Beranda / Rumah Tangga / DENDAM IBU TIRI / Sahabat Tapi Berharap?

Share

Sahabat Tapi Berharap?

Penulis: Seccomander
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 13:39:33

"Tidak dikatakan beriman, sebelum Allah mengujinya."

"Gimana hasil meetingnya?" tanya Amaliya, saat keluar kantor menggandeng mesra Mihran.

"Tebak dong?" jawab Mihran tersenyum.

"Kalau dari muka kamu sih, aku yakin meetingnya berhasil," kata Amaliya tertawa.

Mihran pun tertawa

"Pokoknya clientku langsung setuju waktu aku ngajuin Eliza jadi brand ambasador produknya," terang Mihran pada sang istri.

"Kalau gitu, kamu harus terimakasih sama Eliza," ujar Amaliya tersenyum.

Mihran dan Amaliya pun berpelukan.

"Elizanya di mana?" ujar Mihran.

"Coba kamu telepon, Sayang, tadi sih dia bilang mau ke rumah Papanya," ujar Amaliya.

Mihran pun mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya. Sekali dua kali, tidak ada jawaban. Mihran pun mulai bertanya, Amaliya pun jadi khawatir. Amaliya pun mengeluarkan gawai dari tasnya untuk menghubungi Papa Eliza.

[Hallo, Om, ini Amaliya. Eliza ada di sana?]

[Iya, tapi dia lagi ketemu sama Dygta]

Amaliya pun menatap nanar ke arah Mihran. Mihran bingung, kekhawatiran pun muncul dibenaknya.

[Baik, Om, makasih]

Amaliya pun mematikan gawainya.

"Kenapa, Sayang? Eliza ke mana?" tanya Mihran yang khawatir.

"Dia ketemu Dygta. Kita harus susul mereka, Sayang. Kalau Eliza kenapa-napa gimana?" Amaliya sangat khawatir dengan kegilaan Dygta yang mengancam keselamatan Eliza.

"Iya, tapi kita harus susul mereka ke mana?" tanya balik Mihran.

Mihran dan Amaliya pun berpikir keras.

****

"Aku tuh sayang lo sama kamu. Aku sayang banget. Aku nggak mau ngelakuin ini. Aku nggak tega melakukan ini sama kamu. Tetapi kamu tega! Kamu tolak aku. Kamu tinggalin aku. Itu kekecewaan terbesar dalam hidupku." Dygta mencurahkan isi hatinya.

Dygta menangis, terduduk di sebuah sudut gudang berisi barang-barang tak terpakai, di mana ia mengurung Eliza yang sudah dengan muka lebam. Tubuhnya gemetar, matanya sembab karena terus menangis memohon belas kasih mantan tunangannya itu agar segera dibebaskan.

Tiba-tiba

Ponsel Eliza yang tergeletak di lantai berbunyi. Eliza dengan seluruh kekuatannya yang tersisa, berusaha bangkit dan mengambil ponselnya itu. Berharap ada pertolongan yang akan datang.

Dygta yang tidak ingin kehilangan Eliza sekali lagi, berusaha lebih cepat. Saat Eliza mengenggam ponsel itu, tangannya diinjak oleh Dygta dengan keras, masih dalam memakai sepatu bootsnya.

"Aaaaaggghh ...." teriak Eliza menahan sakit itu.

Eliza tak berdaya. Tubuhnya sudah semakin lemah, luka-luka lebamnya ditambah tangannya yang sakit luar biasa saat diinjak Dygta.

Sebuah nama memanggil, nama yang sangat dibenci oleh Dygta.

"Mihran .... " lirih Dygta

Dygta yang terbakar emosi, karena kejujuran Eliza soal cintanya pada Mihran membuat ia membanting ponsel Eliza itu hingga hancur.

Dygta terus saja berseloroh meluahkan semua emosinya pada Eliza dan Mihran. Dengan tenaga yang tersisa, ia berusaha bangkit dan mengambil tabung pemadam itu lalu memukulkannya dari belakang, hingga Dygta jatuh tersungkur. Ia pingsan.

Eliza pun berhasil lolos dari cengkraman sang psikopat.

****

Rumah Sakit Angkasa

Tergopoh-gopoh Amaliya dan Mihran mendatangi kamar di mana Eliza kini dirawat. Ada 2 orang anggota polisi yang menjaga di depan kamar.

"Pak, apa yang terjadi dengan Eliza?" tanya Eliza yang sudah dilanda kekhawatiran sejak tadi.

"Mbak Eliza jadi korban KDRT tunangannya sendiri. Mbak Eliza berhasil lolos dan Dygta melarikan diri," terang salah satu anggota polisi.

Amaliya dan Mihran bergegas masuk melihat kondisi Eliza yang ternyata mendapat luka lebam disekujur tubuhnya.

"Ya Allah, Eliza, kenapa jadi kayak gini?"

"Sayang, kamu lihat kan? Dygta udah keterlaluan. Coba kalau waktu itu Eliza. sampai nikah sama dia!" ujar Amaliya yang kesal saat melihat sahabatnya itu terluka parah. Mihran hanya terdiam.

"Mihran .... " lirih Eliza, matanya pun terbuka.

"Amaliya .... " ujar Eliza dengan suara yang masih lemah.

"El, harusnya kamu nggak menemui Dygta sendirian. Kamu harusnya ngajak aku," tegur Amaliya.

"Aku pastikan Dygta akan tertangkap dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" kata Mihran tegas.

Eliza hanya berusaha tersenyum.

****

Di rumah Mihran dan Amaliya, Oma dan Alia sudah menunggu sejak lama.

"Assalamualaikum," teriak Mihran saat memasuki rumahnya.

Oma Siska pun menjawab, "W*'alaikumsalam,"

"Ayah .... " teriak Alia memeluk Ayahnya.

"Bunda," kata Alia memeluk sang Bunda. Amaliya pun memeluk anak semata wayangnya dan berkata, "Uh, Sayang .... "

"Oma udah nunggu tuh dari tadi," celetuk Alia.

Amaliya pun berusaha tersenyum.

"Kepala Eliza kenapa tuh?" ketus Oma Siska.

"Eh, Oma permisi dulu ya. El, yuk," ajak Mihran. Eliza pun pamitan dengan Oma Siska.

Oma Siska hanya menatap keduanya, tanpa berkata apapun.

"Liya, kenapa Eliza kembali ke rumah ini?" tanya Oma berbisik pada menantu kesayangannya itu. Ada Alia yang berusaha mengupingnya.

"Oma tadi lihat kan kondisi Eliza? Kalau dia pulang ke rumahnya, nanti Papanya akan khawatir," terang Amaliya.

"Lalu siapa yang membuat kepalanya seperti itu?" tanya Oma Siska.

"Dygta, tunangannya sendiri!" jawab Amaliya.

Oma Siska melirik ke arah dalam rumah Eliza.

"Mihran sama Eliza, ke mana?" selidik Oma Siska.

"Ke kamar tamulah, Oma," terang Amaliya yang mulai tidak senang dengan ketakutan Omanya.

"Kamu ini gimana sih? Suami dengan perempuan lain ke kamar kok diam saja? Kejar sana!" perintah Oma Siska.

"Duh, Oma, jangan parno deh!Eliza itu sahabat aku dari SMA jadi nggak mungkin macam-macam," ujar Amaliya yang sudah bosan dengan keparnoan sang Oma.

Amaliya pun berjalan masuk ke kamarnya. Oma pun ngambeg dan pergi. Panggilan Alia pun tak digubrisnya.

****

Di kamar Tamu

"Kamu istirahat aja dulu. Nggak usah mikir apa-apa ya," ujar Mihran, membuat Eliza sedikit tenang. Ia hanya mengangguk.

Gawai Mihran berbunyi

"Aku angkat dulu ya, ini penting soalnya," ujar Mihran kemudian keluar kamar Eliza.

[Iya, Hallo, Pak?]

Mihran pun berbicara dengan Pak Imran, klien yang akan memakai Eliza sebagai brand ambasadornya.

Di rumah Oma Siska

"Huh, dasar pelakor! Bisa aja ngejebak suami orang. Kalau aja ada di dunia nyata, udah kubejek-bejek!Dosa menyakiti hati perempuan lain," pekik Oma Siska yang asyik menonton drakor dikamarnya.

Rumah Mihran

[Baik, Pak, saya kondisikan semuanya]

Mihran pun mematikan gawainya. Ia pun terdiam, bingung, bercampur semua rasa menjadi satu.

Amaliya datang menghampiri

"Kenapa sayang kok muka kamu gitu?" tanya Amaliya yang melihat wajah kusut Mihran.

"Itu tadi client aku yang mau makai Eliza jadi brand ambasador mereka. Ini proyek besar buat aku. Kayaknya proyek ini bakal lepas deh. Aku kan nggak mungkin ajak dia syuting dengan keadaannya yang begini," ungkap Mihran pada sang istri.

Amaliya tersenyum.

"Nggak apa,Sayang. Insya Allah, Allah akan ganti dengan hal yang lebih besar," kata Amaliya memberi semangat pada suaminya.

"Mihran, nggak usah dibatalin, aku siap syuting kok," ujar Eliza yang mendengar percakapan Mihran dan Amaliya di depan kamarnya.

"Kamu yakin dengan keadaan kamu begini syuting?" tanya Mihran.

"Justru dengan kondisi begini, aku butuh pekerjaan. Agar aku bisa melupakan masalahku," jawab Eliza menahan perih luka lebam disekujur tubuhnya.

Rumah Oma Siska

"Tuh kan, di drakor yang jadi pelakor pasti teman sendiri!" gerutu Oma.

"Oh my God! Aku harus mesti kasih tahu Amaliya ini!" ujar Oma Siska.

Oma pun mengambil ponselnya. Berkali dihubungi, nomor Amaliya tidak aktif.

"Ly, kenapa nomor kamu nggak aktif? Ya Allah, semoga aku masih bisa menyelamatkan rumahtangga cucuku," kata Oma Siska yang semakin khawatir.

Rumah Mihran dan Amaliya

"Tapi, El, gimana cara nutupin memar-memar diwajah kamu?" tanya Amaliya.

Eliza mendekati kedua sahabatnya

"Kalian tenang aja. Aku punya kenalan make-up artis terkenal kok. Beres semua ini sama dia," terang Eliza tersenyum.

"Kalian tahu nggak sih, aku beruntung banget punya kalian. Istri yang solehah dan sahabat yang terbaik!" ujar Mihran merangkul kedua sahabat wanitanya itu.

Eliza melirik ke arah Mihran, ia bergumam dalam hatinya, "sahabat?"

bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DENDAM IBU TIRI   Selamat Tinggal Indonesia

    Permintaan Eliza untuk pindah ke Amerika membuat Mihran dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Eliza.Mihran tidak ingin gagal. Terlebih harus kehilangan Dhika jika ia tidak bisa menuruti semua keinginan istrinya itu. Hanya berserah pada Allah dan berdoa, tempatnya mencurahkan semua kegelisahannya."Ya Allah, Engkaulah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kami. Jika kepindahan kami ke Amerika itu yang terbaik menurutmu, mudahkanlah ya Allah. Tapi jika itu bukan yang terbaik untuk kami, berikanlah jalan lain agar kami bisa hidup dengan tenang, aamin ...."Mihran menyelesaikan doanya, walau ia belum juga bergerak dari sajadah. Hatinya cemas. Perasaannya tidak menentu. Membayangkan harus tinggal jauh dari Jakarta. "Selama ini aku tinggal di Jakarta, aku selalu teringat Amaliya. Aku nggak bisa move on darinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang sangat mirip dengan Amaliya.""Aku nggak boleh tergoda sama Ayu. Aku kapok. Aku nggak mau mengkhianati istriku lagi.

  • DENDAM IBU TIRI   Pindah Ke Amerika?

    Arumi mencoba membujuk suaminya. Ia berharap jika sang suami mengubah keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian me pengadilan agama."Mas, tolong pikirkan lagi keputusan kamu, Mas," pinta Arumi memelas. Namun, sepertinya keputusan Taher sudah tak bisa diubah."Maafkan aku, Arumi. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengurus arsip perceraian kita agar aku juga bisa mengesahkan pernikahan aku dan Della," tutur Taher tegas.Jawaban suami yang telah didampingi puluhan tahun itu membuat Arumi syok. Ia tidak menyangka, jika suaminya itu lebih memilih cinta masa lalunya."Tega kamu, Mas. Tega kamu melakukan ini sama aku. Bunuh aja aku, Mas. Kamu bunuh aja aku sekalian. Bunuh, Mas!" teriak Arumi histeris.Teriakan Arumi yang terdengar nyaring akhirnya membuat Oma Siska bersama Malik dan Indah masuk ke dalam kamar Arumi. Terlihat pertengkaran itu membuat Arumi telah banjir air mata."Ada apa ini?"Oma Siska pun akhirnya menarik paksa anak lelakinya keluar dari kamar. Sedangkan Indah berus

  • DENDAM IBU TIRI   Gugatan Cerai

    Arumi yang mulai membaik akhirnya diijinkan pulang. Ditemani anak dsn menantunya, Arumi pulang ke rumah Oma Siska. Sesampainya di rumah, Oma pun menyambut hangat kedatangan anak perempuannya.Walau sudah ditalak oleh Taher, Arumi tetap tinggal di kediaman Oma Siska. Itu demi memenuhi keinginan mama mertuanya itu, setelah puluhan tahun menikah dengan Taher, Arumi telah dianggap anak oleh Oma Siska."Ma, mama istirahat di kamar dulu ya," ujar Indah. Indah pun memapah mama mertuanya untuk masuk ke kamarnya."Mama istirahat di sini dulu ya, Indah mau ambilkan makanan buat mama dulu," ujar Indah. Namun, belum saja melangkah Arumi langsung menarik tangan menantu perempuannya itu."Enggak usah, Indah. Mama enggak mau makan," sahut Arumi."Tapi mama harus makan, biar keadaan mama cepat pulih," bujuk Indah."Untuk apa, Indah? Toh mama sakit, papa kamu tidak perduli sama sekali. Sekalipun tidak mau menjenguk mama di rumah sakit," jawab Arumi dengan tatapan mata yang kosong.Indah pun terdiam. I

  • DENDAM IBU TIRI   Ancaman Eliza

    "Mel, kamu kok ke sini nggak bilang-bilang dulu?" ucap Ridho yang kaget melihat kedatangan Amaliya ke kantornya.Amaliya yang emosi mengetahui mamanya di celakai oleh Eliza pun mendatangi kantor Ridho dan ingin mengakhiri semuanya."Penyamaran ini harus segera di akhiri. Ini sudah terlalu lama, Ridho!" ucap Amaliya emosi."Kamu kenapa, Mel?""Eliza berusaha mencelakai mamaku. Kalau dia nekat, bisa aja dia membunuh mama sama seperti yang dia lakukan padaku. Aku nggak mau itu terjadi. Lebih baik kita akhiri semua penyamaran ini," tutur Amaliya."Enggak, Mel. Kamu harus bersabar. Sekarang ini aku sedang menyelidiki siapa Dhika sebenarnya. Karena aku yakin, Dhika bukan anak kandung Eliza," sahut Ridho.Ridho berusaha meyakinkan Amaliya. Menyusun kembali rencana agar mamanya bisa selamat tanpa harus membongkar penyamaran ini."Kamu harus sabar. Semua yang kita lakukan akan sia-sia kalau kita bongkar sekarang, Mel!" tegas Ridho.Della akhirnya sampai di rumah yang ditinggalinya. Rumah milik

  • DENDAM IBU TIRI   Jahatnya Eliza

    Bayangan itu kembali datang dalam ingatannya. Bagaimana menderitanya Oma Alia dan Mama Ainun saat harus terusir dari kehidupan Opa. Oma Siska sudah membuat keluarganya hancur berantakan. Bahkan. harus merasakan pedihnya terusir ke sana dan ke sini."Tidak. Dendam ini harus tetap ku lanjutkan. Aku enggak boleh menghentikan semua ini demi cintaku pada Amaliya. Aku harus tetap menjalankan semua rencana yang sudah ku susun," gumam Ridho.Indah akhirnya mencoba menghubungi suaminya untuk memberitahu soal kondisi mama mertuanya.[Halo, Mas. Mas, kamu di mana? Papa sudah menjatuhkan talak sama mama.][Papa talak mama, Indah?][Iya, Mas. Sekarang mama syok banget. Kamu cepat pulang ya, Mas. Kasih kekuatan sama mama. Aku nggak tega lihat kondisi mama sekarang.]Malik langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas mendatangi ruangan papanya.Di ruangannya Taher sedang memandangi bingkai foto. Foto dirinya dan Arumi di saat masih bahagia."Sebenarnya aku berat harus berpisah dari Arumi. Sudah belasa

  • DENDAM IBU TIRI   Talak Untuk Arumi

    Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status