurkan bayangan masa lalu yang telah menyerbu tanpa peringatan. Pertemuan tidak terduga dengan

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 68 EVANKA COLLINS VS ARON LOGHAN

    BAB 68 EVANKA COLLINS VS ARON LOGHANEvanka berdiri di depan jendela kaca yang luas, memandangi siluet gedung-gedung New York di bawah langit cerah. Hari yang cerah, pertemuan yang mengejutkan beserta memori yang kembali tergali."Kau masih mencintaiku, Aron?"Sepertinya Evankan juga terkejut dengan pikiran itu.Aron Loghan tidak bergerak, tapi sorot matanya menusuk. Tatapan yang menyimpan ribuan alarm bahaya. Wanita itu benar-benar bisa kembali menghancurkan hidupnya.Evanka kembali menyentuh kaca yang masih sejuk diterpa sinar matahari pagi. Suaranya lembut, namun tegas menyisip tajam.“Aku tidak menyangka... ternyata kau juga yang membeli rumah ibuku.”Aron bangkit berdiri angkuh di balik meja panjang, jemarinya menggenggam tepiannya dengan kendali sempurna. Aron Loghan menjaga nada suaranya tetap tenang.“Itu hanya aset."Evankan tidak boleh tahu jika dia telah membeli rumah itu untuk menjebak adiknya."Properti dengan nilai tinggi di wilayah yang strategis.”Evanka menoleh perlah

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 67 KEMBALI

    BAB 67 KEMBALILangit New York sore itu bergerak agak kelabu. Hujan gerimis turun ringan, memantulkan cahaya lampu kota di permukaan jalanan basah. Aron dan Eva kembali ke kota melanjutkan malam dalam pelukan hangat tanpa jeda bercinta.Pagi bangkit dengan energi mentari baru yang segar, sisa-sisa gairah dari akhir pekan panjang bersama di Hampton masih melekat di kulit dan pikiran mereka masing-masing. Aron mengecup kening Eva yang tertidur di pelukannya hingga pagi. Aroma rambut Eva yang sedang bergairah terus menempel di hidung Aron. Rasanya ingin terus dia hirup."Hmm..." Eva melenguh terbangun karena ciuman panas di kulit leher.“Kau mau pergi?” Eva bertanya dengan suara serak malas.Sebenarnya Eva juga terkejut melihat Aron Loghan sudah sangat rapi, segar dan sedang mendesakkan ciuman yang sangat panas.“Hanya sebentar. Aku harus menyelesaikan pertemuan yang kemarin tertunda.”Eva hanya mengangguk pelan, separuh kesadarannya masih melayang."Kau boleh keluar, Chatrine bisa mene

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status