Share

9.Harimau Dirga

Albern terus saja menatap ke arah Harnum sembari membatin.

'Nyawamu ada di dalam genggamanku, perempuan jalang! Aku akan menyiksa keseluruhan hidupmu!'

Prang!

Albern terkejut ketika mendengar suara benda jatuh dan pecah yang berasal dari depan paviliunnya, lalu ia segera keluar. Dan ternyata, Harnum lah yang tanpa sengaja menabrak patung naga miliknya sehingga menjadi hancur berkeping-keping.

Emosi Albern yang memang selalu tidak stabil jika berhadapan dengan Harnum tersebut, langsung melampiaskan amarahnya tersebut kepada Harnum. Dia menjambak rambut Harnum dan diseretnya menuju belakang paviliun.

"Kau memang benar-benar wanita laknat! Sialan kau! Kau selalu saja membuat masalah denganku! Kau memang benar-benar selalu menguji kesabaranku! Dasar wanita jalang tidak tahu diri!" teriak Albern dengan lantang.

Albern terus menyeret tubuh Harnum menuju ke belakang paviliun. Dan ternyata, di sana terdapat sebuah hutan yang sengaja dipelihara oleh Albern. Di sana terdapat banyak hewan peliharaan miliknya. Dan pada saat itu, ada seekor harimau peliharaannya yang sedang berkeluyuran.

"Kau memang harus kuberi hukuman!" teriak Albern.

Lalu, Albern mendorong tubuh Harnum hingga tersungkur di tanah.

"Kau akan menjadi santapan harimau peliharaanku!" Albern kembali berteriak.

Sementara harimau peliharaan Albern tersebut, kini sudah mulai berjalan mendekat ke arah Harnum. Harnum beringsut mundur melihat seekor harimau yang sangat besar yang menatapnya dengan tajam. Dia benar-benar merasa sangat takut, tubuhnya sampai gemetar dan peluhnya pun sudah membanjiri sekujur tubuh.

"Dirga, kau mendapatkan mainan baru. Ini, silakan kau nikmati mainan barumu!" seru Albern terhadap harimaunya tersebut yang bernama Dirga.

Harimau Dirga itu terus saja mengaum, sembari lidahnya menjulur keluar. Matanya tidak luput dari tubuh Harnum, sedangkan Harnum memejamkan matanya. Albern tersenyum miring melihat Harnum yang ketakutan dan pasrah itu.

"Aku ingin melihat tubuhmu yang buruk itu dicabik-cabik dan dimangsa oleh harimau peliharaanku ini!" Albern sengaja berkata seperti itu untuk mengancam Harnum.

Albern mengira jika Harnum akan memohon kepadanya agar dilepaskan, tetapi hingga lima menit lamanya, Harnum tidak berucap sepatah kata pun dan wanita itu justru sedang memejamkan matanya.

Albern yang melihat itu merasa heran, mengapa Harnum terlihat seperti biasa saja? Seperti tidak merasa takut dan terlihat sangat pasrah.

'Apakah wanita itu benar-benar sudah menginginkan kematiannya?' batin Albern.

Lalu, dia sengaja pergi dari tempat itu karena dia ingin tahu sampai mana Harnum akan bertahan. Dan apakah Harnum akan berteriak meminta tolong kepadanya hingga memohon kepadanya. Albern sangat penasaran, lalu ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.

Sementara itu, harimau Dirga peliharaan Albern tersebut sudah berjalan mendekati Harnum. Ia mengendus-endus tubuh Harnum. Terkadang harimau tersebut menjilati wajah dan kepala Harnum. Tubuh Harnum merinding, dia masih memejamkan matanya. Dia belum berani untuk membuka mata. Sepertinya Harnum benar-benar sudah pasrah dengan akhir dari hidupnya.

'Tuhan, jika memang ini sudah waktunya kau ingin mengambil nyawaku maka aku pasrah. Dan tolong pertemukan aku dengan suami dan Anakku. Hanya ini do'a terakhirku, Tuhan.' begitulah do'a Harnum.

Lalu, perlahan Harnum membuka matanya. Dan pada saat itu harimau tersebut sedang berdiri di hadapannya sehingga mata Harnum dan mata Dirga saling beradu tatap.

Sementara Albern, ia memperhatikan dari kejauhan bagaimana interaksi antara Harnum dan Dirga tersebut. Albern merasa heran karena harimau peliharaannya itu yang biasanya sangat ganas terhadap orang asing, tetapi ini mengapa justru terlihat luluh dan menurut pada Harnum.

Harnum memberanikan diri membelai kepala harimau itu. Dan sungguh ajaib sekali karena Dirga justru duduk di hadapan Harnum dan meletakkan kepalanya di paha Harnum. Albern yang melihat itu membelalakkan mata.

'Bagaimana bisa harimau peliharaanku yang sangat ganas, tetapi justru terhadap wanita jalang itu dia malah bersikap bersahabat seperti itu?' batin Albern.

Kemudian, Albern kembali menemui Harnum dan Dirga. Ia melihat secara langsung bagaimana Harnum dan harimau yang bernama Dirga itu justru terlihat sangat akrab.

"Dirga!" teriak Albern.

Dirga yang sedang tiduran di paha Harnum seketika bangun. Dia melihat ke arah sang Tuan, lalu Dirga berjalan menghampiri Albern.

"Dirga, mengapa kau tidak menghabisi wanita itu? Dan mengapa kau justru tunduk padanya?" tanya Albern.

Dirga hanya mengaum saja. Albern semakin merasa heran, apa sebenarnya yang terjadi. Karena ini merupakan hal yang sangat langka.

"Dirga, itu adalah mainan barumu. Aku sengaja mempersembahkannya untukmu. Jadi, nikmatilah mainan barumu itu!" titah Albern.

Dirga kembali mengaum, tetapi tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Albern.

***

Sementara itu, di Italia. Willy, sang tangan kanan Albern seperti biasanya tengah menikmati surga dunia bersama sang kekasih—Jennifer. Jika sudah bersama dengan Jennifer maka Willy selalu lupa diri dan lupa waktu.

George dan Niel sedari tadi menghubunginya, tetapi Willy justru menonaktifkan ponselnya karena ia tidak ingin diganggu.

"Baby, mengapa kau malah menonaktifkan ponselmu? Itu pasti George dan Niel yang menghubungimu. Mungkin saja ada keperluan penting." Jennifer berkata sembari mengelus-elus dada bidang Willy yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

"Sudahlah, Baby, biarkan saja. Aku tidak mau mereka mengganggu waktuku denganmu. Mari kita habiskan saja waktu ini berdua, Baby," ucap Willy.

"Baiklah, Baby, dengan senang hati," balas Jennifer.

Lalu, mereka pun kembali mengarungi surga dunia bersama-sama hingga lupa waktu, sedangkan George dan Niel merasa sangat geram karena Willy selalu seperti itu setiap sedang bersama Jennifer yang tidak mau diganggu.

"Jika King ada di sini, bisa-bisa Willy akan habis olehnya karena dia tidak bertanggung jawab. Sementara dia yang menjadi tangan kanan yang menjadi orang kepercayaan King AB," dengus George.

"Entahlah ... lagi pula jika aku perhatikan, sepertinya Jennifer tidak tulus dengannya. Aku bisa melihat mana yang tulus dan mana yang hanya berpura-pura saja," seloroh Niel.

George mendengarkan ucapan Niel sembari sesekali meneguk bir. Ia tidak mau menyela ucapan kawannya tersebut karena jika Niel sudah berbicara serius, itu artinya memang tidak bisa dianggap enteng.

"Aku hanya khawatir jika Jennifer hanya memanfaatkan Willy saja. Sementara Willy sudah berharap lebih padanya dan benar-benar tergila-gila pada wanita jalang itu. Dan aku khawatir jika Jennifer akan memanfaatkan kelemahan Willy itu," imbuh Niel.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan jika begini? Sekarang kita sedang mengurus penyelundupan senjata, sementara Willy tidak bisa dihubungi, kita tidak akan bisa bergerak jika tidak ada Willy karena saat ini hanya dialah pemimpin kita," ucap George.

George dan Niel terus saja membicarakan tentang Willy, tetapi orang yang mereka bicarakan itu tengah menghabiskan waktunya dengan sang kekasih.

'Aku tahu, jika kau sedang ada pekerjaan saat ini, Baby, tetapi aku akan mencegahnya agar kawan-kawanmu itu tidak bisa bertindak jika tanpa adanya dirimu,' batin Jennifer dengan tersenyum smirk.

TO BE CONTINUED

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status