Home / Romansa / DENDAM CINTA MASA LALU / BAB 4 RENCANA GEBY

Share

BAB 4 RENCANA GEBY

Author: Jemyadam
last update Last Updated: 2025-10-22 19:54:02

BAB 4 RENCANA GEBY

Geby menyambut putranya di ambang pintu. Ia tidak berlari memeluk, tidak menangis dramatik, cukup berdiri anggun dengan senyum tenang yang hanya bisa dilakukan oleh wanita sekuat dan seanggun dia.

“Kau pulang,” ucapnya lembut, seolah nada itu menyimpan sepuluh tahun penantian.

“Karena kau yang minta,” jawab Aron singkat. Suaranya datar. Dingin seperti angin Yorkshire yang menerpa dari balik jendela kaca besar.

“Kau tidak perlu menunggu aku sakit untuk kembali ke rumahmu sendiri.”

Aron memandangi ibunya, cukup lama untuk menyadari bahwa tak ada tanda-tanda sakit serius. Tidak ada wajah yang mengerut lebih dalam. Tidak ada kantung mata letih atau tubuh yang melemah. Geby tetap sama, cantik, kuat, dan berbahaya dalam kecerdasannya.

"Kau terlihat lebih sehat daripada suara di telepon.” ucap Aron, nada suaranya datar.

Geby menatap tajam. “Karena aku tidak pernah benar-benar sakit, Aron.”

Aron mendengus kecil, ekspresi di wajahnya nyaris tidak berubah. “Jadi ini semua hanya untuk memancingku pulang?”

Geby menyilangkan tangan di depan dada. “Untuk menyelamatkanmu.”

“Dari apa? Diri sendiri?”

“Dari kesepian, dari ketakutan yang kau sembunyikan di balik pekerjaan, dari keputusan sembrono yang hendak kau ambil demi seorang bayi.”

Aron terdiam. Kali ini, diamnya bukan karena dingin, tapi karena tidak siap mendengar bahwa ibunya tahu segalanya.

“Aku berbicara dengan Chatrine,” lanjut Geby. “Aku tahu rencanamu, Aron. Kau ingin anak laki-laki. Tanpa pernikahan. Tanpa komitmen. Kau ingin memotong seluruh proses manusiawi dan menggantinya dengan kontrak hukum.”

“Karena pernikahan bukan jaminan kedamaian,” jawab Aron. “Lebih mudah membeli komitmen dengan sejumlah uang.”

Geby menatap putranya dalam diam. “Itu kalimat dari pria yang egois, bukan dari pria yang siap menjadi ayah.”

Aron berjalan ke arah jendela besar, memandangi perbukitan dan langit yang terhampar luas. “Aku tidak butuh drama dalam hidupku. Aku butuh kejelasan. Struktur. Kendali.”

“Dan kau pikir seorang bayi bisa tumbuh sehat di dalam rahim yang dipilih dari hasil seleksi wawancara seperti mempekerjakan sekretaris?”

“Justru karena itu aku butuh yang terbaik.”

“Kau tidak sedang memilih pendonor ginjal, Aron. Ini tentang kehidupan. Tentang darahmu sendiri.”

Aron membalikkan badan, menatap ibunya. “Mom... aku tidak akan menikah. Aku tidak membutuhkan pernikahan cuma untuk memberikan pewaris laki-laki untuk keluarga ini. Bayi bisa dihasilkan dari laboratorium, jauh lebih mudah dan aman."

Geby melangkah perlahan mendekati putranya, menatapnya lembut, tapi tetap kuat. “Karena itu aku ingin kau pulang. Agar kau ingat memiliki rumah, ingat memiliki keluarga, ingat memiliki ayah dan ibu. Bukan laboratorium rumahsakit seperti yang kau rencanakan sebagai jawaban utuk anakmu kelak ketika dia bertanya tentang ibunya."

Aron tertunduk. Entah karena lelah, atau karena akhirnya merasa kalah dalam debat yang tidak pernah ia niatkan.

Dari sudut ruangan, Jeremy mengamati percakapan mereka. Dia tidak ikut campur, seperti janjinya. Tapi Jeremy ikut mendengar semua.

Geby menoleh pada Jeremy. “Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?”

Jeremy menghela napas. “Kau yang ingin menjebak putramu dengan drama, sekarang jalankan misi besarmu.” Ia menatap Aron sebentar, kemudian menambahkan, “Tapi jangan lupa, pria Loghan selalu punya caranya sendiri untuk memberontak.”

Geby mengabaikan komentar Jeremy, lalu kembali fokus pada putranya. “Dengarkan aku, Aron. Kau butuh keseimbangan dalam hidup. Semua kendali yang kau punya di dunia, tidak akan bisa menggantikan sentuhan seorang istri. Atau senyum anakmu yang lahir karena cinta, bukan rencana.”

Aron tidak menjawab.

Geby lalu mengangkat dagunya sedikit, penuh tekad. “Kau akan tinggal di sini sementara waktu. Aku akan mengatur pertemuan. Bukan dengan dokter, tapi dengan wanita sungguhan. Aku akan mengadakan pesta, mengundang beberapa sahabat lama dengan putri mereka. ”

Aron tertawa pendek. Kering. “Dan kau ingin aku menjadikannya pesta audisi perjodohan?”

“Bukan. Aku hanya ingin kau duduk, berbicara, dan merasakan sesuatu yang nyata. Untuk sekali ini saja demi ibumu!"

Aron menatap ibunya. Tak menjawab. Tapi untuk pertama kalinya Aron Loghan menemukan tatapan keras yang tidak dapat dia kalahkan.

"Atur saja semuanya, aku mau istirahat."

Aron berpaling pergi begitu saja. Kebiasaan yang agak menyebalkan, tapi dia memang putra Jeremy seutuhnya. Caranya marah, caranya mengintimidasi orang lain dan caranya tak acuh seratus persen mewarisi genetika Jeremy.

Langkah kaki Aron mengisi lorong batu kastil tua dengan irama berat. Tidak ada suara dari bibirnya, hanya gema sepatu kulit mahal yang menyentuh lantai granit dan kenangan yang diam-diam merangkak naik seperti kabut lembab dari tanah leluhur.

Aron Loghan tidak menyukai sejarah, tidak menyukai masa lalu, dan sangat pendendam.

*****

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 72 BIMBANG DAN LELAH

    BAB 72 BIMBANG DAN LELAHBegitu pintu lift lobi hotel terbuka dengan suara desis lembut. Chatrine sudah berdiri menunggu di ujung lobi.Wanita itu tampak rapi, profesional, dengan mantel abu-abu pas di badan dan sepatu hak tinggi hitam mengilat. Rambut pirangnya disanggul rapi, bibirnya mengulas senyum tenang yang sudah terlalu terbiasa dengan krisis pagi bagi lelaki berbahaya.Wajah tajam Aron Loghan masih seperti biasa, tapi kali ini terlihat lebih lelah. Rambutnya sedikit kusut, matanya sembab namun tetap menyimpan sorot dingin yang tak pernah bisa ditebak.Tanpa banyak bicara, Chatrine langsung menghampiri bosnya dengan cekatan. Wanita cantik itu menyodorkan jaket kulit hitam dan sebuah kacamata hitam dari Dior yang dia keluarkan dari dalam tas tangan.“Terlalu banyak cahaya di luar untuk kepala yang sedang berdenyut.”Nada bicaranya halus, namun padat. Suara sekretaris pribadi yang sudah terlatih mengendalikan semua kekacauan pria sekelas Aron Loghan.Aron menerima jaket dan kaca

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 71 KECEMASAN EVANA

    BAB 71 KECEMASAN EVANAMalam terasa beku menikam ke dada Eva dalam kecemasan. Aron belum pulang hingga lewat tengah malam. Ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi.Eva masih duduk menunggu di ujung sofa ruang tengah, tubuhnya diselimuti cardigan tipis, rambutnya digulung acak sembarangan, dan matanya terus menatap pintu lift yang belum juga terbuka.“Aku akan terus menunggu sampai kau pulang…”Suara Eva hampir tak terdengar. Jemarinya mencengkeram gelas berisi air mineral yang sejak tadi sudah kosong. Ponsel di genggaman tangannya menunjukkan pukul 01.37 dini hari. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan masuk. Tidak ada kabar.Eva mulai tidak bisa membedakan ini cemas… atau mulai ketakutan. Dengan ragu, dia akhirnya menelpon Chatrine.Nada sambung cukup lama. Tapi akhirnya suara lembut Chatrine menjawab di seberang sambungan telefon.Eva menahan napas. Suaranya nyaris pecah."Aron belum pulang. Semua komunikasinya mati. Kau tahu ke mana dia pergi?"Hening sejenak dari seberang."Aku

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 70 SEMUA KACAU

    BAB 70 SEMUA KACAUEvankan mengejar punggung Chatrine di tengah keramaian pejalan kaki di sepanjang trotoar. Begitu Evankan sudah cukup dekat, tiba-tiba sosok Chatrine justru menghilang.“Sh*t,” bisik Evanka pelan.Dadanya masih bergemuruh naik turun, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, menelusuri setiap wajah yang lalu lalang. Tapi Chatrine sudah benar-benar lenyap.Beruntung Chatrine sudah masuk ke dalam mobil."Ayo, aku ingin buru-buru pulang!" Evana sudah duduk menunggu di dalam mobil selama Chatrine menyelesaikan pembayaran."Kita bisa langsung pulang, atau pergi ke salon untuk mewarnai rambut." Chatrine memberi pilihan alternatif."Kau serius, aku di ijinkan untuk mengecat rambut?" Eva nyaris tidak percaya karena mengingat kemurkaan Aron tempo hari.Chatrine mengangguk. "Warna merah pun juga boleh."Mustahil Chatrine berbohong."Oke, kita pergi ke salon!"Mobil hitam berlogo Denton Global melesat dari tepi trotoar sebelum Evanka Collins sempat menyadari keberadaan adiknya.Deng

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 69 WANITA YANG CEMBURU

    BAB 69 WANITA YANG CEMBURU Ketika dua orang saling bertikai dengan keras kepala, maka ingat baik-baik satu prinsip dasar ini. 'Tidak ada yang sepenuhnya salah, dan tidak ada yang sepenuhnya benar. Tiap individu bisa membuat porsi kesalahannya masing-masing.' Saat itu usia Evankan baru tiga belas tahun, dua tahun lebih muda daripada Aron. Wajarnya memang dia yang ketakutan ketika seorang pemuda yang lebih dewasa memiliki hasrat yang begitu besar terhadap tubuhnya. Tapi Evankan juga telah melampaui batas dengan tindakan bully yang sangat jahat di usia mereka yang sama-sama remaja. "Tunjukkan wanitamu padaku!" Evanka Collins balas menantang Aron Loghan. Kemudian langsung berpaling angkuh untuk melangkah pergi. Beberapa menit setelah langkah anggun Evanka Collins menghilang di balik pintu, Aron Loghan masih berdiri membatu. Sorot matanya kosong menatap jendela, seperti ingin menghancurkan bayangan masa lalu yang telah menyerbu tanpa peringatan. Pertemuan tidak terduga dengan

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 68 EVANKA COLLINS VS ARON LOGHAN

    BAB 68 EVANKA COLLINS VS ARON LOGHANEvanka berdiri di depan jendela kaca yang luas, memandangi siluet gedung-gedung New York di bawah langit cerah. Hari yang cerah, pertemuan yang mengejutkan beserta memori yang kembali tergali."Kau masih mencintaiku, Aron?"Sepertinya Evankan juga terkejut dengan pikiran itu.Aron Loghan tidak bergerak, tapi sorot matanya menusuk. Tatapan yang menyimpan ribuan alarm bahaya. Wanita itu benar-benar bisa kembali menghancurkan hidupnya.Evanka kembali menyentuh kaca yang masih sejuk diterpa sinar matahari pagi. Suaranya lembut, namun tegas menyisip tajam.“Aku tidak menyangka... ternyata kau juga yang membeli rumah ibuku.”Aron bangkit berdiri angkuh di balik meja panjang, jemarinya menggenggam tepiannya dengan kendali sempurna. Aron Loghan menjaga nada suaranya tetap tenang.“Itu hanya aset."Evankan tidak boleh tahu jika dia telah membeli rumah itu untuk menjebak adiknya."Properti dengan nilai tinggi di wilayah yang strategis.”Evanka menoleh perlah

  • DENDAM CINTA MASA LALU    BAB 67 KEMBALI

    BAB 67 KEMBALILangit New York sore itu bergerak agak kelabu. Hujan gerimis turun ringan, memantulkan cahaya lampu kota di permukaan jalanan basah. Aron dan Eva kembali ke kota melanjutkan malam dalam pelukan hangat tanpa jeda bercinta.Pagi bangkit dengan energi mentari baru yang segar, sisa-sisa gairah dari akhir pekan panjang bersama di Hampton masih melekat di kulit dan pikiran mereka masing-masing. Aron mengecup kening Eva yang tertidur di pelukannya hingga pagi. Aroma rambut Eva yang sedang bergairah terus menempel di hidung Aron. Rasanya ingin terus dia hirup."Hmm..." Eva melenguh terbangun karena ciuman panas di kulit leher.“Kau mau pergi?” Eva bertanya dengan suara serak malas.Sebenarnya Eva juga terkejut melihat Aron Loghan sudah sangat rapi, segar dan sedang mendesakkan ciuman yang sangat panas.“Hanya sebentar. Aku harus menyelesaikan pertemuan yang kemarin tertunda.”Eva hanya mengangguk pelan, separuh kesadarannya masih melayang."Kau boleh keluar, Chatrine bisa mene

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status